Ragam Bahasa Indonesia Keilmuan |
Bahasa Indonesia Keilmuan
(BIK) merupakan ragam bahasa yang memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-cirinya yang
khusus itu tertebar pada berbagai aspek sebagaimana diuraikan berikut ini.
A. Cendekia
Bahasa
Indonesia keilmuan (BIK) bersifat
cendekia dengan pengertian bahwa BIK mampu digunakan untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat , membentuk pernyataan yang
tepat, seksama, dan abstrak. Kalimat-kalimatnya mencerminkan ketelitian yang
objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Jika
sebuah kalimat untuk mengungkapkan dua buah, dan masing-masing gagasan itu
memiliki hubungan kausalitas, dua proposisi beserta hubungannya itu harus
tampil secara jelas dalam kalimat.
Sebagaimana tampak pada contoh berikut.
Sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(1) Pada era globalisasi informasi ini
dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
(2) Kemajuan
informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat
yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
Kadang-kadang perbedaan kecermatan pikiran pada kedua kalimat begitu
sedikit sebagaimana tampak pada tiga contoh berikut.
(1) Pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena pengaruh
budaya barat yang masuk ke Indonesia.
(2) Terjadinya pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa disebabkan
oleh pengaruh
budaya barat yang masuk ke Indonesia.
(3) Terjadinya pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa karena pengaruh budaya barat yang masuk ke
Indonesia.
Contoh (1) dan (2) mengikuti pola proposisi. Disamping
mengandung keterangan, kedua kalimat itu mengandung pokok dan sebutan. Kalimat
(3) tidak mengikuti pola proposisi karena tidak mengandung sebutan. Kalimat (3)
itu hanya mengandung pokok dan
keterangan. Di samping itu terdapat perbedaan gagasan yang terungkap dalam
kalimat (1) dan (2). Perihal pokok yang terungkap dalam kalimat (1) adalah pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa, sedangkan yang terungkap dalam kalimat (2) adalah terjadinya
pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa. Perihal pokok pada kalimat (1) diungkapkan segi terjadinya,
sedangkan pada kalimat (2) diungkapkan segi sebabnya. Segi-segi redaksi
pengungkapan yang mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan itu merupakan hal yang
perlu ada dalam BIK.
Kecendekiaan juga tampak pada ketepatan dan
kesaksamaan penggunaan kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat perbedaan antara
bentukan pe(N)-an dan bentukan -an. Penggunaan kata dua bentukan
itu tentu saja berbeda. Dalam laporan penelitian, misalnya, jika substansi yang
ditampilkan adalah “kegiatan proses memerikan”, kata yang digunakan adalah pemerian.
Jika substansi yang ditampilkan adalah “hasil memerikan”, kata yang digunakan
adalah perian. Dengan cara demikian, dapat pula dibedakan penggunaan
kata pembahasan dan bahasan atau pemberian dan berian.
B. Lugas dan Jelas
BIK
digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Hal itu
dapat direalisasikan jika setiap gagasan diungkapkan secara langsung. Makna yang diungkapkan dalam BIK adalah adalah makna
lugas. Pengungkapan secara kias tidak dibenarkan. Perhatikan kalimat (3) dan
(4) berikut!
(4) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan
sering kena getahnya oleh ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang tidak
ringan. (gagasan tidak bermakna lugas)
(5) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan
sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat. (gagasan
diungkapkan secara langsung)
Kalimat (4) tidak bermakna lugas. Ungkapan kena
getahnya dan tidak ringan merupakan ungkapan yang tidak mampu
mengungkapkan makna secara langsung. Kedua ungkapan itu masing-masing dapat
diganti terkena akibat dan berat sebagaimana tampak pada kalimat
(5). Pada kalimat (5) gagasan telah diungkapkan secara langsung.
Di samping kelugasan, aspek lain yang perlu dimiliki BIK adalah
kejelasan. BIK berfungsi sebagai alat pengungkapan gagasan keilmuan secara
jelas. Agar gagasan yang diungkapkan jelas, bahasa yang digunakan juga harus
jelas. Bahasa yang jelas itu tidak hanya membantu penulis mengungkapkan
gagasannya secara jelas, tetapi juga membantu pembaca untuk menangkap gagasan
penulis secara jelas pula. Karena itu, pembaca akan lebih mudah memahami
gagasan yang diungkapkan dengan bahasa yang jelas daripada memahami gagasan
yang diungkapkan dengan bahasa yang tidak jelas. Dengan kalimat (6) gagasan
tidak dapat diungkapkan secara jelas,
sedangkan dengan kalimat (7) gagasan dapat diungkapkan secara jelas.
(6) Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilaksanakan melalui
mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran yang
paling strategis karena langsung menyinggung tentang moral Pancasila, juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan Kesenian. (gagasan tidak
jelas)
(7) Penanaman moral di sekolah merupakan
kelanjutan penanaman moral di rumah. Penanaman moral di sekolah dilaksanakan
melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran
yang paling strategis karena langsung menyangkut moral Pancasila. Di samping
itu, Penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan
Kesenian. (gagasan jelas)
Gagasan pada kalimat (6) tidak terungkap secara jelas
karena kalimat sebagai alat pengungkap gagasan merupakan kalimat yang tidak
jelas, kalimatnya berbelit-belit. Akibatnya, satuan-satuan informasi yang
terkandung dalam kalimat juga tidak tertata secara teratur. Sebaliknya, gagasan
pada contoh (7) terungkap secara jelas karena kalimat-kalimat pengungkap
gagasan itu, merupakan kalimat-kalimat yang jelas. Satuan-satuan informasi yang
terkandung dalam setiap kalimat tertata secara teratur. Hubungan antarkalimat
pada contoh (7) itu juga terjalin secara teratur sehingga keutuhan gagasan yang
diungkapkan dengan kalimat-kalimat itu juga dapat terwujud secara jelas.
Untuk mewujudkan bahasa yang jelas diperlukan kiat
khusus. Gagasan yang akan dituangkan dalam teks perlu ditata secara sistematis.
Dengan tataan yang sistematis dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan
dengan satu kalimat atau dengan sejumlah kalimat. Jika sebuah gagasan cukup
dituangkan dengan satu kalimat, tidak perlu gagasan itu diungkapkan dengan
sejumlah kalimat. Sebaliknya, jika sebuah gagasan tidak cukup diungkapkan
dengan satu kalimat, gagasan itu perlu diungkapkan dengan sejumlah kalimat.
Contoh (6) di atas berisi gagasan yang tidak dapat diungkapkan dengan sebuah
kalimat, gagasan itu perlu perlu diungkapkan dengan sejumlah kalimat
sebagaimana tampak pada contoh (7).
Contoh (8) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan dengan dua buah
kalimat secara salah. Gagasan pada contoh itu dapat diungkapkan dengan sebuah
kalimat sebagaimana tampak pada contoh (9).
(8) Kalau pada zaman Kalijaga kesenian wayang
termasuk dalam ceritanya digunakan sebagai media penyebaran agama. Maka di masa
sekarang lebih tepat apabila penanaman budi pekerti dalam cerita wayang melalui
pengajaran apresiasi. (pengungkapan gagasan dengan dua buah kalimat secara
salah)
(9) Kalau pada zaman Kalijaga kesenian wayang, termasuk dalam ceritanya,
digunakan sebagai media penyebaran agama, sekarang kesenian wayang itu
digunakan sebagai media penanaman budi pekerti melalui apresiasi. (gagasan
diungkapkan dengan sebuah kalimat)
C. Gagasan
Sebagai Pangkal Tolak
BIK digunakan
dengan orientasi gagasan. Hal
itu berarti bahwa penonjolan diarahkan pada gagasan atau
hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis. Akibatnya, pilihan bentuk kalimat
yang beroposisi, yakni kalimat pasif yang berorientasi pada gagasan dan kalimat
aktif yang berorientasi pada penulis, jatuh pada kalimat pasif. Kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu
dihindari. Contoh (10) dan (11) berikut masing-masing berorientasi kepada
penulis dan gagasan.
(11) Dari uraian tadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat
guru diharapkan bisa memberikan motivasi dan layanan kepada
anak yang jenius dan cekatan. (berorientasi kepada penulis)
(12) Dari
uraian tadi dapat disimpulkan bahwa dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat guru diharapkan
bisa memberikan motivasi
dan layanan kepada anak yang jenius dan cekatan. (berorientasi
kepada gagasan)
Orientasi
pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan perlu pula
dihindari. Contoh (13)
berorientasi kepada pelaku yang bukan penulis, sedangkan contoh (14)
berorientasi pada gagasan.
(13) Kita
tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman
moral Pancasila. (berorientasi kepada pelaku yang bukan
penulis)
(14) Perlu
diketahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
penanaman moral Pancasila. (berorientasi kepada gagasan)
Dengan
uraian di atas bukan berarti bahwa dalam BIK tidak dapat digunakan kalimat
aktif. Kalimat aktif dapat digunakan selama pelaku dalam kalimat aktif itu
merupakan realisasi orientasi gagasan sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(15) Tarigan
(1990) juga berpendapat bahwa pengajaran berbicara dilaksanakan
secara implisit, dikaitkan, digandengkan, atau ditumpangkan pada pokok bahasan
membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan
sastra Indonesia. (pelaku merupakan
realisasi orientasi gagasan)
(16) Sejalan dengan itu, Akhadiah (1992)
mengungkapkan pendapatnya bahwa guru tidak hanya memiliki wawasan
atau bekal ilmu yang luas serta mampu menyusun bahan
pembelajaran sesuai dengan Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP), tetapi juga menguasai strategi dan teknik dalam pencapaian tujuan
pengajarannya. (pelaku merupakan realisasi orientasi gagasan)
D. Formal
dan Objektif
Komunikasi
ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Bahasa Indonesia yang
digunakan dalam komunikasi ilmiah berciri formal. Hal itu berarti bahwa unsur
bahasa Indonesia yang digunakan dalam BIK adalah unsur-unsur bahasa yang
berlaku dalam situasi formal atau resmi. Ciri formal itu tampak pada berbagai
lapis unsur bahasa: kosa kata bentukan kata, dan bentukan kalimat. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan kata-kata yang
berciri informal sebagaimana tampak pada daftar berikut.
Ciri formal juga ditampakkan pada unsur bentukan kata.
Bentukan kata tertentu manandai ciri formal, sementara bentukan kata yang lain
menandai ciri informal sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.
Bentukan kata berciri formal
|
Bentukan kata berciri informal
|
Bercerita
|
cerita
|
Berdagang
|
dagang
|
Bersedih
|
sedih
|
Bernyanyi
|
nyanyi
|
Mencuci
|
nyuci
|
Melarang
|
ngelarang
|
Membantah
|
mbantah
|
Tertabrak
|
ketabrak
|
Terjatuh
|
jatuh
|
Terbentur
|
kebentur
|
Bertabrakan
|
tabrakan
|
Kalimat yang berciri formal ditandai dengan beberapa ciri. Ciri pertama adalah kelengkapan unsur wajib sehingga memenuhi kelengkapan isi proposisi. Kalimat (17) beikut memenuhi persyaratan kelengkapan itu, sedangkan kalimat (18) tidak.
(17) Moeliono
(1989) menyatakan bahwa bahasa Indonesia itu lugas dan eksak serta
menghindari kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan. (memenuhi
persyaratan kelengkapan)
(18) Menurut
Moeliono (1989) menyatakan bahwa bahasa Indonesia itu lugas dan eksak
serta menghindari kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan.
(tidak memenuhi persyaratan kelengkapan)
Ciri kedua
adalah ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, yaitu kata yang
berfungsi atau bertugas menandai fungsi dan hubungan unsur kalimat.
Kata fungsi pada contoh (19) ─ (23) digunakan secara tidak tepat, sedangkan pada
contoh (24) ─ (27) digunakan
secara tepat.
(19) Setiap
perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian pada masyarakat
(20) Penggunaan
urea tablet ternyata lebih hemat dari urea tabur.
(21) Buat
petani
daerah ini, saluran irigasi merupakan prasarana pertanian yang sangat berarti.
(22) Di
lembaga di mana tempat mahasiswa dididik tersedia fasilitas yang cukup guna
meningkatkan prestasi mahasiswa.
(23) Gedung-gedung
yang mana akan direnovasi masih digunakan untuk kegiatan
akademik.
(24) Setiap
perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
(25) Penggunaan
urea tablet ternyata lebih hemat daripada urea tabur.
(26) Bagi
petani
daerah ini, saluran irigasi merupakan prasarana pertanian yang sangat berarti.
(27) Di
lembaga tempat mahasiswa dididik tersedia fasilitas yang cukup untuk meningkatkan
prestasi mahasiswa.
(28) Gedung-gedung
yang akan direnovasi masih digunakan untuk kegiatan
akademik.
Ciri
ketiga adalah isinya yang mantiki. Kalimat yang berciri formal berfungsi
sebagai alat pengungkap penalaran. Kalimat yang mampu berfungsi sebagai alat
pengungkap penalaran itu disebut kalimat bernalar. Berbeda dengan kalimat (29), kalimat (30) berikut telah mengungkapkan
penalaran yang benar.
(29) Kedudukan
pengajaran berbicara tidak sama dengan pokok bahasan lain, yaitu seperti pada
membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan
sastra Indonesia.
(30) Kedudukan
pengajaran berbicara tidak sama dengan kedudukan pengajaran yang lain: membaca,
kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan sastra
Indonesia.
Ciri
keempat adalah tampilan esei formal. Ciri itu menuntut pengungkapan gagasan
secara utuh dalam bentuk kalimat. Potongan-potongan gagasan dalam kalimat
dintegrasikan secara langsung dalam kalimat. Kalimat contoh (31) merupakan tampilan esei
nonformal, sedangkan kalimat contoh (32)
merupakan tampilan esei formal.
(31) Dongeng berdasarkan isinya dapat
dibedakan:
-fabel
-legende
-mite
-sage
-penggeli hati
(32) Dongeng berdasarkan isinya dapat
dibedakan atas lima kategori, yakni fabel, legende, mite, sage, dan
penggeli hati.
Tampilan pada esei formal
tidak hanya ditampakkan pada tataran unsur-unsur kalimat, tetapi juga
ditampakkan pada penempatan kalimat dalam konteks kalimat-kalimat yang lain
dalam rangka membentuk teks. Tampilan kalimat (33) bukan tampilan esei formal,
sedangkan tampilan kalimat (34) adalah tampilan esei formal.
(33) Dongeng berdasarkan sisinya dapat
dibedakan atas fabel, legende, mite,
sage, dan penggeli.
Fabel adalah cerita tentang binatang yang dapat berkata-kata
dan berpikir seperti manusia.
Legende adalah cerita yang berhubungan dengan keajaiban alam.
Mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau cerita yang berhubungan dengan kepercayaan.
Sage adalah cerita yang berisi kiasan atau ibarat yang di dalamnya
terkandung ajaran hidup.
Penggeli
adalah cerita yang mengandung kelucuan-kelucuan atau perbuatan yang menggelikan.
(34) Dongeng
berdasarkan sisinya dapat dibedakan atas lima kategori, yakni fabel, legende, mite,
sage, dan penggeli. Fabel adalah cerita tentang
binatang yang dapat berkata-kata dan berpikir seperti manusia.
Legende adalah cerita yang berhubungan dengan keajaiban
alam. Mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau cerita yang berhubungan dengan kepercayaan. Sage adalah cerita yang berisi kiasan atau ibarat yang di
dalamnya terkandung ajaran hidup.
Penggeli adalah cerita yang mengandung kelucuan-kelucuan atau perbuatan yang menggelikan.
BIK merupakan alat pengungkapan
perasaan yang objektif. Sejalan dengan fungsinya itu, BIK bersifat objektif.
Demi sifatnya yang objektif itu pula BIK menggunakan gagasan sebagai pangkal
tolak agar sudut pengungkapan secara dominan bertolak dari perihal (objek) yang
sedang dibicarakan. Pengungkapan yang demikian itu menghasilkan paparan yang objektif.
Terwujudnya ciri
objektif BIK tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak. Ciri objektif itu dapat diwujudkan dengan penggunaan kata dan struktur.
Kata-kata yang menunjukkan ciri subjektif/
emosional
tidak digunakan. Hadirnya
kata alangkah dan kiranya pada contoh (35) dan (36) berikut telah
menimbulkan ciri subjektif/emosional. Ciri subjektif/emosional itu tidak ada
pada contoh kalimat (37) dan (38).
(35) Contoh-contoh itu telah memberikan bukti alangkah
besarnya peranan orang
tua dalam pembentukan kepribadian anak. (kata alangkah menimbulkan
ciri emosional)
(36) Dari uraian di atas kiranya dapat
disimpulkan bahwa pengajaran berbicara di sekolah dasar tidak terpancang
pada salah satu metode. (kata kiranya menimbulkan ciri
emosional)
(37) Contoh-contoh itu telah memberikan bukti
besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak.
(38) Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengajaran berbicara di sekolah dasar tidak terpancang pada
salah satu metode.
Kata-kata yang menunjukkan sikap
ekstrem, seperti harus, wajib, pasti, dapat memberikan kesan emosional.
Karena itu, kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrem itu perlu dihindari. Contoh (1) dan (2) berikut masing-masing berciri
subjektif/emosional dan objektif/rasional.
(39) Di antara etika yang harus
ditanamkan kepada anak adalah mengambil makan dan minum dengan memakai
tangan kanan, membaca basmalah
untuk memulai pekerjaan yang baik dan alhamdulillah untuk mengakhiri pekerjaan
yang baik pula. (subjektif/emosional).
(40) Di antara etika yang ditanamkan kepada
anak adalah mengambil makan dan minum dengan memakai tangan
kanan, membaca basmalah
untuk memulai pekerjaan yang baik dan alhamdulillah untuk mengakhiri
pekerjaan yang baik pula. (objektif/rasional)
E. Ringkas dan Padat
BIK berciri ringkas dan padat. Ciri
ringkas direalisasikan dengan tidak adanya unsur bahasa yang tidak diperlukan. Dengan kata lain, pemakaian unsur bahasa dalam BIK itu
dilakukan secara hemat. Dengan cirinya yang ringkas itu,
diupayakan tidak terjadi pemborosan penggunaan unsur bahasa. Unsur-unsur yang tidak diperlukan karena tidak
fungsional dari segi pengungkap gagasan tidak digunakan. Unsur bercetak miring
pada contoh (41) dan (42) berikut merupakan unsur yang dapat dihilangkan begitu
saja sehingga terwujud kalimat (44) dan (45) sebagai kalimat yang ringkas.
(41) Nilai etis tersebut di atas
menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi setiap
warga negara Indonesia.
(42) Pendidikan agama di sekolah dasar tidak
akan terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dari
orang tua dalam keluarga.
(43) Nilai etis tersebut menjadi pedoman hidup
bagi setiap warga negara
Indonesia.
(44) Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan
terlaksana dengan baik
tanpa dukungan dari orang tua.
Ciri
ringkas berkenaan dengan penggunaan unsur bahasa. Jika penggunaan unsur bahasa
itu sudah ringkas, kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur bahasa itu
menjadi padat. Jadi, ciri padat berkenaan dengan kepadatan gagasan yang
terungkap. Jika gagasan yang terungkap sudah memadai, dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Karena itulah ciri
padat dan ringkas merupakan dua ciri yang tidak dapat dipisahkan.
Perwujudan
keringkasan dan kepadatan tidak hanya ditandai oleh penggunaan unsur-unsur
bahasa dalam kalimat. Kalimat atau paragraf tertentu dapat dihilangkan jika
tidak diperlukan. Kalimat
(46) dalam teks berikut dapat dihilangkan begitu saja tanpa menggangggu
pengungkapan gagasan
(45) Berdasarkan pemeriksaan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi
aturan. Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
(46) Berdasarkan pemeriksaan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
F. Konsisten
Unsur-unsur
bahasa, ejaan, dan tanda baca dalam BIK digunakan secara konsisten. Sekali
sebuah unsur digunakan sesuai dengan kaidah, unsur itu untuk selanjutnya
digunakan secara konsisten sesuai dengan penggunaannya itu. Contohnya adalah
kata tugas untuk dan bagi yang digunakan dengan kaidah berikut:
kata untuk digunakan sebagai pengantar keterangan tujuan, sedangkan kata
bagi digunakan sebagai objek pengantar berkepentingan. Dengan prinsip
itu, penggunaan untuk dan bagi pada kalimat (47) dan (48) konsisten, sedangkan pada (49) dan (50) tidak konsisten (diukur dari
kaidah yang diberlakukan).
(47) Untuk mengatasi
penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan
diimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.
(48) Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu
tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting
adalah pencabutan embargo persenjataan.
(49) Untuk penumpang yang melimpah
menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang cukup.
Pengusaha angkutan diimbau
mengoperasikan semua kendaraan ekstra.
(50) Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu
tidak penting untuk muslim Bosnia. Untuk
mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
Istilah-istilah juga digunakan secara konsisten. Istilah bedah bermakna
sama dengan operasi. Akan tetapi, sekali digunakan kata bedah dalam sebuah
teks, istilah itu digunakan selanjutnya dalam teks yang bersangkutan. Demikian
juga penggunaan unsur bahasa yang disingkat. Kalau pada penyebutan Bahasa
Indonesia Keilmuan sudah disingkat dengan BIK, singkatan BIK itulah yang
berlaku selanjutnya dalam teks itu.
G. Pengunaan Istilah Teknis
G. Pengunaan Istilah Teknis
BIK digunakan dalam
wacana teknis. Wacana teknis itu digunakan dalam bidang keilmuan tertentu.
Sesuai dengan penggunaan itu, BIK digunakan dengan kelengkapan peristilahan
teknis. Wacana tertentu dilengkapi dengan istilah-istilah teknis sesuai dengan
bidang yang diungkapkan. Dalam bidang keuangan, misalnya, dijumpai
istilah-istilah debitur, kreditur,
suku bunga, moneter, rupiah murni, dana hangus, dan lain-lain.
Dalam
bidang medis dijumpai istilah-istilah anestesi, sesar, urine, katarak, asma,
tuberkulose, dan lain-lain.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar