BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan hal yang pokok
dalam dunia pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
pendidikan dipandang sebagai kurikulum. Pengertian kurikulum yang semakin
meluas, sehingga membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri
terhadap kurikulum.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau para ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha, serta
unsure-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi
pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pendidikan perkembangan
siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun
masyarakat.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis.
Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan
agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
masyarakat yang sedang membangun. Pembangunan kurikulum harus didasarkan pada
prinsip-prinsip, landasan-landasan pengembangan yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat,
bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau
pencapaian tujuan nasional. Dan pengembangan kurikulum dewasa ini diarahkan dan
dilakukan dengan mengacu pada standar pendidikan nasional untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional itu sendiri.
Oleh
karena itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum dan melaksanakan prinsip-prinsip apa saja
yang terdapat dalam pengembangan kurikulum. Namun hal ini sering diabaikan oleh
para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak optimal
atau bahkan melenceng dari tujuan sebenarnya. Hal ini yang mendasari penulis
untuk menyusun makalah yang berjudul prinsip prinsip dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Salah satunya yaitu agar para pelaksana kurikulum dapat memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan melaksanakan prinsip
pengembangan kurikulum tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas maka dapat di ambil suatu rumusan masalah yaitu diantaranya :
1.
Apa pengertian dari pengembangan kurikulum ?
2.
Apa saja prinsip-prinsip dalam pengembangan
kurikulum ?
3.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang
pengertian dari pengembangan kurikulum.
2.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam
pengembangan kurikulum.
3.
Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu
alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan
penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Bila setelah
mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut
dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah
pengembangan tersebut.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu
sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang
intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap
komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian.
Bila kurikulum itu dianggap sudah cukup mantap, setelah mengalami penilaian dan
penyempurnaan, maka berakhirlah tugas pengembangan kurikulum tersebut untuk
kemudian dilanjutkan dengan tugas pembinaan. Selain itu pengembangan kurikulum berarti
perubahan dan peralihan total dari satu kurikulum ke kurikulum lain, dan
perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang.[1]
B. Prinsip-prinsip yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum
Prinsip
yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga dengan
lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut pada
dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan kurikulum yang baik. Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam
bukunya Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, prinsip
tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu prinsip umum dan khusus.[2]
Prinsip umum meliputi:
1.
Prinsip Relevansi: mengandung makna bahwa
kompetensi yang dimiliki siswa harus relevan dan sesuai kebutuhan di
masyarakat. Sehingga dapat juga diartikan bahwa prinsip ini harus memili
keterkaitan/hubungan timbal baik antara komponen-komponen di dalam dan luar
sekolah.
2.
Prinsip Fleksibel: mengandung makna bahwa
setiap kurikulum hendaknya bersifa fleksibel atau lentur, terutama yang
berkaitan dengan implementasinya. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan jati diri program studi yang ada.
3.
Prinsip Kontinuitas: Mengandung makna bahwa
adanya proses pengembangan komponen-komponen kurikulum secara berkesinambungan.
Harus ada ketuntasan dalam penguasaan suatu kompetensi. Jika putus-putus maka
dikhawatirkan makna ketuntasan tersebut susah diperoleh.
4.
Prinsip Kepraktisan: mengandung makna bahwa
serangkaian kegiatan pengembangan kurikulum mudah diikuti dan dilaksanakan.
Seberapa baiknya kurikulum jika tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksanan
lapangan maka sudah dapat ditebak pula apa hasil yang akan dicapai.
5.
Prinsip Efektifitas: mengandung makna bahwa
prinsip yang dilaksanakan harus mampu menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang
memenuhi harapan masyarakat penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan pengguna
lulusan prodi yang diutamakan.[3]
Sedangkan prinsip khusus yang tentu tidak
dapat disampingkan adalah:
1.
Prinsip yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan: bahwa pembentukan kurikulum harus berdasarkan pada tujuan
pendidikan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Dan tujuan
tersebut harus bersumber pada kebijakan pemerintah, tuntutan dari masyarakat,
pandangan para ahli pendidikan, hasil riset maupun pengalaman dari Negara lain.
2.
Prinsip yang berkaitan dengan isi pendidikan:
memilih isi pendidikan harus mempertimbangkan penjabaran tujuan pendidikan ke
dalam kemampuan hasil belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi pengetahuan,
sikap, keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun secara logis.
3.
Prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses
belajar-mengajar: metode belajar mengajar setidaknya harus menyesuaikan materi
yang diajarkan. Metode ini berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang efektif
untuk dilakukan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar materi
mampu diserap oleh siswa.
4.
Prinsip yang berkaitan dengan media atau alat
pembelajaran: pemilihan alat peraga dalam proses pembelajaran tentu memiliki
fungsi lebih dalam proses penyerapan materi oleh siswa. Media yang dipilihpun
juga harus sesuai dengan karakteristik materi, metode dan kondisi kelas.
5.
Prinsip yang berkaitan dengan kegiatan
penilaian: dalam setiap kurikulum pasti memiliki metode dalam pemberian nilai.
Karena nilai tersebut merupakan tujuan akhir dari setiap proses pembelajaran
yang diberikan oleh pengajar dan dinantikan oleh siswa. Pemberian nilai tersebut
harus objektif dan adil.[4]
C.
Faktor-faktor pengembang
kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu : administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta
tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus
turut terlibat dalam pengembang kurikulum adalah : administrator, guru, dan
orang tua.
1.
Peranan para administrator pendidikan
Administrator tingkat pusat bekerjasama dengan para
ahli pendidikan dan ahli bidang studi di perguruan tinggi serta meminta
persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti
tersebut para administrator daerah dan administrator lokal mengembangkan
kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Para
kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem
pendidikan pada masing-masing sekolah.
2.
Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
perubahan tuntunan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
membutuhkan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun
ahli bidang studi.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum
terutama sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau
lokal, maka partisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal, bahkan sekolah juga
sangat diperlukan, sebab apa yang telah digariskan pada tingkat pusat belum
tentu dapat dengan mudah dipahami oleh pengembang dan pelaksana kurikulum
didaerah.
3.
Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik didalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana dan
pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep
tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas.
Dialah yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan di
kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan
maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap
kurikulum.
4.
Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan
kurikulum yaitu melalui pengamatan dalam kegiatan belajar dirumah, laporan
sekolah, partsisipasi dalam kegiatan sekolah. Orang tua dapat turut serta dalam
pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang
sewajarnya, minat yang penuh usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian
tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan disekolah. Kegiatan
tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.[5]
D.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
1.
Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan
tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan seta penyiapan guru-guru diperguruan tinggi keguruan.
Jenis pengetahuan yang dikembangkan diperguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat dan media pendidikan.
Kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik
ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru
akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum disekolah.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan
mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen
dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana
sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada
disekitar sekolah merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen, masyarakat
kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai dan sebagainya. Sekolah harus
melayani aspirasi-aspirasi yang ada dimasyarakat.
Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah
dunia usaha . Perkembangan dunia usaha yang ada dimasyarakat mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup,
tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada
di masyarakat menuntut persiapannya disekolah.
3.
Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik
nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai
lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan
nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah yang utama yang dihadapi para
pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah bahwa dalam masyarakat nilai
itu tidak hanya satu masyarakat, umumnya heterogen dan multifase.
a.
Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan
semua nilai yang ada dalam masyarakat.
b.
Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi,
etis dan moral.
c.
Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan
yang patut ditiru.
d.
Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain.
e.
Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan
sendiri-sendiri.
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3
(tiga) faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan
pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila
landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.[6]
Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, diantaranya :
v Filosofis
v Psikologis
v Sosial
budaya
v Politik
v Pembangunan
negara dan perkembangan dunia
v
Ilmu dan teknologi (IPTEK)
1.
Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam
pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita
dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu,
sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati di bawah ini
diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
a.
Perenialisme lebih
menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting
dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham
ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat
pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.
Essensialisme menekankan
pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta
didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan
mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.
Eksistensialisme menekankan
pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk
memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
d.
Progresivisme menekankan
pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik,
variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.
Rekonstruktivisme merupakan
elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme,
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap
pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum
Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan
Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki
kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek
pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara
selektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan
yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum (dari teacher center menjadi student
center).
2. Psikologis
Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal
terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1)
psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan
individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar
mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek
perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
a. Motif;
sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
b. Bawaan;
yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
c. Konsep
diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d. Pengetahuan;
yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
e.
Keterampilan; yaitu
kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai
implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan.
Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri
seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih
mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan
hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif
jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi,
E. Mulyasa menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik.
Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik
peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,
yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3)
perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan
perkembangan kognitif.[7]
3. Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu
rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan
dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat,
mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat
dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan
segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan
muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya,
tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan
dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing
memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola
hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial
budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari
agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut
setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban
masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang
akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Politik
Wiles Bondi dalam bukunya `Curriculum
Development: A Guide to Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik
dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa
pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap kali
tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum
pendidikan berubah.
5. Pembangunan
Negara dan Perkembangan Dunia
Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh
faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan
membangun tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statis. Oleh karena itu
kurikulum harus diubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan sains dan
teknologi.
Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa
perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan
manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu pengembangan kurikulum haruslah sejajar
dengan pembangunan negara dan dunia. Kandungan kurikulum pendidikan perlu
menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan kemahiran teknik atau vokasional
kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan
canggih ini.
Namun terkadang kurikulum yang ada di suatu
Negara tidak sesuai dengan kenyataan perkembangan teknologi dan sosial politik
di masyarakatnya. Sehingga ketika seseorang yang baru masuk dalam dunia
pendidikan akan berfikair bahwa untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang
baik haruslah merubah kurikulum yang ada. Padahal hal itu sangat sulit.
Sehingga yang biasa dilakukan hanyalah melanjutkan kurikulum yang ada sebelumnya
namun dengan cover yang baru.[8]
6. Ilmu
dan Teknologi (IPTEK)
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan
mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus
berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal
yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala,
mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di
bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada
pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil
Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi
dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban
manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat
pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku
pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang
ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat
dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus
dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum
yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan
belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses,
memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan
dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi
dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa
berubah turut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merangsang reaksi manusia
yang terlibat dalam kepentingannya serta prinsip-prinsip yang dijadikan
pedoman. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
yaitu meliputi:
1.
Pergururan Tinggi
2.
Masyarakat
3.
Sistem Nilai
4.
Filosofis
5.
Psikologis
6.
Sosial-Budaya
7.
Politik
8.
Pembangunan Negara Dan Perkembangan Dunia
9.
Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Sedangkan prinsip yang dijadikan dasarnya adalah sebagai
berikut:
1.
Relevansi
2.
Fleksibel
3.
Kontinuitas
4.
Kepraktisan
5.
Efektifitas
B. Kritik dan Saran
Kurikulum merupakan hal yang urgen dalam pendidikan. Sebagai
calon pendidik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengetahui bagaimana kurikulum
yang baik dan sesuai dengan keadaan di lingkungan belajar.
Penulis masih menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini, untuk itu di
mohonkan untuk kritik dan saran dari para dosen khususnya dosen pengampu dalam
tugas ini. Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Hedyat, dkk, Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum : Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta:Bina
Aksara, 1982.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Asrohah,
Hanun dkk, Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV Press,
2014.
Beeby,
C.E. (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta), Pendidikan Indonesia, New
Zeland: Oxford University Press, 1979.
Hamalik, Oemar, Kurikulum
dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ikhwan,
Afiful, Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung: Insan Cita
Press dan STAIM Tulungagung, 2013.
Mulyasa, E,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
Nasution, S, Asas-asas
Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Sukmadinata,
Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT
Remaja Rosyada Karya, 2005.
[1] Hedyat Soetopo, dkk, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum : Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan,
(Jakarta:Bina Aksara, 1982), hlm. 45.
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktik, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 158.
[6] Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik, (Bandung
: PT Remaja Rosyada Karya, 2005), hlm. 60.
[7]
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 250.
[8] C.E. Beeby (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS
Jakarta), Pendidikan Indonesia, (New Zeland: Oxford University Press, 1979), hlm. 144.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar