Tugas Makalah Sosiologi Pendidikan

11:31:00 AM
A.    SEJARAH SINGKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
            [1]Sosiologi pendidikan merupakan sebuah disiplin ilmu yang relative baru berkembang di awal abad ke 20 dan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Karena dapat di anggap mempelajari atau merupakan salah satu sub dalam pembahasan sosiologi. Sebelum berakhirnya perang dunia ke 2, sempat hilang dalam peredaran dan tidak di anggap sebagai suatu yang penting untuk di ajarkan ke sebuah lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) di Amerika Serikat. Asumsi ini berkembang di sebabkan lagi-lagi karena di anggap dapat di pelajari dalam sosiologi.

B.     ARTI SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pada awal abad 20 sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan,sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sebagaimana akhir abad 19 psikologi mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan,sehingga lahirlah suatu disiplin baru yang di sebut psikologi pendidikan. Sosiologi pendidikan dan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang komplementer bagi pemikiran pendidikan. Apabila sosiologi pendidikan memandang segala pendidikan dari sudut priperkembangan pribadi. Tugas pendidik menurut sosiologi ialah memelihara kehidupan dan mendodrong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik dewsa ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosiolotis daripada individualisme[2]. Apakah sosiologi pendidikan itu?
Sisiologi pendidikan menurut H.P Fairchild adalah sosiologi yang di terapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan,sudut pandang,metode,dan susunan pengetahuan . objek penelitinnya adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Memandang hakekat sosial kebudayaan, dan perkembangan pribadi. Salah satunya yang mendapat peranan dari sosiologi pendidikan ialah penelitian mengenai tata sosial. Sosiologi dapat di bedakan menjadi dua yaitu

1.      Sosiologi umum yaitu tugasnya menyelidiki gejala sosio naturalsecara umum.
2.      Sosiologi khusus yaitu pengkhususan dari sosiologi umum tugasnya menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio cultural secara umum. Misalnya sosiologi masyarakat desa,masyarakat kota,agama,hokum pendidikan dan sebagainya.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah saatu sosiologi khusus
yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Sedanagkan yang di maksud dengan dinamika adalah proses sosial dan kultular,proses perkembangan kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
[3]Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri dari dua perkataan. Yaitu sosio dan pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek-aspek sosiologi di dalam pendidikan. Karena situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan oergaulan sosial yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan anak didik,pendidik dengan pendidikan.
Menurut DR. Elwood sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang satu dengan yang lain.  Hubungan antara sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan ialah bahwa keduanya mempunyai masalah sentral yang sama,ialah masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Dari kedua kenyataan ini teranglah bahwa yang menjadi masalah sentralnya ialah soal prinsip belajar dengan memprihatikan semua factor yang mempengaruhinya,semua kondisi yang mempengaruhi baik factor-faktor dan kondisi intrn maupun ekstrn yang member sumbangan terhadap lebih baiknya pengertian daripada belajar dan mengajar.
[4]Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan adalah kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat,maju dan memperlihatkan gejala disentegratif. Perubahan sosial yang begitu cepat itu dapat meliputi berbagai bidang yaitu industry,agama,perekonomian,pemerintahan,keluarga,dan pendidikan.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G Robibins,sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan,system kebudayaan,system kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan yang di maksud dengan dinamika ialah proses sosial dan cultural,proses perkembangan kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan proses pendidikan.

C.    KONSEP DAN POSISI SOSIOLOGI PENDIDIKAN
[5]Menurut perkembangan sejarah,manusia itu tidak pernah berhenti dar kesibukannya. Baik kesibukan dalam menghadapi dunia luar atau lingkungan sekitar maupun diri manusia itu sendiri. Kesibukan atau pekerjaan dan sebagainya mempunyai hubungan timbale balik satu sama lain,misalnya di perusahaan,buruh rajin, dan sibuk bekerja agar produksi perusahaan dapat berlipat ganda,dapat diperdagangkan kepada langganan-langganan dan masyarakat. Manusia di dalam tingkah lakunya di dalam menghadapi lingkungan sekitarnya menimbulkan usaha-usaha untuk mengetahui dan akhirnya memenipulasikan lingkungan manusia sekitar untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu,sosiologi pendidikan itu belum berkembang secara luas. Hanya saja perlu di perhatikan bahwa pembahasan-pembahasannya adalah berpangkal pada inspirasi dan aspirasi Indonesia sentries,titik tolaknya adalah diabdikan kepada pembangunan Indonesia modern.
           
D.    DEFINISI SOSIOLOGI PENDIDIKAN
[6]Di tinjau dari sisi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek-aspek sosiologi di dalam pendidikan. Mengapa di dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis,oleh karena situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial,yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan anak didik,pendidik dengan pendidik,anak-anak dengan anak-anak. Hubungan dan pergaulan sosial ini secara totalitas,merupakan suatu unit keluarga. Maka jelaslah di dalam sisiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip paedagosis dan ilmu-ilmu bantuan.
George Payne yang bolehlah di sebut bapak daripada sosiologi. Payne memberikan konsepsi atau pengertian bahwa di dalam lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok sosial,dimana dan dengan interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalaman. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwod memberikan pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmupenhetahuan yang mempelajari antara orang yang satu dengan yang lain . sedangkan menurut E. B. Reuter sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.

E.     LATAR BELAKANG TIMBULNYA SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Kenyataan menimbulkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat,maju yang memperlihatkan gejala yang signifikan. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagi kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial.
Seperti industry,agama,perekonomian,pemerintahan,dan pendidikan. Masalah sosial dalam masyarakat itu juga di rasakan oleh dunia pendidikan.
            Masalah pendidikan dalam keluarga,pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi msalah-masalah sosial dalam masyarakat. Gejala-gejala seperti penderitaan rakyat dan sebagainya merupakan gejala umum yang merupakan permasalaham masyarakat. Apabila masyarkat berubah cepat,maka menimbulkan alternative tumbuh banyak hal,dapat menimbulkan kebudayaan menimbulkan menjadi kehilangan pola kesatuannya. Hilangnya nilai-nilai ini merupakan desintegrasi sosial,sumber daripadanya ialah merupakan perubahan sosial yang cepat,terutama dalam bentuk urbansi. 

F.     TUJUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
[7]Jika di lihat dalam peradaban yunani,pada masa plato (427-327 BC) pendidikan lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir kemudian sebagai kstria dan penguasa. Pada zaman romawi,seperti masa kehidupan Cicero,(106-43 BC) pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang humanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan menguatamakan sebagai pengabdi khalik. Naik versi islam maupun versi kristiani. Ketika memasuki abad modern, pendidikan berorientasi kepada terminology paedagogig. Yaitu upaya untuk mendewasakan anak sebagai proses dan hasil pendidikan ,dan itu terbatas hanya mencapai usia lebih kurang 20 tahun. Ketika konsep education menjadi terminology modern dalam kehidupan manusia,maka pada saat itu terjadi revolusi pemikiran dalam pendidikan,bahwa jika berbicara tentang aspek-aspek dan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan secara langsung maupun tidak langsung.
[8]Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga dapat di jadikan instrument oleh individu untuk dapat beinteraksi secara tepat di komunitas dan masyarakat. Pada sisi yang lain,sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relavan dalam kondisi kekinian masyarakat,sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
G.    SOSIOLOGI PENDIDIKAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN ISLAM.
Fakultas tarbiyah sebagai LPTKI berperan dalam merealisir fungsi pendidikan islam. Oleh Feisal (1995:95-96) fungsi pendidikan islam setidak tidaknya adalah individualism dan pengajaran islam demi terbentuknya derajat manusia mutaqin dalam bersikap,berfikir,dan berperilaku. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran islam dan demi terbentuknya umat islam.
Menurut buku panduan akademik IAIN Sumatra Utara Tahun Akademik 2002/2003 tujuan fakultas tarbiyah adalah membentuk sarana muslim yang berakhlak mulia,menguasai pengetahuan agama islam serta cabang-cabang pengetahuan dalam bidanag pendidikan islam dan keguruan. Sementara itu fakultas tarbiyah mempunyai fungsi sebagai pelaksana dan pengembang pendidikan dan pengajarean dalam bidang ketarbiyahan,pembinaan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang pendidikan agama dan bhasa arab,serta pendidikan islam.

H.     RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1.       Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a.       Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
b.      Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan,
c.       Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d.      Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e.       Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a.       Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah, dan
b.      Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
I.       WILAYAH KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara individu-individu dan kelompok-kelompok agar dapat mengorganisir pengalaman-pengalaman. Jadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di sekolah saja. Tetapi lebih luas lagi ialah mencakup institusi-institusi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas terhadap perkembangan kepribadian anak (Akhmadi,1991 : 11) .
Wilayah kajian sosiologi pendidikan yang cukup luas dengan segala aspek kehidupan masyarakat dengan segala atributnya menjadikan sosiologi pendidikan merupakan disiplinilmu yang penting. Apa yang di kemukakan di atas merupakan suatu kajian yang memungkinkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Lingkungan dan factor strategic diatas tentu saja tidak semuanya relavan dengan bahasan atau konten sosiologi pendidikan. Artinya masih bisa  dipilah dan dipilih sesuai dengan tuuan pembelajarannya.  Dalam memilah dan memilih pokok bahasan tersebut di butuhkan kearifan dan kecerdasan dosen sehigga pokok bahasan relavan dengan dan tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan.

J.      SOSIOLOGI PENDIDIKAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN
[9]Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu.
Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu :

PENDEKATAN REDAKSIONAL
[10]Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan di dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut

1. Pendekatan Pedagogisme
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia dewasa. yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di kembangkan saja.

2. Pendekatan Filosofis.
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan sendiri

3. Pendekatan Religius
Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.

4. Pendekatan Psikologis.
Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.

5. Pendekatan Negativis.
Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.



6. Pendekatan Sosiologis.
Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme. Titik-tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu.

[11]Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah perkembangan manusia melihat       ihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12 tahun.
Salah satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah konsiensialisme yang dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan Ferkenal Paulo Freire. Pendidikan yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal sebagai pendidikan pembebasan pendidikan adalah proses pembebasan. Konsiensialisme yang dikumandangkan Freire merupakan suatu pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis karena dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di negara-negara Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan pembebasan melihat fungsi atau hakikat pendidikan sebagai pembebasan manusia dari berbagai penindasan. Sekolah adalah lembaga sosial yang pada umumnya mempresentasi kekuatan-kekuatan sosial politik yang ada agar menjaga status quo hukum membebaskan manusia dari tirani kekuasaan. Qua atau di dalam istilah Polo Freire. “kapitalisme yang licik”. Sekolah harus berfungsi membangkitkan kesadaran bahwa manusia adalah bebas.

PENDEKATAN HOLISTIS INTEGRATIF
[12]Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal.
Peserta didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.
Pendekatan reduksionisme terhadap hakikat pendidikan, maka dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut di atas mempunyai komponen-komponen sebagai berikut


1. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan.
Proses berkesinambungan yang terus menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai.




2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
[13]Eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.

3. Eksistensi manusia yang memasyarakat.
Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah kehidupan bermoral.

4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.

5. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang.
[14]Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.
Untuk memahami apa yang di sebut pependidikan,perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat dalam kegiatan belajar itu.
REFERENSI
Drs. Abu Ahmadi,Sosiologi pendidikan, Rineka Cipta,2001.
Vembrianto,Pendidikan Sosial,JILID 1 yayasan pendidikan “permit”, Yogyakarta. 1975.
Ahmadi,Abu, (1991),Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta.
Faisal Sanafiah,Sosiologi Pendidikan ,Surabaya, Usaha Nasional.
Tilaar,Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, Usaha Nasional Surabaya, 1985.
Nasution S,Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Bumi Aksara. Hlm 87.




[1] Muhyi Batu Bara. Sosiologi Pendidikan, Ciputat,2001. Hlm 2.
[2] Drs. Abu Ahmadi,Sosiologi pendidikan, Rineka Cipta,2001. Hlm. 2
[3] Ibid, hlm. 56.
[4] Vembrianto,Pendidikan Sosial,JILID 1 yayasan pendidikan “permit”, Yogyakarta. 1975. Hlm 89
[5] Ahmadi Abu,Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta. Hlm. 78
[6] Ibid, hlm.45
[7] Ahmadi,Abu, (1991),Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Rineka Cipta. Hlm. 8
[8] Faisal Sanafiah,Sosiologi Pendidikan ,Surabaya, Usaha Nasional. Hlm 22
[9] Tilaar,Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hlm 89
[10] Ibid, hlm. 92
[11] Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, Usaha Nasional Surabaya, 1985. Hlm 75
[12] Ibid.
[13] Ibid,hlm 98.
[14] Nasution S,Sosiologi Pendidikan,Jakarta, Bumi Aksara. Hlm 87.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔