BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepribadian dalam khasanah peradaban
dan pemkiran Islam telah mendapatkan posisi yang penting meski tidak pernah
disebut teori. Konsep-konsep kepribadian tersebut semuanya berbahan buku yang
sama, yaitu dua raja dalil ( Al-Qur’an dan Al-Hadits). Penafsiran keduanya
menjadi karya-karya tulis yang luar biasa. Memang tidak mudah untuk menyusun
teori alternatif bagi teori kepribadian. Belajar dari teori-teori kepribadian
yang ditawarkam psikologi kontemporer.
Sebenarnya tidak pantas untuk
menyandingkan firman Allah dan sabda Rasulullah SAW dengan kata-kata keilmuan
psikologi, terutama psikologi barat. Tetapi selama ilmu itu bersifat eksakta
dan sains murni maka ia merupakan bagian dari sunatullah yang boleh di sadur
sebagai khasanah kekayaan intelektual.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
Pengertian kepribadian
2. Apa
saja tipe-tipe kepribadian
3. Bagaimanakah
hubungan kepribadian dan sikap keagamaan
4. Seperti
apakah dinamika kepribadian
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama
2. Memahami
hubungan antara kepribadian dan sikap agama
3. Memberikan
suatu wawasan yang baik dalam mengetahui ilmu keagamaan
BAB II
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
dan Teori Kepribadian
Dalam
istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah :
1.
Mentality,
yaitu suatu mental yang dihubunkan dngan kegiatan mental atau intelektual.
Pengertian secara definitif yang dikemukakan dalam Oxford Dictionary :
Mentality = Intellectual Power.
= Integrated activity of the
organism.
2.
Personality,
menurut
Wibters Dictionary, adalah :
a. The totality of personality’s characteristic.
b. An integrated group of constitution of trends behavior tendencies act.
3.
Individuality
adalah sifat
khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang
lainya.
4.
Identity
yaitu sifat
kedirian sebagai suatu satu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya
terhadap sesuatu dari luar (Unity
and persistance of personality).
Selanjutnya berdasarkan pengertian dari kata-kata tersebut, beberapa ahli
mengemukakan definisinya sebagai berikut :
a.
Allport
Dengan mengecualikan beberapa sifat kepribadian dapat dibatasi sebagai cara
bereaksi yang khas dari seseorang individu terhadap perangsang sosial dan
kualitas penyesuaian diri yang dilakukannya terhadap segi sosial dari
lingkungannya.
b.
Mark A. May
Apa yang memungkinkan seseorang
berbuat efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengaruh terhadap orang
lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang.
c.
Woodwort
Kualitas dari tingkah laku seseorang.
d.
Morisson
Keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang individu dengan jalan
menampilkan hasil-hasil kultural dari evolusi sosial.
e.
Hartmann
Susunan yang terintegritaskan dari ciri-ciri umum seseorang individu
sebagaimana dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada
orang lain.
f.
L.P Thorp
Sinonim dengan pikiran tentang berfungsinya seluruh individu-individu
secara organisme yang meliputi seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah
seperti: Intelek, watak , motif dan emosi, minat, kesediaan untuk bergaul
dengan orang lain (sosialias) dan kesan individu yang ditimbulkanya pada orang
lain serta efektivitas sosial pada umumnya.
g.
C.H Judd:
Hasil lengkap serta merupakan suatu keseluruhan dari proses perkembangan
yang telah dilalui individu.
h.
Wetherington
Dari seluruh definisi yang telah dikemukakan diatas wetheringthon
menyimpulkan, bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Manusia karena keturunannya mula sekali hanya
merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh
belajar dan lingkungan sosialnya.
2.
Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah
laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari
keseluruhan itu.
3.
Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja
yang ada pada pkiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai
perangsang sosial seseorang.
4.
Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat
statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan
kesatuan dari tingkah laku seseorang.
5.
Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap
orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada
lingkungan sosial.
Selanjutnya
dari sudut filsafat dikemukakan pendapat:
1)
William Stern
Menurut W.Stern kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (Unita multi compleks) yang diarah kan
kepada tujuan-tujuan terentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu, yang
bebas menentukan dirinya sendiri.
Dalam uraian selanjutnya ia mengemukakan ciri-ciri kepribadian:
a.
Kesatuan banyak: Mengandung unsur-unsur yang banyak
dan tersusun secara hierarki dari unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang
rendah.
b.
Bertujuan: mempunyai tujuanyang erdiri dari
mempertahankan diri dan mengembangkan diri.
c.
Individualitas: Merdeka untuk menentukan dirinya
sendiri dan kesadaran tidak termasuk ke dalamnya.
d.
Berdasarkan pendapat ini W.Stern menganggap bahwa
Tuhan juga termasuk suatu pribadi, karena Tuhan menurutnya mempunyai tujuan
dalam diri Nya dan tidak ada tujuan lain di atas Nya.
2)
Prof. Kohnstamm
Ia menentang pendapat W. Stern yang meniadakan kesadaran dalam pribadi
terutama pada Tuhan. Menurut Kohnstamm Tuhan merupakan pribadi yang menguasai
alam semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis
(Keyakinan). Orang yang berkepribadian menurutnya adalah orang yang
berkeyakinan ke-Tuhanan.
Selanjutnya dari pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam pribadi seseorang terkumpul beberapa aspek yang terintegrasikan, berupa:
1.
Keyakinan hidup yang dimiliki seseorang: Filsafat,
keyakinan, cita-cita, sikap dan era hidupnya.
2.
Keyakinan mengenai diri: perawakan jasmani, sifat
psikis, intelegensi, emosi, kemauan, pandangan terhadap orang lain, kemampuan
bergaul, kemampuan memimpin, dan kemampuan bersatu.
3.
Keyakinan mengenai kemampuan diri: status diri dalam
keluarga dan masyarakat, status sosial berdasarkan keturunan dan historis.
Manusia melaksanakan perbuatanya untuk memenuhi naluri-naluri dan kebutuhan
jasmaninya. Perkumpulan perbuatan-pernuatan tersebut adalah tingkah laku
manusia. Tingkah laku ini bergantung pada pemahaman-pemahaman atau (mafahim)
manusia tentang segala sesuatu (asyya’), aktivitas dan kehidupan. Tingkah
lakulah yang menunjukkan kepribadian manusia, sedangkan tampan, postur tubuh,
warna kulit atau jenis kelamin itu tidak menentukan kepribadian.
Kepribadian adalah metode berfikir manusia terhadap realita. Kepribadian
juga merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia terhadap realita.
Kepribadian yang khas adalah kepribadian dimana pola pikir dan pola jiwa pemiliknya
terdiri dari satu jenis. Lalu kecenderungan nya tunduk kepa dan
kecenderungannya, maksudnya pola jiwa nya tunduk pada pola pikirnya. Ia
cenderung pada segala sesuatu (benda) dan perbuatan sesuai dengan
pemahaman-pemahamannya dalam memenuhi naluri dan kebutuhan jasmaninya dengan
mensetandarkan pada standar pemikiran dasar (ideologi).
Kepribadian yang khas ini tidak terwujud kecuali dengan kepribadian yang
berideologi (mabda’iyah) seperti kepribadian islam, kepribadian kapitalisme,
dan kepribadian komunisme karena pola pikir dan pola jiwa setiap kepribadian
tersebut standarnya pada pemikiran dan kecenderungan nya yaitu aqidah aqliyah
yang memancarkan sistem untuk mengatur semua interaksi manusia inilah yang
dinamakan ideologi.
Kepribadian tidak khas adalah pola pikirnya berbeda dengan pola jiwanya,
kepribadian yang tidak khas ini tumbuh pada seseorang ketika standar yang
membangun pemikirannya berbeda dengan standar yang membangun kecenderungan nya.
Orang-orang yang memilki kepribadian tidak khas, tingkah laku mereka selalu
tampak gelisah dan kacau, karena pemikiran mereka adalah bukan kecenderungan
mereka.
Kepribadian yang tidak khas terkadang menjadi kepribadian kacau. Memilik
kepribadian yang tidak khas ini tidak membuat kaidah-kaidah yang tetap untuk
pola pikir dan pola jiwanya. Jadi pemikiran dan kecenderungan nya terhadap
segala seseuatu dan perbuatan saling berselisih, kontradiksi, berbeda-beda dan
terpengaruh oleh lingkungan dari waktu ke waktu.
Kepribadian tidak khas terkadang stagnan. Orang yang memiliki kepribadian
tersebut menjadikan sebuah kaidah atau kaidah-kaidah yang kokoh untuk
menghukumi perbuatan dan segala sesuatu (benda-benda) yang terindra olehnya.
B.
Tipe-tipe
Kepribadian
Secara garis besarnya pembagian kepribadian manusia ditinjau dari berbagai
aspek :
1.
Aspek
biologis
Aspek biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan
atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang, tokoh-tokoh
yang mengemukakan teorinya bedasarkan aspek biologis ini antaranya:
a.
Hippocrates dan Galenus
Mereka berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang
adalah jenis cairan tubuh yang paling dominan, yaitu:
1)
Tipe choleris
Tipe ini
disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak
emosi: mudah marah mudah tersinggung.
2)
Tipe Melancholis
Tipe ini
disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuh nya. Sifatnya agak
tertutup : rendah diri, mudah sedih, sering putus asa.
3)
Tipe Plegmatis
Tipe ini
dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak
statis: Lamban, apatis, pasif, pemalas.
4)
Tipe Sanguinis
Tipe ini
dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang dimilkinya agak
aktif, cekatan, periang, mudah bergaul.
b.
Cretchmer
Dalam membagi tipe wataknya Cretchmer mendasarkan pada bentuk tubuh
seseorang, yaitu :
1)
Tipe Astenis (Litosome)
Yaitu tipe
orang yang memiliki tubuh tinggi, kurus, dada sempit dan lengan kecil.
2)
Tipe Piknis
Yaitu tipe
orang yang memiliki bentuh tubuh gemuk bulat. Sifat yang dimilikinya antaralain
: Periang, mudah bergaul dan suka humor.
3)
Tipe Atletis
Yaitu Tipe
orang yang memiliki bentuk tubuh tubuh atlit tinggi, kekar dan berotot,
sifat-sifat yang dimiliki antara lain: mudah menyesuaikan dri, berpendrian
teguh dan pemberani.
4)
Tipe Displastis
Yaitu Tipe
manusia yang memiliki bentuk tubuh campuran. Sifat yang dimiliki tipe ini
adalah sifat yang mudah terombang ambing oleh situasi sekelilingnya. Oleh
karena itu di istilahkan Cretchmer tipe ini adalah tipe orang yang tidak
mempunyai ciri kepribadian yang mantab.
c.
Sheldon
Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada
dalam tubuh seseorang. Berdasar aspek ini ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1)
Tipe Ektomorph, yaitu tipe orang yang berbadan kurus
tinggi, karena lapisan badan bagian luar yang dominan. Sifatnya antara lain
suka menyendiri dan kurang bergaul pada masyarakat.
2)
Tipe Mesomorph, yaitu tipe orang yang berbadan sedang
dikarenakan lapisan tengah yang dominan. Sifat orang tipe ini adalah: giat
bekerja dan mampu mengatasi sifat agresif.
3)
Tipe Endomorph, yaitu tipe orang yang berbadan gemuk,
bulat dan anggota badan yang pendek, karena lapisan dalam tubuhnya yang
dominan. Sifat tipe orang ini adalah: kurang cerdas, senang makan, suka dengan
kemudahan yang tidak banyak membawa resiko dalam kehidupan.
2. Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan pada pandangan hidup dan kualitas sosial
seseorang. Yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologi ini antara
lain:
a.
Edward Spranger.
Ia berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup
mana yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1)
Tipe Teoritis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan
kepada masalah teori dan nilai-nilai: ingin tahu, meneliti dan mengemukakan
pendapat.
2)
Tipe Ekonomis, Orang yang perhatianya tertuju kepada
manfaat segala sesuatu berdasarkan faidah yang dapat mendatangkan untung rugi.
3)
Tipe Esthetis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan
kepada masalah-masalah keindahan.
4)
Tipe Sosial, Orang yang perhatianya selalu diarahkan
kepada kepentingan masyarakat dan pergaulan.
5)
Tipe Politis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan
kepada kepentingan kekuasaan, kepentingan dan Organisasi.
6)
Tipe Religius, Orang yang perhatianya selalu diarahkan
kepada ketaatan pada agama. Senang dengan masalah-masalah ketuhanan dan
keyakinan agama.
b.
Murray
Murray
membagi tipe kepribadian:
1)
Tipe Teoritis, yaitu orang yang menyenangi ilmu
pengetahuan, berpikir logis dan rasional.
2)
Tipe Humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat
kemanusiaan yang mendalam.
3)
Tipe Sensasionis, yaitu tipe orang yang suka sensasi,
berkenalan.
4)
Tipe Praktis yaitu tipe orang yang giat bekerja dan
mengadakan praktek.
c.
Fritz kunkel
Fritz kunkel membagi tipe kepribadian menjadi:
1)
Tipe Sachelichkeit, yaitu tipe orang yang banyak
menaruh perhatian terhadap masyarakat.
2)
Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang yang menaruh
perhatianya kepada kepentinganya sendiri.
Menurut Fritz kunkel antara Tipe Sachelichkeit dan Tipe Ichhaftigkeit-nya berbanding terbalik. Jika
seseorang memiliki Sachelichkeit yang besar maka, Ichhaftigkeit menjadi kecil
dan sebaliknya.
3. Aspek Psikologis
Dalam membagi tipe kepribadian berdasarkan tipe psikologis Prof. Heymann
mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur: emosionalitas,
aktifitas dan fungsi sekunder (proses pengiring).
1)
Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat
yang di dominasi oleh emosi yang positif, sifat umumnya adalah: kurang respek
terhadap orang lain, perkataan berapi-api, tegas, ingin menguasai, bercita-cita
yang dinamis, pemurung suka berlebih-lebihan.
2)
Aktifitas, sifat yang dikuasai oleh aktifitas gerakan,
sifat umum yang tampak adalah: lincah, praktis, berpandangan luas, ulet,
periang, dan selalu melindungi orang lemah.
3)
Fungsi sekunder (proses pengiring), yaitu sifat yang
didominasi oleh kerentanan perasaan, sifat umum yang tampak: watak tertutup,
tekun, hemat, tenang dan dapat dipercaya.
C. Hubungan
Kepribadian dan sikap keagamaan
1.
Struktur
kepribadian
Sigmound freud
Merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu
dinamainya id, ego dan super ego. Dalam diri orang yang memilki jiwa sehat
ketiga sistem itu bekerja dalam susunan yang harmonis. Segala bentuk tujaun dan
segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang
pokok. Sebaliknya kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan, maka
orang tersebut dinamainya sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri. Ia
menjadi tidak puas dengan dirinya dan lingkingannya. Dengan kala lain
efisiensinya menjadi berkurang.
a.
Id (Das Es)
Sebagai suatu sistem Id mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli
manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata lain Id mengemban
prinsip kesenangan (Pleasure Principle), yang tujuanya untuk membebaskan
manusia dari ketegangan dorongan naluri dasar: makamn, minum, seks dll.
b.
Ego (Das Es)
Ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan Id ke keadaan yang
nyata. Freud menamakan misi yang di emban oleh ego sebagai prinsip kenyataan
(objektive atau reality principle). Segala bentuk dorongan naluri dasar dari Id
hany dapat direalisasi dalam bentuk nyata melalui bantuan ego. Ego juga
mengandung prinsip kesadaran
c.
Super Ego (das Uber ich)
Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur mural dan keadilan. Maka sebagian
besar Super Ego mewakili alam ideal. Tujuan Super Ego adalah membawa individu
kearah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral. Ia merupakan
kode modal seseorang dan berfungsi pula sebagai pengawas tindakan yang
dilakukan oleh ego. Jika tindakan itu sesuai dengan pertimbangna moral dan
keadilan, maka ego mendapat ganjaran berupa rasa puas atau senang. Sebaliknya
jika bertentangan, maka ego menerima hukuman berupa rasa gelisah dan cemas.
Super Ego mempunyai dua anak sistem, yaitu ego ideal dan hati nurani.
2.
H. J Eysenck
Menurut Eysenck kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan
disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarkis berdasarkan atas
keumuman dan kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling
tinggi adalah:
1)
Specifik response, yaitu tindakan atau respon yang
terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali.
2)
Habitual response, mempunyai corak yang lebih umum
dari pada Specifik response, yaitu respon-respon yang berulang-ulang terjadi
saat individu menghadapi kondisi atau situasi yang sama.
3)
Trait, yaitu terjadi saat Habitual response yang
saling berhubungan satu sama lain dan cenderung ada pada individu tertentu.
4)
Tipe, yaitu organisasi dalam individu yang lebih umum,
lebih mencakup lagi.
3.
Sukamto M.M
Menurut pendapat Sukamto M.M kepribadian terdiri dari empat sistem atau
aspek:
a.
Qalb (Angan-angan kehatian).
b.
Fuad (Perasaan/hati nurani/ulu hati).
c.
Ego (Aku sebagai pelaksana dari kepribadian).
d.
Tingkah laku (Wujud gerakan)
Meskipun keempat aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen,
prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun keempatnya berhubungan dengan
erat dan tidak dapat dipisahkan.
1)
Qalb
Adalah hati yang menurut istilah kata atau terminologis adalah sesuatu yang
berbolak balik (sesuatu yang lebih), berasal dari kata Qolaba, artinya
membolak-balikan. Qalb bisa diartikan hati sebagai hati sekepal(biologis), dan
juga bisa bersrti’ kehatian’ (nafsiologis). Ada sebuah hadist nabi riwayat
bukhari muslim berbunyi sebagai berikut:
“ ketehuilah bahwa didalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik, baiklah
seluruh tubuh. Kalau itu rusak- rusak lah seluruh tubuh. Itulah qalb”
Secara nafsiologis qalb disini dapat diartikan sebagai radar kehidupan
dilaksanakan. Qalb adalah reservoir energi nafsiah yang menggerakkan ego dan
fuad. Dilihat dari beberapa segi, ada kecenderungan bahwa teori freud tentang
Id mirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman, yaitu qalb yang selalu
menuntut kepuasan dan menganut prinsip kesenangna (pleasure principle). Ia
menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau satu
segi sudah terpenuhi, ia menuntut lagi yang lain, dan begitu seterusnya. Ia
menjadi anak manja dari kepribadian.
2)
Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati
nurani (cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia
sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati dan merasakan akibatnya,
kalau hati kufur, Fuad pun kufur dan menderita. Kalau hati bergejolak karena
terancam oleh bahaya atau hati tersentuh oeh siksaan batin, fuad terasa seperti
terbakar. Kalau hati tenang, Fuad pun tentram dan senang. Satu segi kelebihan
fuad dibanding dengan hati ialah, bahwa fuad itu dalam situasi yang
bagaimanapun, tidak bisa dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian terhadap
yang dipantulkan oleh hati dan apayang diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa
adanya. Berbagai rasa yang dialami oleh fuad ditutukan dalam al-quran sebagai
berikut:
a)
Fuad bisa bergoncang gelisah (Qs al-Qashas: 10)
Dan fuad ibu musa menjadi bingung (kosong) Hampir saja ia membukakan
rahasia (Musa), Jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi: orang
yang beriman.
b)
Dengan diwahyukannya al-quran kepada Nabi, fuad Nabi
menjadi teguh (QS al-furqan: 32)
Dan orang-orang kafir bertanya: “ mengapa al-quran tidak diturunkan
kepadanya dengan sekaligus”? Demikianlah, karena dengan (cara) itu, Aku hendak
meneguhkan fuadmu, dan aku bacakan itu dengan tertib (sebaik-baiknya)
c)
Fuad tidak bisa berdusta (QS Anm Najm: 11):
Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya.
d)
Orang yang zalim hatinya kosong (bingung). (QS
Ibrahim:43):
Dengan terburu-buru sambil menundukkan kepala, mereka tidak berkedip,
tetapi fuadnya kosong (bingung)
e)
Orang musrik, fuad dan pandanganya dibolak-balikan
atau diguncang (QS al-an’am: 110):
Aku goncangkan fuad dan pandangan mereka (kaum musrikin), sebagaimana jejak
semula mereka tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaanya
mengembara tanpa arah tertentu.
3)
Ego
Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik
dengan dunia kenyataan (realitas). Ego atau aku bisa dipandang sebagai
eksekutif kepribadian, mengntrol cara-cara yang ditempuh, memilih
kebutuhan-kebutuhan, memilih objek-objek yang bisa memenuhi kebutuhan,
mempersatukan pertentangan-pertenangan antara qalb dengan fuad dengan dunia
luar. Ego adalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya
mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang objek (dunia realitas). Didalam
fungsinya, Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realiti principle. Tujuan
prinsip kenyataan ini adalah mencari objek yang tepat (serasi), Untuk
mereduksikan keteganganya yang timbul dalam organisme. Ia merumuskan suatu
rencana pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasanya dengan tindakan). Untuk
mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak.
4)
Tingkah laku
Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi asumsi
subyektif tentang tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun
bisa bersifat objektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku
ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang di sadari oleh pribadi. Kesadaran
merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan
dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan, adanya nilai
yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan
tingkah lakunya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku dalam nafsiologi
ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang disebut
normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman dan amal soleh
disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal yaitu,
sifat-sifat dholim, fasik, syirik, kufur, nifak, dan sejenis itu.
D.
Dinamika
kepribadian
Selain tipe dan struktur kepribadan juga memiliki dinamika yang unsurnya
secara aktif ikut mempengaruhi aktifitas seseorang. Unsur-unsur tersebut
adalah:
1.
Energi rohaniyah (psychis energy) yang berfungsi
sebagai pengatur aktifitas rohaniyah seperti berfikir, mengingat, mengamati dan
sebagainya.
2.
Naluri yang berfungsi sebagai pengatur kebutuhan
primer seperti makan, minum dan seks. Sumber naluri adalah kebutuhan jasmaniyah
dan gerak hati. Berbeda dengan energi rohaniyah, maka naluri mempunyai sumber
(pendorong), maksud dan tujuan.
3.
Ego (aku sadar) yang berfungsi untuk meredakan
ketegangan dalam diri drngan cara melakukan aktifitas penyesuain
dorongan-dorongan yang ada dengan kenyaaan obyektif (realitas). Ego memiliki
kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan buruk hingga tidak terjadi
kegelisaahan atau ketegangan batin.
4.
Super ego yang berfungsi sebagai ganjaran batin baik
berupa penghargaan (rasa puas, senang dan berhasil) maupun berupa hukuman (rasa
bersalah, berdosa dan menyesal). Penghargaan batin diperankan oleh ego-ideal,
sedangkan hukuman batin dilakukan oleh hati nurani. Pemenuhan dorongan pertama
akan menyebabkan terjadi kegelisahan pada ego, sedangkan pemenuhan dorongan
kedua akan menjadikan ego tentram. Dengan demikian, kemampuan ego untuk
mempertahankan diri tergantung dari pembentukan ego-ideal. Dalam kaitan inilah
bimbingan dan kaitanya agama sangat berfungsi bagi pembentukan kepribadian
seseorang. Pendidikan moral dan ahlak ini adalah upaya membekali ego-ideal
dengan nilai-nilai luhur.
Dalam konteks ini terlihat bagaimana
pentingya pendidikan agama diberikan kepada anak-anak dalam usia dini dalam
upaya mengisi nilai-nilai agama agar karakternya terbentuk, oleh pengaruh
nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai agama ini kemudian akan memperkuat ego-ideal
yang sekaligus akan berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin. Jika kondisi
ego-ideal ini berperan secara dominan dalam diri seseorang, maka ego akan senantiasa
terpelihara dari pengaruh dorongan naluri yang menyalahi norma dan agama.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam kaitanya dengan tingkah laku
keagamaan, maka dalam kepribadian manusia sebenarnya telah diatur semacam
sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku manusia agar tercapai
ketenteraman dalam batinya. Secara fitrah manusia memang terdorong untuk
melakukan sesuatu yang baik, benar dan indah. Namun terkadang naluri mendorong
manusia untuk segera memenuhi kebutuhanya yang bertentangan dengan realita yang
ada. Misalnya dorongan untuk makan ingin dipenuhi, tetapi makanan tidak ada
(realita) maka timbul dorongan untuk mencuri. Jika perbuatan itu dilaksanakan,
maka ego (aku sadar), akan merasa bersalah karena mendapat hukuman dari
ego ideal ( norma yang terbentuk dalam batin baik oleh norma masyarakat maupun
agama). Sebaliknya jika dorongan untuk mencuri tidak dilaksanakan, maka ego
akan memperoleh penghargaan dari hati nurani.
B. Saran
Semoga
dengan adanya tugas mata kuliah Psikologi Agama ini dengan judul makalah “Kepribadian dan Sikap Keagamaan” ini
dapat memberikan suatu wawasan pengetahuan yang belum kita ketahui menjadi tahu
apa itu arti dari Kepribadian, Serta bagaimana cara kita menjadi Pribadi yang baik
dan mengerti dasar-dasar menjadi seorang pribadi yang baik.
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dalam bentuk teknis penulisan atau
pun dalam isi yang dibahas. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat
membangun dalam pembuatan makalah berikutnya sangat diharapkan oleh penulis.
REFERENSI
Prof.
Dr. H. Jalaluddin., 1996. Psikolgi Agama.
Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA.
Drs.
Agus Sujianto, dkk., 2008. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: PT BUMI AKSARA.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar