A.
Efektivitas Perpustakaan Desa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelektual di Desa Swarga Bara
Sangatta Utara.
B.
Latar Belakang Masalah
Perpustakaan di era modern seperti saat ini bukan
lagi seperti penilaian mayoritas orang – orang masa lalu. Perpustakaan adalah
tempat buku yang dijaga oleh petugas yang berkacamata tebal, yang dengan setia
menjaga buku dan memberikan peluang kepada siapa saja yang meminjam buku.
Pustakawan di perpustakaan hanya ditemani buku – buku kumal dan ruang tanpa
pendingin ruangan. Setelah ribuan tahun hidup dengan teknologi cetak dan
ratusan tahun dengan teknologi analog, kelahiran dan perkembangan pesat
teknologi digital menimbulkan revolusi mendasar dalam kehidupan manusia,
khususnya bagi kalangan pustakawan. Artinya, pustakawan sesungguhnya berperan
besar dalam memberikan sumbangan dalam perkembangan peradaban. Akan tetapi,
perannya tidak terlihat oleh sebagian besar masyarakat. Misalnya, ketika orang
melihat perpustakaan, seolah – olah pustakawan terhalang oleh deretan koleksi yang
semakin hari semakin tua dan semakin menjauhi unsur kekiniannya.
Konon, ketika menyebut kata perpustakaan atau library, pemikiran orang merujuk pada
suatu medium peradaban manusia, yaitu buku. Untuk waktu yang sangat lama, buku
menjadi sumber daya pengetahuan yang utama, yang dihimpun oleh perpustakaan.
Hal ini terjadi karena posisi perpustakaan dianggap hanya sebagai tempat penyimpanan saja, dan ternyata
hingga abad modern anggapan yang demikian pun masih belum bisa dihilangkan.
Upaya untuk mengembangkan manusia tidak pernah
terlepas dari dunia pendidikan. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam
memajukan hidup dan kehidupan manusia. Kepribadian, kemampuan berfikir,
kreatifitas, penguasaan ilmu dan teknologi, dan segala macam wujud budaya dapat
berkembang atas jasa pendidikan.
Untuk mampu mengantisipasi terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah mulai dirasakan sejak beberapa tahun
yang lalu, alternatif yang paling mungkin dengan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia ( SDM ). Dengan tersedianya manusia Indonesia yang berkualitas
handal, selain akan mampu menjawab segala tantangan dan perkembagan kemajuan
zaman yang begitu cepat dan kompleks, juga akan mampu memberikan kontibusi
aktif dalam segala hal bidang dan aspek pembangunan bangsa dan negara. Oleh
karena itu dapat dipahami sedalam – dalamnya apabila konsep dan program
peningkatan SDM ini merupakan prioritas utama dalam setiap sektor pembinaan dan pembangunan masyarakat
luas.
Hanya yang jadi persoalan adalah bagaimana kita
dapat secara merata dan kontekstual/fungsioanl mampu meningkatkan SDM ini bagi
seluruh masyarakat warga negara yang jumlahnya begitu besar dan tersebar di
berbagai pelosok pemukiman di seluruh tanah air. Penanganan tentang program
pembinaan dan peningkatan SDM yang komprehensif yang meyentuh seluruh lapisan masyarakat yang beraneka ragam dan
tersebar luas ini kiranya perlu dijadikan prioritas utama. Apabila hal ini
tidak terjadi dilakukan, kita khawatir pada suatu saat akan terjadi kesenjagan
kualitas antar satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang
lainnya.
Tersedianya perpustakaan umum yang tersebar dimana
– mana dalam berbagai bentuk dan tingkatan, dan layanan mampu menjangkau / menyentuh seluruh lapisan masyarakat luas kiranya perlu dipersepsi
sebagai konsep dan program yang sangat tepat dan memadai.
Keberadaan perpustakaan perlu dipersepsi sebagai
lembaga pendidikan alternatif yang memiliki keampuhan tersendiri yang mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara fungsional dan proposional.
Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimana kita dapat menyelenggarakan
perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan dikelola secara fungsioanl dan
profesioanal. Perpustakaan dilihat dari konsep dan konteks pembangunan
masyarakat harus ditempatkn sebagai sub sistem yang terintegrasi dengan unit –
unit kerja layanan masyarakat yang lainnya. Tidak mungkin perpustakaan dapat
tumbuh dan berkembang apabila dibiarkan “seorang diri.’’[1]
Mengantisipasi perkembangan kehidupan berbangsa
dan bernegara di abad ke-21 yang akan data kita dihadapkan kepada sejumlah
permasalahan dan tantangan yang sangat kompleks. Kenyataan ini perlu dihadapi
dengan penuh tanggung jawab, kemampuan, profesioanlisme dan kinerja tinggi, dan
kearifan dalam bertindak yang berdasar pada wawasan yang cukup luas. Dua
permasalahan utama yang sejak sekarang sudah mulai dirasakan adalah : ( 1 ).
Ledakan pertambahan jumlah penduduk yang menuntut pembinaan sumber daya manusia
yang lebih berkualitas; dan ( 2 ). Munculnya era informasi, dan globalisasi
kedalam kehidupan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari perkembangan
ilmu dan teknologi. Apabila kenyataan yang digambarkan tadi dihadapi dan
ditangani dengan penuh keseksamaan bukan hal yang mustahil dapat membrikan
pengaruh yang besar ke dalam tatanan kehidupan masyarakat luas, di mana
munculnya ketidaksiapan
masyarakat dalam menghadapi berbagai perkembangan dan penabahan disekelilingnya.
berbagai upaya, Perpustakaan Desa Swarga Bara Yang Masih bernanung di bawah
Badan Perpustakaan Arsip dan Daerah khususnya di bidang pendidikan dalam artian
yang luas, sudah banyak dilaksanakan. Pemerintah dan lembaga – lembaga swasta
telah banyak memunculkan program – program dalam berbagai bentuk, sifat dan
tingkatan. Kesemuanya itu pada dasarnya merupakan upaya yang mengarah kepada
peningkatan harkat dan martabat kehidupan masyarakat yang siap menghadapi
segala hal perkembangan dan tantangan yang bakal mungkin terjadi di masa – masa
yang akan datang.
Perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi
menjadi tulang punggung gerak majunya suatu instuti, terutama institusi
pendidikan, tempat tuntutan untuk adaptasi terhadap perkembangan informasi
sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pengguna (user) dominan dari kalangan akademis yang kebutuhannya akan
informasi begitu kuat sehingga mau tidak mau perpustakaan harus pula berfikir
untuk berupaya mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pengguna (user).
Perpustakaan seperti sebuah ‘’ permata “ yang
hilang dan ditemukan. Dulu, perpustakaan telah ada bahkan jika ada sekolah, di
situ perpustakaan berada. Akan tetapi, perpustakaan dulu hanya sebagai tempat
buku saja, bahkan mungkin hanya sebagai pelengkap pendidikan saja. Tradisi di
sekitar buku dan jurnal tercetak ini luar biasa tertanam dalam budaya masyarakat,
yang membentuk sebuah ‘’ dunia teks ‘’ yang melandasi semua upaya manusia
memperluas ilmu pengetahuannya. Beberapa dasawarsa terakhir ini, dunia teks
mendapat tantangan dari teknologi – teknologi baru. Sejalan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan pun ternyata tidak
luput dari perhatian pemerintah yang selama ini me – nomorsekian-kan
perpustakaan. Perpustakaan telah menemukan jati dirinya sebagai agen perubahan,
tempat berbagai informasi disimpan, dan tempat embrio intektual diciptakan.
Betapa tidak dulu perpustakaan yang dianggap sebgai tempat buku saja.
Perpustakaan menurut fungsinya memosisikan diri
sebagai tempat yang menyediakan berbagai informasi, baik yang berkaitan dengan
sosial, politik, maupun ekonomi, dan informasi lainnya. Di perguruan tinggi ,
perpustakaan sering diistilahkan sebagai ‘’ jantungnya perguruan tinggi “. Hal
ini berarti perpustakaan memiliki peranan penting di dunia pendidikan. Jika
jantungnya lemah, tubuh lainnya juga akan menjadi lemah. Ini artinya jika
perpustakaan lemah, akan berpengaruh pula terhadap institusi tempat
perpustakaan bernaung. Sebaliknya, jika jantungnya baik, akan membuat baik pula
tubuhnya. Dengan demikian, jika perpustakaan baik, akan baik pula lembaga /
intitusinya. Misalnya, perpustakaan dan lembaga pendidikan sekarang ini seperti
dua sisi mata uang. Keduanya akan menjadi bernilai jika keduanya ada, demikian
pula dengan informasinya. Perpustakaan dengan informasinya juga tidak boleh
dipisahkan sebab kekuatan perpustakaan ada pada informasi yang disajikannya.
Dapat kita ketahui bahwa perpustakaan memiliki
kaitan dengan lembaga pendidikan. Hubungan itu secara kasat mata dapat dilihat
dari pendekatan kelembagaan. Sedangkan, baik perpustakaan dan lembaga
pendidikan, keduanya memiliki tugas yang sama, yaitu menyebarkan informasi.
Perbedaanya, lembaga pendidikan memberikan informasi kepada para siswa melalui
proses pembelajaran dengan
informasi yang mengacu kepada kurikulumnya. Sedangkan perpustkaan menyebarkan
informasinya secara langsung kepada pemustaka tanpa terikat langsung oleh
kurikulum.
Menyadari persoalan – persoalan yang telah
disebutkan di atas, penulis dalam penelitian ini, memilih Perpustakaan Desa
Swarga Bara . Perpustakaan Desa adalah sebuah Perpustakaan yang di dalamnya
menyangkut tentang pendidikan dalam artian luas. Perpustakaan desa ini terletak di daerah Swarga Bara jalan jalan
Papa Charlie yang tempatnya sangat strategis dengan di kelilingi oleh
perkantoran dan tidak jauh dari sekolahan. Pada dasarnya perpustakaan desa
swarga tidak jauh berbeda dengan Badan Perpustakaan Arsip Daerah yang pada
umumnya menyediakan koleksi koleksi buku yang menyangkut tentang pendidikan
pada umumnya. Namun ada sedikit perbedaan dengan Badan Perpustakaan Arsip
Daerah. Yakni jika di Badan Perpustakaan Arsip Daerah Mempunyai system yang
lebih unggul di bandingkan dengan perpustakaan desa. Di Perpustakaan desa ini
juga sering terdapat berbagai kegiatan yang dimana kegiatan ini selain untuk
menarik perhatian masyarakat juga untuk meningkatkan kecerdasan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki anak, yang ada di sekitar wilayah
Perpustakaan Desa Swarga Bara. Dengan kreatif yang lengkap yang di miliki oleh
Staff perpustakaan desa. Perpustakaan desa tidak kalah dengan Badan perpustakan
arsip daerah.
Dari
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas
Perpustakaan Desa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelektual di Desa Swarga
Bara”.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan
penafsiran terhadap judul penelitian ini, maka penulis akan mengurai beberapa
istilah yang terdapat pada judul peneltian ini. Dalam penelitian ini
Efektifitas diartikan sebagai suatu keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya sesuatu efek dan akibat yang dikehendaki, kalau seseorang
melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang di kehendakinya, maka
perbuatan orang tersebut dikatakan efektif, kalau menimbulkan akibat atau
mencapai tujuan maksud sebagaimana yang di kehendakinya.
Sedangkan untuk pengertian Kecerdasan
intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani,
dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Intelectual
Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan.
Jadi Efektifitas perpustakaan dan
kecerdasan intelektual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program
program kerja perpustakaan dalam meningkatkan kecerdasan intelektual dalam
masyarakat desa swarga bara.
D.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah Efektifitas Perpustakaan
Daerah dalam meningkatkan kecerdasan Intelektual Masyarakat di Desa Swarga Bara
?
E.
Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui Bagaimanakah Efektifitas
Perpustakaan Daerah dalam
meningkatkan kecerdasan intelektual Masyrakat Desa Swarga Bara.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis, yaitu: Mengetahui
bagaimanakah efektifitas perpustakaan daerah dalam pengembangan kecerdasan Masyarakat di
swarga bara.
2.
Manfaat Praktis, yaitu: Sebagai bahan informasi
dan referensi bagi masyarakat perpustakaan daerah didalam pengembangan
perpustakaan.
G. Dasar Teori
1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas suatu keadaan yang mengandung
pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek dan akibat yang dikehendaki, kalau
seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang di
kehendakinya, maka perbuatan orang tersebut dikatakan efektif, kalau
menimbulkan akibat atau mencapai tujuan maksud sebagaimana yang di kehendakinya
2. Pengertian perpustakaan
Perpustakaan berasal berasal dari kata dasar
pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam
bahasa inggris dikenal dengan library. Istilah
ini berasal dari kata librer atau libri, yang artinya buku.
Jadi pengertian perpustakaan
adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku atau terbitan lainnya yang biasa disimpan
menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca bukan untuk dijual. Atau
suatu unit kerja yang subtansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat
dapat digunakan oleh pengguna jasa lainnya[2].
Tugas dan Fungsi Perpustakaan:
a.
Tugas perpustakaan
Tugas perpustakaan secara
garis besar terbagi atas 3 yakni:
1)
Tugas menghimpun informasi meliputi kegiatan mencari,
menyeleksi, dan mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang
memadai/lengkap baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan
dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keiginan pemakai serta
mutakhir.
2)
Tugas
mengelola, meliputi proses pengelohan, penyusunan, penyimpanan, dan pengemasan
agar tersusun rapi, mudah ditelusuri kembali dan diakses oleh pemakai, serta
merawat bahan pustaka.
3)
Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara
optimal. Perpustakaan, sebagai pusat informasi yang menyimpan sebagai ilmu
pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada
masyarakat pengguna sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan ilmu
pengetahuandan informasi, teknologi dan budaya masyarakat.
b.
Fungsi Perpustakaan
Fungsi sebuah
perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari semua tugas perpustakaan.
Fungsi perpustakaan tersebut, antara lain pendidikan dan pembelajaran,
informasi, penelitian, reakreasi, dan preservasi. Fungsi-fungsi itu dilaksanakan
dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan.
Sementara
tujuan yang akan dicapai atas tugas dan fungsi perpustakaan secara singkat
adalah terjadinya informasi dan transfer ilmu pengetahuan dari sumbernya di
perpustakaan kepada pemakai. Hasilnya adalah terjadinya perubahan, baik dalam
hal kemampuan, sikap, maupun keterampilan. Pendek kata, manusia-manusia yang
dengan tekun belajar dan membaca di perpustakaan pada suatu ketika diharapkan
dapat menjadi manusia-manusia yang menguasai informasi, pengetahuan, wawasan,
berprilaku arif dan bijaksana, serta berpandangan jauh ke depan sehingga dalam
mengambil keputusan lebih cepat. Sebab segala sesuatunya telah dipikirkan
matang-matang didasarkan pada pertimbangan analisis ilmiah.[3]
Selanjutnya,
dalam perspektif keagamaanpun merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman
agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan
mereka.
3. Pengertian
kecerdasan intelektual
Kecerdasan
intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani,
dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Intelectual
Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd
Binet, ahli psikologi dari perancis pada awal abad ke 20. Kemudian Lewis
ternman dari unuversitas stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan
oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ
tersebut dikenal dengan test Stanford-Binet. Pada saat itu IQ dipahami sebagai
pokok dari sebuah kecerdasan seseorang sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur
keberhasilan dan prestasi hidup seseorang. Kecerdasan ini adalah sebuah
kecerdasan yang memberikan orang tersebut kemampuan untuk berhitung,
beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Kecerdasan
intelektual merupkan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya
hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu
tersebut.[4]
Prakarsa kedua orang di atas menghasilkan test Stanford-Binet, yang digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak yang boleh masuk sekolah biasa atau sekolah luar
biasa.
Dalam pandang Stanford-Binet- IQ dipandang
sebagai berikut :
1.
Kecenderungan untuk menetapkan dan
mempertahankan tujuan tertentu, semakin cerdas seseorang, semakin cakaplah ia
menentukan tujuan tersebut, dengan tidak mudah membelokkan tujuan tersebut.
2.
Kemampuan untuk menyelesaikan dengan tujuan
yang telah ditetapkan tersebut.
3.
Kemampuan untuk melakukan otokritik, yang
terwujud dalam kemampuan untuk mencari kesalahan yang telah diperbuatnya dan
memperbaiki kesalahan tersebut.
IQ
(Intelligence Quotient) adalah kemampuan atau kecerdasan yang didapat
dari hasil pengerjaan soal-soal atau kemampuan untuk memecahkan sebuah
pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan hal akademik seseorang.
Orang
yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak akan ada informasi yang
sulit, semuanya dapat disimpan, diolah dan diinformasikan kembali pada saat
dibutuhkan. Proses dalam menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi
biasa disebut “berfikir”. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan
otak manusia.
Ada lima
dimensi kemampuan intelektual, yaitu :
1.
Kognisi, yang merupakan operasi pokok
intelektual dalam proses belajar,
2.
Mengingat merupakan proses mental primer untuk
retensi atau menyimpan dan reproduksi segala sesuatu yang diketahui
intelektual,
3.
Berfikir divirgen, yaitu operasinya jelas mencakup potensi bakat kreatif, yang
bertugas mencoba sesuatu,
4.
Berfikir konvergen, yaitu berfikir yang
menghasilkan informasi dari informasi yang sudah ada, yang hasilnya ditentukan
oleh respon yang diberikan,
5.
Evaluasi, yaitu kemampuan mencari keputusan
atau mencari informasi dari kriteria yang memuaskan
H. Kajian Penelitian yang Relevan
Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, ada beberapa karya ilmiah
atau skripsi yang juga membahas tentang efektivitas perpustakaan desa dalam
mengembangkan kecerdasan intelektual, dan sekaligus menjadi alasan mengapa
penelitian ini layak dan menarik untuk dilakukan:
1. Jurmiah
Noor (2010), dalam penelitiannya yang berjudul, “Problematika Perpustakaan
Dalam Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa STAIN Samarinda, menyimpulkan bahwa
masalah yang dihadapi di perpustakaan dalam meningkatkan minat baca mahasiswa
STAIN Samarinda yaitu kurangnya fasilitas berupa alat-alat audio visual dan
computer internet. Alat-alat tersebut sangat penting digunakan bagi
mahasiswa-mahasiswi di perpustakaan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi.
2. Suminem
(2010), dalam penelitiannya yang berjudul, “ Peran Perpustakaan Sekolah Dalam
Mengembangkan Minat Baca Siswa SDN 021 Samarinda Ulu, menyimpulkan bahwa siswa
sudah memliki minat baca di perpustakaan tersebut tapi masih kategori cukup,
karena perpustakaan yang ada di SDN Samarinda Ulu, masih memiliki kekurangan
dikarenakan masalah dana pengelolah perpustakaan dari pihak sekolah.
3. Dedi
Arman (2012). Adapun penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Pelayanan Perpustakaan dengan Minat
Baca Mahasiswa STAI Sangatta Utara Kab. Kutai Timur. Menyimpulkan bahwa banyak
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta Kutai Timur berkunjung ke
perpustakaan tapi karena tugas dari dosen bukan untuk meluangkan waktunya untuk
membaca apabila ada jam kosong. Ini meruapakan masalah yang dihadapi oleh
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta Kutai Timur tentang minat
bacanya. Dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Sangatta Kutai Timur kurang memiliki minat baca.
Adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang penulis teliti yaitu penelitian yang sebelumnya membahas
tentang Problematika dan layanan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca
sedangkan yang penulis teliti yaitu tentang efektivitas perpustakaan desa dalam
mengembangkan kecerdasan intelektual di Desa Swarga Bara Sangatta Utara.
I. Metode Penelitian
1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
lapangan (field research). Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan
yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berupaya
mengangkat, menuturkan, dan menafsiran data dari fakta, keadaan, variable, dan
fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang ketika penelitian berlangsung dan
menyajikan apa adanya.[5]
2.Waktu
dan tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama 3 (tiga) bulan di mulai bulan Oktober -Desember
2015, bertempat di Jl.Papa Carly
yang terletak di desa Swarga Bara Sangatta Utara.
3.Data
dan Sumber Data
Dalam
penemuan data ini terdapat 2 (dua) jenis data yang terkumpul oleh penulis
antara lain:
a.
Data Primer, adalah data yang diperoleh secara
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran / alat
pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.[6] Data
primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil wawancara dengan Koordinator
Perpustakaan Desa di Desa Swarga Bara.
b.
Data Sekunder, adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumbernya, biasanya diambil melalui dokumen atau melalui
orang lain[7]. Sumber Data sekunder ini akan diperoleh di
bagian Kearsipan dan Tata Usaha (TU) Perpustakaan Desa Swarga Bara.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpula data,
yaitu:
a. Observasi
Observasi yaitu studi yang sengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan
pengamatan dan pencatatan.[8]
Observasi dilakukan secara sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang
digunakan dalam observasi sampai cara-cara pencatatannya.[9]
Dalam hal ini yang diobservasi adalah
mengenai efektivitas perpustakaan desa dan langkah-langkah dalam meningkatkan
kecerdasan intelektual.
b. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis yang berlandaskan
tujuan penelitian[10].Wawancara
adalah metode pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan
lisan melalui komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik dalam situasi
sebenarnya ataupun dalam situasi buatan[11].
Yang berguna untuk melengkapi motode observasi lapangan. Sedangkan data-data
yang tidak diperoleh dari wawancara dalam teknik ini digunakan teknik wawancara
mendalam tanpa struktur. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan petanyaan dan interviewe yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu[12].
Wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi yang mendukung untuk penelitian ini, wawancara dilakukan kepada Salah
Satu Pegawai Perpustakaan.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data
menagenai hal-hal yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, ledger,
agenda dan sebagainya.[13]
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada dokumen
atau catatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.[14]
Metode dokumentasi diperlukan
sebagai metode pendukung untuk mendapatkan data, karena dalam metode
dokumentasi ini dapat diperoleh data-data historis dan dokumen lain yang
relevan dengan penelitian ini.[15]Adapun metode ini digunakan penulis
untuk memperoleh data-data tentang dokumentasi seperti: data sejarah
Perpustakaan Desa, agenda kerja Pegawai Perpustakaan Desa Swarga Bara.
DOWNLOAD
Silahkan download link diatas untuk membaca secara lengkap tentang contoh proposal, yang berjudul Efektifitas Perpustakaan Desa Dalam Mengembangkan Keceradasan Intelektual Masyrakat Swarga Bara.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar