PENDAHULUAN.
Nabi Muhammad SAW
merupakan nabi terakhir (Khataman Nabiyyin) yang ada di muka bumi ini, dan
tidak ada lagi nabi-nabi sesudahnya. Nama Muhammad secara bahasa berasal dari
akar kata semistik ‘M-H-M-D’/ ﻣُﺤَﻤّﺪْ (Arab)
(Hebrew) yang dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji“. Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Muhammad juga
dipanggil dengan nama Ahmad, yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.
muhammad
Sebelum masa kenabian di usia 35 tahun,
Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Jazirah Arab) yaitu
Al-Amiin yang artinya “ yang dipercaya” dan As-Saadiq yang artinya “yang
benar”. Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar
Rasulullah, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam , yang
berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya“; sering
disingkat SAW dibelakang nama beliau..
Selain kedua julukan tersebut, Muhammad
juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti “Ayah Qasim”, karena
Muhammad pernah mempunyai anak laki-laki yang bernama Qasim, tetapi meninggal
dunia sebelum mencapai usia dewasa.
SEJARAH KELAHIRAN NABI (MAULID NABI)
Terdapat perbedaan pendapat ahli sejarah
Nabi Muhammad (sirah) tentang tanggal kelahiran. Satu hal yang pasti, Nabi
Muhammad lahir pada bulan Rabiul Awal menurut mayoritas Ahli Sejarah. Para ahli
sejarah Nabi sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir di Mekah pada hari Senin bulan
Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 26 April 570 atau 571 masehi. Namun, ahli
sejarah Nabi berbeda pendapat tentang tanggal Arabnya sebagai berikut:
Menurut Ibnu Abdil Barr (2 Rabiul Awal)
Menurut Amiruddin (5 Rabiul Awal)
Menurut Ibnul Qayyim, Ibnu Hazm, Az Zuhri, Ibnu Dihya (8 Rabiul Awal)
Menurut Muhammad Suleman Mansurpuri,
Mubarakpuri , Shibli Nomani, Mahmud Pasha Falaki, Akbar Shah Najeeb Abadi,
Moeen ud din Ahmed Nadvi, Abul Kalam Azad (9 Rabiul Awal)
Menurut Tabari, Ibnu Khaldun , Dr hameedullah, Ibnu Hisham, Abul-Hasan
‘Ali ibn Muhammad al- Mawardi, Ibnu Ishaq (12 Rabiul Awal)
Menurut Abul Fida, Abu Jafar al Baqir, Al Waqadi , Al Sha’bi (10 Rabiul Awal)
Menurut pandangan golongan Syiah (17 Rabiul Awal) Sedang harinya adalah
Jum’at.
Menurut pendapat yang diatribusikan ke Ibnu Hazm (22 Rabiul Awal)
Menurut Abdul Qadir Jailani (10 Rabiul Awal )
Namun penduduk Mekah sependapat bahwa Nabi
Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin bulan Rabiul Awal bertepatan dengan
tanggal 26 April 570 atau 571 masehi Awal tahun Gajah (50 hari setelah
penyerangan pasukan Gajah dari Yaman).
Dari kitab As-Sirah al-Halabiyah
diriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi lahir pada hari Senin
عنقتادةرضياللهعنهأنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمسُئلعنيومالإثنينفقال : ذلكيومولدتفيه .
Artinya: Dari Qatadah, bahwa Rasulullah
pernah ditanya tentang hari Senin. Nabi berkata: Itu adalah hari aku
dilahirkan.
- Al-Bairuni dalam kitab Al-Irsyad mengutip
sebuah hadits
أنالنبيسُئلعنيومالإثنينفقال : هذايومولدتفيه،وبعثتفيه،وأنزلعليّفيه،وهاجرتفيه
Artinya: Nabi pernah ditanya tentang hari
Senin. Nabi menjawab: Hari Senin adalah hari aku lahir, diutus sebagai Rasul,
turunnya Quran dan hijrahku ke Madinah.
- Syamsuddin bin Salim dalam kitab
Al-Ja’far al-Kabir menyatakan
وقدصحّأنالنبيولدفيشهرربيعالأولفيالعشرينمننيسانعامالفيلوفيعهدكسرىأنوشروان
Artinya: Adalah sahih (pendapat) bahwa Nabi
lahir pada bulan Rabiul Awal tanggal 20 tahun Gajah pada masa kaisar Anu
Syarwan.
- Ibnul Amid dalam kitab Mukhtashar
at-Tarikh menyatakan
أنالنبيولدببطحاءمكةفيالليلةالمسفرةعنصباحيومالإثنينلثمانخلونمنربيعالأول،يوافقهمنشهورالرومالثانيوالعشرينمننيسانسنة 882 للإسكندر
Artinya: bahwa Nabi lahir di Bat’ha, Mekah
pada malam dari paginya hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal bertepatan dengan
bulan Romawi tanggal 22 April tahun 882 tahun Alexander atau tahun 571 Masehi.
SILSILAH NABI
Silsilah Nabi
PERJALANAN HIDUP RASULULLAH
Pada saat masyarakat Arab dalam suasana
kegelapan (jahiliyyah), lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah
di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu
merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan,
seni, maupun ilmu pengetahuan. Bayi yang dilahirkan akan membawa perubahan
besar bagi sejarah peradaban manusia. Ayah bayi tersebut bernama Abdullah bin
Abdul Mutallib meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu
bernama Yastrib, ketika Muhammad masih 7 bulan dalam kandungan ibunya. Ia
meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak
perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan
dibawa ke ka’bah, kemudian diberi nama Muhammad, nama yang belum pernah ada
sebelumnya.
Selepas itu Muhammad disusukan selama
beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu
kedatangan wanita dari Banu Sa’ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan
bagi bangsawan-bangsawan Arab di Mekah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa’ad
yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima
karena Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga
Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak
diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing yang diternakan dan susu
kambing-kambing tersebut semakin melimpah. Muhammad telah tinggal selama 2
tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa kembali kepada Ibunya Aminah
dan membawa pulang kembali ke pedalaman.
Pada usia dua tahun, Muhammad didatangi
oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih.
Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan
suaminya tidak menyadari hal tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya
menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengabarkan kepada Halimah.
Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tak ada tanda-tanda keanehan
yang ditemuinya.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama
keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu Muhammad mendapat kasih sayang,
kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik dari Halimah dan keluarganya. Sesudah
itu dibawa pulang kepada Kakeknya Abdul Mutalib di Mekah. Kakeknya, Abdul
Mutallib sangat mencintai Muhammad. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke
Madinah untuk bertemu dengan saudara-saudaraya, mereka ditemani oleh Ummu
Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh ayah Muhammad. Muhammad
ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah,
Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Mekah. Dia dan rombongannya
kembali ke Mekah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Mekah semasa
mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula
jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga. Muhammad
dibawa pulang ke Mekah oleh Ummu Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka
jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah Muhammad dengan
Kakek yang dicintainya dan saudara-saudara ayahnya.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk”
(Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)
Kegembiraannya bersama Kakek Muhammad tidak
bertahan lama. Ketika Muhammad berusia delapan tahun, Kakeknya meninggal dunia.
Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar bagi Bani Hashim. Dia
mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang luas, terhormat dan
berpengaruh dikalangan orang Arab. Beliau selalu menyediakan makanan dan
minuman bagi para tamu yang berziarah dan membantu penduduk Mekah yang dalam
kesulitan. Selepas meninggalnya Abdul Mutallib, Pamannya Abu Talib mengambil
alih tugas ayahnya untuk menjaga anak saudaranya. Walaupun Abu Talib kurang
mampu dibanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling
halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Talib menyayangi
Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan
budi pekerti Muhammad yang mulia.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan
berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri
(gulat), berkuda dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah
keterampilannya dalam perniagaan. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan
dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan
sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak
dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Pada suatu hari, ketika mereka
berkunjung ke negeri Syam (Kawasan
Syria, Lebanon dan Palestina) untuk berdagang saat Muhammad berusia 12 tahun,
mereka bertemu dengan seorang Pendeta Nasrani, Buhaira (Buheira, Bahira) adalah
seorang mantan Yahudi yang menjadi
pendeta Kristen Nestorian yang melihat tanda-tanda kenabian Muhammad. Ia
tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria). Beliau telah melihat
tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Lalu Buhaira menasihati Abu Talib
supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi
akan menyakiti Muhammad seandainya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib
menuruti nasihat pendeta tersebut dan dia tidak banyak membawa harta dari
perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Mekah dan mengasuh anak-anaknya.
Muhammad juga telah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Muhammad mengikuti
mereka ke pusat perdagangan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak dari para
penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.
Disamping itu Muhammad juga mendapat tugas
sebagai pengembala kambing. Muhammad mengembala kambing keluarganya dan
kambing-kambing penduduk Mekah. Muhammad selalu berfikir dan merenung tentang
kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu Muhammad jauh dari
segala pemikiran nafsu manusia dan duniawi. Muhammad terhindar daripada
perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan yaitu “Al-Amin”.
Ketika Muhammad mulai menginjak dewasa
telah menarik perhatian seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda
yang bersifat jujur dan dapat dipercaya (Al-Amin) dalam berdagang dengan adalah
seorang janda yang bernama Khadijah. Khatijah adalah seseorang yang memiliki
status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering
mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi
Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan
Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah
sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang
lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh
cinta kepada Khadijah, sebuah Kisah Cinta Suci sepanjang sejarah dan mereka
menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia
mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan
Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah
tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy
memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis
ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap
hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya
untuk hal-hal yang lebih penting.
MEMPEROLEH GELAR
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, bersama
kaum Quraisy, beliau ikut dalam perbaikan Ka’bah. Pada saat pemimpin-pemimpin
suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad,
Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil.
Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang
terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar
Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya“.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah
orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan (Tauhid). Ia hidup dengan
cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang
lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang
miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah
membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum
minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai
As-Saadiq yang berarti “yang benar“.
TURUNNYA WAHYU PERTAMA
Pada saat menjelang usianya yang ke-40,
Muhammad sering menyendiri dan tafakur ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6
km sebelah timur kota Mekah, yang kemudian dikenal sebagai Jabal An Nur. Ia
bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu
dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang
senang bergerombol dan berpesta. Dari sini, ia sering merenung dalam kesunyian,
memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu secara mendalam, dan memohon
kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi Nabi
dan Rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan
Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan
kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat
yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa
membaca. Malaikat Jibril sampai mengulangi hingga tiga kali meminta agar
Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Malaikat Jibril kemudian
berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq 96: 1-5)
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8
hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan
kepadanya menurut perhitungan tahun Qomariah, atau 39 tahun 3 bulan 8 hari
menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi. Setelah kejadian di Gua
Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, Dalam suatu riwayat beliau
merasakan suhu badannya panas dan dingin
seperti demam akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta
istrinya Khadijah agar memberinya selimut. Dalam QS Al Muzzamil ayat 1 Muhammad
disebut sebagai Orang yang berselimut (Al Muzzamil).
Kemudian untuk menenangkan hati suaminya,
Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang
pendeta Nasrani, yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat
tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar
cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh
Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs
al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan
bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya. Fakta sejarah
mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk
Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali bin Abi Thalib, anak
pamannya. Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian
faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai
oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat
yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān
(bacaan).
Gua Hira
Gua Hira
DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
(Al-Hijr, 15:94)
Muhammad mengumumkan secara terbuka agama
Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar,
Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin
Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad.
Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau
Yang pertama-tama. Rasulullah, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan
keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang
musrik yang terus menekannya, menghardik dan mengejeknya.
Banyak yang cara yang dilakukan kaum
Quraisy untuk menghentikan dakwah Rasulullah, suatu saat Abu Thalib sedang
duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu
Thalib membuka pembicaraan dengan berkata,” Wahai Abu Thalib! Muhammad
mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia
merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu
karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah
kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan
membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya”. Abu
Thalib berpaling kepada Nabi seraya berkata,’”Para sesepuh datang untuk
memintamu berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggumu.’
Nabi menjawab,” Saya tidak menginginkan apapun dari mereka. Bertentangan dengan
empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu
mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut
mereka’. Abu Jahal bangkit sambil berkata, “Kami siap sepuluh kali untuk
mendengarnya.” Nabi menjawab,’”Kalian harus mengakui keesaan Tuhan”. Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana
air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus
asa sehingga serentak mereka berkata,” Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan
menyembah kepada satu Allah saja?”. Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Thalib
dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk
mencapai tujuan mereka.
Banyak sekali contoh penganiayaan dan
penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya,
suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia
menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret dia ke luar masjid. Beberapa
orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak
lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati dia
mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak
wanita dan pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy
menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai
suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Penyiksaan yang
dialami hampir seluruh pemeluk Isalam selama periode ini mendorong lahirnya
gagasan untuk berhijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja
Habsyah, yang beragama Nasrani memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke
negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad
sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil
(320 km) di sebelah Utara Mekah.
HIJRAH KE MADINAH
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap
tahunnya datang ke Mekah untuk beziarah ke Baitullah atau Ka’bah, mereka
menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Rasulullah
melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluskan ajaran Islam. Di antara mereka
yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka
menemui Rasulullah dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam
dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan
Rasulullah dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat
Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Rasulullah di tempat mereka bertemu
sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum
menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib disebabkan situasi kota
Mekah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Rasulullah akhirnya
menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Penduduk Yastrib ‘ yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Rasulullah dengan meriahnya oleh
para penduduk Madinah. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut
manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali
didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan
sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya,
Islam yang masih belia ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy
yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi
perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi
Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan
kafir Quraisy dengan Iman yang membara.
Ilustrasi Hijrah
Ilustrasi Hijrah
NEGARA ISLAM MADINAH
Penduduk Yastrib ‘ yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai
macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah
negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah
bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan
hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi
kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang
dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap
perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada
pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara.
Negara Islam yang baru dibina di Madinah
mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Mekah dan gangguan dari penduduk
Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w
berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya hukum
yang berlandaskan syariat Islam. Muhammad dilantik sebagai ketua agama, tentera
dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang
merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam Madinah
(Shahifatul Madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah
sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu
perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting
di Madinah pada tahun 622. Piagam Madinah ini
disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan
pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu
dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum
Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat
mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut Ummah.
Piagam ini mengandungi beberapa pasal yang melibatkan hubungan antara semua
rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkum aspek politik, sosial, agama,
ekonomi dan militer.
Islam adalah agama yang mementingkan
kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama,
masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera
untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi
Muhammad ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang
Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan
diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian
Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin
Mekah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diikrarkan. Nabi Muhammad
SAW juga telah berhasil menguasai kota Mekah pada 630 M/9 H bersama dengan
10.000 orang para pengikutnya. Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah
ialah Perang Tabuk dan Muhammad dan pengikutnya berhasil mencapai kemenangan
yang gemilang.
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi
dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk
pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Mekah, dan .. sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan
Madinah tanggal 25 Dzulqa‘idah . Langit, hingga hari itu, belum pernah
menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari
100.000 orang, laki-laki dan perempuan ‘ dibawah sengatan Matahari yang amat
terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang ‘ bergerak
menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang
menghiasi kehidupan manusia.
Nabi disertai semua
isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram
sepanjang Subuh, dan mulai bergerak… seluruh padang terisi gema suara mereka
yang mengucapkan lafadz talbiyah, “labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa
syarika laka labbaika, innal hamada wanni’mata laka wal mulk laa syarika laka.!
Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi
panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sungguh segala puji
dan nikmat adalah milikMu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu bagiMu”.
Rasulullah juga telah menyampaikan amanat
terakhir pada tahun itu juga.
Amanat yang dimaksud adalah :
“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa
Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu
keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah
s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua
perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh
dengan dua perkara itu, iaitu kitab Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.”
Mekkah
Mekkah
WAFATNYA RASULULLAH
PAGI itu, hari Senin bulan Rabiul Awal
tahun 11 H atau bertepatan dengan tanggal 6 Juni 632 M Rasulullah dengan suara
terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya.
Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang
mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,”.
Khutbah singkat itu diakhiri dengan
pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar
menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan
tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala
itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali
dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari
mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan
detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang
menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang
berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?”
tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk,
“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan
menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru
sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap
putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya
seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah
Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah
Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih
Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat
Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan
Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara
yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para
malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah
lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini,
Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku
pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh
Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,”
ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga
kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar
wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah
direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan
saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan
sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang
lemah diantaramu”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii. ummatii. ummatii.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada
tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan
Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku
telah tahu bahwa beliau telah wafat.”
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus
aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid,
yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah
wafat, Rasulullah telah wafat.”
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid,
karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil
menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada
seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah
meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk
menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu
Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai
sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan
berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang
dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah
wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal,
hidup, dan tidak akan mati.”
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan
menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Innalillahi wainna ilaihi raji’un, telah
berpulang ke rahmatullah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita
cintai pada saat dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat
pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi
tercinta Rasulullah.
(Hingga usai tulisan ini disusun dari
berbagai sumber, tak terasa air mata menggenang dipelupuk mataku. Allahumma
shali ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.-@DioN_Erbe)
Sumber :
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga
Wafatnya
Muhammad
hijrah2
0 Komentar
Penulisan markup di komentar