[1]Sosiologi pendidikan merupakan
sebuah disiplin ilmu yang relative baru berkembang di awal abad ke 20 dan
mengalami hambatan dalam perkembangannya. Karena dapat di anggap mempelajari
atau merupakan salah satu sub dalam pembahasan sosiologi. Sebelum berakhirnya
perang dunia ke 2, sempat hilang dalam peredaran dan tidak di anggap sebagai
suatu yang penting untuk di ajarkan ke sebuah lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK) di Amerika Serikat. Asumsi ini berkembang di sebabkan
lagi-lagi karena di anggap dapat di pelajari dalam sosiologi.
B.
ARTI SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pada
awal abad 20 sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran
pendidikan,sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sebagaimana akhir abad 19
psikologi mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan,sehingga lahirlah
suatu disiplin baru yang di sebut psikologi pendidikan. Sosiologi pendidikan
dan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang komplementer bagi pemikiran
pendidikan. Apabila sosiologi pendidikan memandang segala pendidikan dari sudut
priperkembangan pribadi. Tugas pendidik menurut sosiologi ialah memelihara
kehidupan dan mendodrong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik dewsa
ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosiolotis daripada
individualisme[2].
Apakah sosiologi pendidikan itu?
Sisiologi
pendidikan menurut H.P Fairchild adalah sosiologi yang di terapkan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Ilmu pengetahuan
memiliki lapangan penyelidikan,sudut pandang,metode,dan susunan pengetahuan .
objek penelitinnya adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Memandang
hakekat sosial kebudayaan, dan perkembangan pribadi. Salah satunya yang
mendapat peranan dari sosiologi pendidikan ialah penelitian mengenai tata
sosial. Sosiologi dapat di bedakan menjadi dua yaitu
1.
Sosiologi umum yaitu tugasnya menyelidiki gejala sosio
naturalsecara umum.
2.
Sosiologi khusus yaitu pengkhususan dari sosiologi umum
tugasnya menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio cultural secara umum. Misalnya
sosiologi masyarakat desa,masyarakat kota,agama,hokum pendidikan dan
sebagainya.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan
salah saatu sosiologi khusus
yang
tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Sedanagkan yang
di maksud dengan dinamika adalah proses sosial dan kultular,proses perkembangan
kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
[3]Ditinjau dari segi etimologinya
istilah sosiologi pendidikan terdiri dari dua perkataan. Yaitu sosio dan
pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan
itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek-aspek sosiologi di dalam
pendidikan. Karena situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan oergaulan
sosial yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan anak
didik,pendidik dengan pendidikan.
Menurut
DR. Elwood sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang proses belajar dan mempelajari antara orang satu dengan yang lain. Hubungan antara sosiologi pendidikan dan
psikologi pendidikan ialah bahwa keduanya mempunyai masalah sentral yang
sama,ialah masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Dari kedua
kenyataan ini teranglah bahwa yang menjadi masalah sentralnya ialah soal
prinsip belajar dengan memprihatikan semua factor yang mempengaruhinya,semua
kondisi yang mempengaruhi baik factor-faktor dan kondisi intrn maupun ekstrn
yang member sumbangan terhadap lebih baiknya pengertian daripada belajar dan mengajar.
[4]Latar belakang timbulnya sosiologi
pendidikan adalah kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan
sosial yang sangat cepat,maju dan memperlihatkan gejala disentegratif.
Perubahan sosial yang begitu cepat itu dapat meliputi berbagai bidang yaitu
industry,agama,perekonomian,pemerintahan,keluarga,dan pendidikan.
Jadi
sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G
Robibins,sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktur dan dinamika proses pendidikan,system kebudayaan,system kepribadian
dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan yang di
maksud dengan dinamika ialah proses sosial dan cultural,proses perkembangan
kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan proses pendidikan.
C.
KONSEP DAN POSISI SOSIOLOGI
PENDIDIKAN
[5]Menurut perkembangan sejarah,manusia
itu tidak pernah berhenti dar kesibukannya. Baik kesibukan dalam menghadapi
dunia luar atau lingkungan sekitar maupun diri manusia itu sendiri. Kesibukan
atau pekerjaan dan sebagainya mempunyai hubungan timbale balik satu sama
lain,misalnya di perusahaan,buruh rajin, dan sibuk bekerja agar produksi
perusahaan dapat berlipat ganda,dapat diperdagangkan kepada langganan-langganan
dan masyarakat. Manusia di dalam tingkah lakunya di dalam menghadapi lingkungan
sekitarnya menimbulkan usaha-usaha untuk mengetahui dan akhirnya
memenipulasikan lingkungan manusia sekitar untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh
karena itu,sosiologi pendidikan itu belum berkembang secara luas. Hanya saja
perlu di perhatikan bahwa pembahasan-pembahasannya adalah berpangkal pada
inspirasi dan aspirasi Indonesia sentries,titik tolaknya adalah diabdikan
kepada pembangunan Indonesia modern.
D.
DEFINISI SOSIOLOGI PENDIDIKAN
[6]Di tinjau dari sisi etimologinya
istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan
pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan
itu yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek-aspek sosiologi di dalam
pendidikan. Mengapa di dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis,oleh
karena situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial,yaitu
hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan anak didik,pendidik
dengan pendidik,anak-anak dengan anak-anak. Hubungan dan pergaulan sosial ini
secara totalitas,merupakan suatu unit keluarga. Maka jelaslah di dalam
sisiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip
paedagosis dan ilmu-ilmu bantuan.
George Payne yang bolehlah di sebut
bapak daripada sosiologi. Payne memberikan konsepsi atau pengertian bahwa di
dalam lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok sosial,dimana dan dengan interaksi
sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalaman. Inilah
yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwod memberikan
pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmupenhetahuan yang mempelajari antara
orang yang satu dengan yang lain . sedangkan menurut E. B. Reuter sosiologi
pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga
pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.
E.
LATAR BELAKANG TIMBULNYA SOSIOLOGI
PENDIDIKAN
Kenyataan
menimbulkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat,maju
yang memperlihatkan gejala yang signifikan. Perubahan sosial yang cepat itu
meliputi berbagi kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial.
Seperti
industry,agama,perekonomian,pemerintahan,dan pendidikan. Masalah sosial dalam
masyarakat itu juga di rasakan oleh dunia pendidikan.
Masalah pendidikan dalam
keluarga,pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam masyarakat merupakan
refleksi msalah-masalah sosial dalam masyarakat. Gejala-gejala seperti
penderitaan rakyat dan sebagainya merupakan gejala umum yang merupakan
permasalaham masyarakat. Apabila masyarkat berubah cepat,maka menimbulkan
alternative tumbuh banyak hal,dapat menimbulkan kebudayaan menimbulkan menjadi
kehilangan pola kesatuannya. Hilangnya nilai-nilai ini merupakan desintegrasi
sosial,sumber daripadanya ialah merupakan perubahan sosial yang cepat,terutama
dalam bentuk urbansi.
F.
TUJUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
[7]Jika di lihat dalam peradaban
yunani,pada masa plato (427-327 BC) pendidikan
lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir kemudian sebagai kstria
dan penguasa. Pada zaman romawi,seperti masa kehidupan Cicero,(106-43 BC)
pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang humanistis. Pada abad
pertengahan, pendidikan menguatamakan sebagai pengabdi khalik. Naik versi islam
maupun versi kristiani. Ketika memasuki abad modern, pendidikan berorientasi
kepada terminology paedagogig. Yaitu upaya untuk mendewasakan anak sebagai
proses dan hasil pendidikan ,dan itu terbatas hanya mencapai usia lebih kurang
20 tahun. Ketika konsep education menjadi terminology modern dalam kehidupan
manusia,maka pada saat itu terjadi revolusi pemikiran dalam pendidikan,bahwa
jika berbicara tentang aspek-aspek dan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan
secara langsung maupun tidak langsung.
[8]Konsep
tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas
masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga dapat di jadikan
instrument oleh individu untuk dapat beinteraksi secara tepat di komunitas dan
masyarakat. Pada sisi yang lain,sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan
yang relavan dalam kondisi kekinian masyarakat,sehingga setiap individu sebagai
anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan
berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
G.
SOSIOLOGI
PENDIDIKAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN ISLAM.
Fakultas
tarbiyah sebagai LPTKI berperan dalam merealisir fungsi pendidikan islam. Oleh
Feisal (1995:95-96) fungsi pendidikan islam setidak tidaknya adalah
individualism dan pengajaran islam demi terbentuknya derajat manusia mutaqin
dalam bersikap,berfikir,dan berperilaku. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran
islam dan demi terbentuknya umat islam.
Menurut
buku panduan akademik IAIN Sumatra Utara Tahun Akademik 2002/2003 tujuan
fakultas tarbiyah adalah membentuk sarana muslim yang berakhlak mulia,menguasai
pengetahuan agama islam serta cabang-cabang pengetahuan dalam bidanag
pendidikan islam dan keguruan. Sementara itu fakultas tarbiyah mempunyai fungsi
sebagai pelaksana dan pengembang pendidikan dan pengajarean dalam bidang
ketarbiyahan,pembinaan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang pendidikan agama
dan bhasa arab,serta pendidikan islam.
H. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Masalah-masalah yang diselidiki
sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1.
Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a.
Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur
sosial,
b. Hubungan antara sistem pendidikan
dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan,
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d. Fungsi sistem pendidikan dalam
proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. Fungsi sistem pendidikan formal
bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2. Hubungan antar manusia di dalam
sekolah
Lingkup ini lebih condong
menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda
dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a.
Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan
kebudayaan di luar sekolah, dan
b. Pola interaksi sosial dan struktur
masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan,
stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam
clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
I.
WILAYAH
KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok agar dapat mengorganisir pengalaman-pengalaman. Jadi
sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di sekolah saja. Tetapi
lebih luas lagi ialah mencakup institusi-institusi sosial dengan batasan
sepanjang pengaruh daripada totalitas terhadap perkembangan kepribadian anak
(Akhmadi,1991 : 11) .
Wilayah kajian sosiologi pendidikan
yang cukup luas dengan segala aspek kehidupan masyarakat dengan segala
atributnya menjadikan sosiologi pendidikan merupakan disiplinilmu yang penting.
Apa yang di kemukakan di atas merupakan suatu kajian yang memungkinkan
masalah-masalah sosial di masyarakat. Lingkungan dan factor strategic diatas
tentu saja tidak semuanya relavan dengan bahasan atau konten sosiologi
pendidikan. Artinya masih bisa dipilah
dan dipilih sesuai dengan tuuan pembelajarannya. Dalam memilah dan memilih pokok bahasan tersebut
di butuhkan kearifan dan kecerdasan dosen sehigga pokok bahasan relavan dengan
dan tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan.
J.
SOSIOLOGI
PENDIDIKAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN
[9]Hakikat pendidikan itu dapat
dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan
pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat
melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu.
Di
dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu
pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai
ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan
membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang
pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia.
Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Berbagai
pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar
yaitu :
PENDEKATAN REDAKSIONAL
[10]Teori-teori / pendekatan redaksional
sangat banyak dikemukakan di dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan
dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut
1. Pendekatan Pedagogisme
Titik
tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia dewasa.
yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan
dan tinggal di kembangkan saja.
2. Pendekatan Filosofis.
Anak
manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat orang dewasa.
Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai anak
manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan sendiri
3. Pendekatan Religius
Pendekatan
religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang melihat hakikat
manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan
yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.
4. Pendekatan Psikologis.
Pandangan-pandangan
pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi
ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit pandangan para
pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.
5. Pendekatan Negativis.
Pendidikan
ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian pandangan negativisme ini melihat
bahwa segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang
bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan
pertumbuhan tersebut.
6. Pendekatan Sosiologis.
Pandangan
sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme. Titik-tolak dari
pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada
kebutuhan individu.
[11]Peserta didik adalah anggota
masyarakat. Dalam sejarah perkembangan manusia melihat ihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu etis. Versi yang
lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses pendidikan diarahkan
kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak jarang nilai-nilai
kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target pembangunan. Pengalaman
pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah mengarah kepada paham
developmentalisme yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi,
target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12
tahun.
Salah
satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah konsiensialisme yang
dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan Ferkenal Paulo Freire. Pendidikan
yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal sebagai pendidikan
pembebasan pendidikan adalah proses pembebasan. Konsiensialisme yang dikumandangkan
Freire merupakan suatu pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis
karena dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di negara-negara
Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan pembebasan melihat fungsi atau
hakikat pendidikan sebagai pembebasan manusia dari berbagai penindasan. Sekolah
adalah lembaga sosial yang pada umumnya mempresentasi kekuatan-kekuatan sosial
politik yang ada agar menjaga status quo hukum membebaskan manusia dari tirani
kekuasaan. Qua atau di dalam istilah Polo Freire. “kapitalisme yang licik”.
Sekolah harus berfungsi membangkitkan kesadaran bahwa manusia adalah bebas.
PENDEKATAN
HOLISTIS INTEGRATIF
[12]Pendekatan-pendekatan reduksionisme
melihat proses pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk
lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis
tertentu mengenai hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu
sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara
horizontal.
Peserta didik, anak manusia, tidak
hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu
masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di
masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.
Pendekatan reduksionisme terhadap
hakikat pendidikan, maka dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai
hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan
eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan
yang berdimensi lokal, nasional dan global. Rumusan operasional mengenai
hakikat pendidikan tersebut di atas mempunyai komponen-komponen sebagai berikut
1. Pendidikan merupakan suatu proses
berkesinambungan.
Proses berkesinambungan yang terus
menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut
berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan
ekologinya. Proses pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan
penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang
berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai.
2. Proses pendidikan berarti
menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
[13]Eksistensi atau keberadaan manusia
adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan
hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin
luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan
hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
3. Eksistensi manusia yang
memasyarakat.
Proses pendidikan adalah proses
mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa
tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam
pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri.
Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah
kehidupan bermoral.
4. Proses pendidikan dalam masyarakat
yang membudaya.
Inti dari kehidupan bermasyarakat
adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan
dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para
anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar
dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.
5. Proses bermasyarakat dan
membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang.
[14]Dengan dimensi waktu, proses
tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan.
Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam
proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah
menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan
adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.
Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat
manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses
pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan
nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.
Untuk memahami apa yang di sebut
pependidikan,perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa
yang terlibat dalam kegiatan belajar itu.
REFERENSI
Drs. Abu Ahmadi,Sosiologi pendidikan, Rineka Cipta,2001.
Vembrianto,Pendidikan Sosial,JILID 1 yayasan
pendidikan “permit”, Yogyakarta. 1975.
Ahmadi,Abu, (1991),Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta.
Faisal Sanafiah,Sosiologi Pendidikan ,Surabaya, Usaha Nasional.
Tilaar,Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan,
Usaha Nasional Surabaya, 1985.
Nasution S,Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Bumi Aksara. Hlm 87.
[1] Muhyi Batu Bara. Sosiologi
Pendidikan, Ciputat,2001. Hlm 2.
[2] Drs. Abu Ahmadi,Sosiologi
pendidikan, Rineka Cipta,2001. Hlm. 2
[3] Ibid, hlm. 56.
[4] Vembrianto,Pendidikan
Sosial,JILID 1 yayasan pendidikan “permit”, Yogyakarta. 1975. Hlm 89
[5] Ahmadi Abu,Sosiologi
Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta. Hlm. 78
[6] Ibid, hlm.45
[7] Ahmadi,Abu, (1991),Sosiologi
Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta. Hlm. 8
[8] Faisal Sanafiah,Sosiologi
Pendidikan ,Surabaya, Usaha Nasional. Hlm 22
[9] Tilaar,Pendidikan Kebudayaan
Dan Masyarakat, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hlm 89
[10] Ibid, hlm. 92
[11] Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, Usaha Nasional Surabaya,
1985. Hlm 75
[12] Ibid.
[13] Ibid,hlm 98.
[14] Nasution S,Sosiologi
Pendidikan,Jakarta, Bumi Aksara. Hlm 87.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar