BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
masalah
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak
agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun pendidikan di Sekolah
sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan
berpusat pada mata pelajaran yang tersusun secara logis dan sistematis yang
tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari
nampaknya hanya perlu untuk kepentingan Sekolah untuk Ujian dan bukan untuk
membantu anak agar hidup lebih efektif dalam
masyarakatnya.
Sekolah
yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut community
school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorientasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia,
masalah kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu tenggang
kounikasi,transport,dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut
serta dalam kegiatan masyarakat.
Dalam
melaksanakan program sekolah, masyarakat di turut sertakan. Tokoh-tokoh dari
setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia
perusahaan, pemerintahan,
agama, politik, dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan
masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat
dalam hal ini bekerjasama dalam suatu aksi sosial.
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyrakat berarti adanya
interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian
mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama
dalam tiap masyarakat. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan
timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi
individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.[1]
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah
diatas pendidikan sekolah harus benar-benar mendidik anak didiknya agar berguna
bagi masyarakatnya, namun yang harus kita perhatikan disini adalah :
a. Apa itu kebudayaan dan masyarakat ?
b. Apa itu kebudayaan sekolah ?
c. Bagaimanakah hubungan sekolah dan masyarakat ?
d. Bagaimana pengaruh kebudayaan
sekolah terhadap masyarakat ?
e. Bagaimanakah Pendidikan sekolah dan mobilitas sosial ?
f. Bagaimanakah Pendidikan dan perubahan sosial ?
Karena hal-hal diatas merupakan inti persoalan antara masyarakat dan pendidikan sekolah.
1.3 Tujuan penulisan
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas
yang diberikan Dosen, adalah untuk lebih memahami lagi tentang masyarakat dan pendidikan sekolah serta permasalahan yang terjadi di antara keduanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
Dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia,kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia.[2] Kebudayaan (cultuur dalam bahasa belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa
latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi
arti ini maka berkembanglah arti culture yang
berarti “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam” . Sedangkan
dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang
berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata
majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan
antara pengertian budaya dengan kebudayaan.[3]
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa,
sedangkan kebudayaan adalah hasil
dari cipta rasa dan karsa tersebut, dimana pengertian dari cipta itu sendiri ialah merupakan tenaga-tenaga
yang dapat mencipta kan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat
mencari jalan yang tepat untuk suatu kegiatan. Rasa meliputi
tenaga-tenaga yang memberi sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan ,
kesenang-senangan, ketidak senangan dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan
jasmaniah seperti rasa sakit, rasa dingin dan sebagainya. Sedangkan karsa ialah meliputi tenaga-tenaga yang
merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatau kegiatan, termasuk didalamnya
dorongan-dorongan nafsu atau keinginan-keinginan, hasrat-hasrat dan kemauan.
Kebudayaan sendiri berarti keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan
, kepercayaan , kesenangan, social, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain
seperti kebiasaan-kebiasaan yang diadakan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.[4]
Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan.Kata “budaya”disini
hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang
sama.[5]
Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:
1.
Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya
2.
Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia.[6]
Unsur-unsur kebudayaan terbagi atas :
1.
Cultural universal :
misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan dan
sebagainya.
2.
Cultural activitis :
kegiatan-kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencarian tadi trdapat
pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan, dan sebagainya.
Dalam cultural universal kesnian trdapat misalnya seni sastra, lukis, tari,
musik, drama, film, dan sebagainya.
3.
Traits complexes,
adalah bagian-bagian dari cultural activis tadi. Dari petanian terdapat
irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.
4.
Traits, adalah
bagian-bagian dari traits complexes tadi. Misalnya dari sistem pengolahan
tanah, terdapat bajak, cangkul, sabit, dan sebagainya.
5.
Items, adalah
bagian-bagian dari traits kebudayaan. Dari bajak masih terdapat
bagian-bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, kendali, dan sebagainya.
Dari cangkul terdapat doran (tangkai cangkul), bajak, cangkulnya.[7]
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,masyarakat adalah
sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan yang
berbudaya.[8] Masyarakat memiliki
pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain masyarakat adalah wadah atau segenap hubungan
sosial sekelompok orang yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok
dantiap-tiap kelompok memiliki kelompok kecil atau sub kelompok, dengan
demikian individu atau penduduk adalah bagian dari masyarakat. Jika diartikan
lebih rinci masyarakat dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1.
Yang tinggal pada
suatu daerah atau wilayah tertentu (ikatan geografis)
2.
Hidup bersama dalam
arti luas
3.
Yang mengadakan
hubungan atau interaksi satu sama lain yang teratus dan tetap
4.
Sebagai akibat antar
hubungan atau interaksi antar manusia
5.
Mereka akan terikat
satu sama lainya karena mereka memiliki kepentingan bersama
6.
Memepunyai tujuan
bersama, dan oleh karenanya mereka memiliki kepentingan bersama
7.
Mengadakan
ikatan/kesatuan atas dasar unsure-unsur sebelumnya
8.
Atas dasar pengalaman
mereka mempunyai perasaan solidaritas perasaan untuk membagi sesuatu secara bersama
9.
Sadar akan
ketergantungan (interpendensi) satu sama lainya
10. Berdasarkan system yang terbentuk mereka dengan sendirinya membentuk
norma-normanya.
11. Atas dasar unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama dari
hubungan antar manusia.[9]
2.2
KEBUDAYAAN SEKOLAH
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
luas. Namun mempunyai cirri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”. Sekolah
bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan arena itu harus
selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi
disekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin sekolah
mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan. Sebagaimana
halnya dengan keluarga dan institusi social lainya sekolah merupakan salah satu
institusi social yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan
kebudayaan masyarakat kepada anak . Sekolah merupakan suatu system social yang
mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi diantara para anggotanya yang
bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata
tertib , kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne sekolah, pakaian seragam dan
lambang-lambang yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang
bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959) pada beberapa sekolah menengah
menunjukan bahwa ethos suatu sekolah memiliki pengaruh prestasi akademik dan
aspirasi pada siswa mengenai pekerjaan.
Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang
cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi serupa ini dapat berkembang pola
kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan
kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain
timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, terampilan yang sesuai dengan
kurikulum dengan metode dan teknik control tertentu yang berlaku disekolah itu.
Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra kurikulum berkembang sejumlah pola
kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada
kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Tiap kebudayaan
mengandung bentuk kelakuan yang yang diharapkan dari anggotanya. Di sekolah diharapkan bentuk kelakuan
tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid
dan guru. Norma ini nyata dalam kelakuan murid dan guru,
dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap
pelnggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah seta
norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan
sekolah itu memiliki beberapa unsur-unsur penting yaitu:
- Letak
lingkungan dan prasarana fisik sekolah(gedung sekolah dan perlengkapan lainnya).
- Kurikulum
sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan
program pendidikan.
- Pribadi-pribadi
yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-guru, siswa, tenaga
administrasi, tata usaha, dan non teaching specialist.
- Nilai-nilai norma , system peraturan, dan iklim
kehidupan sekolah.[10]
2.3
Hubungan Sekolah dan masyarakat
Pendidikan mempunyai banyak definisi
sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap definisi menunjukkan
pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing.
-Bagi ahli biologi : Pendidikan adalah adaptasi.
-Bagi ahli psikologi : pendidikan sinonim dengan belajar.
-Bagi ahli filsafat : pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang
dimilikinya,dan sebagainya.
Definisi tersebut berselang-seling, ada yang
bersifat ekstrim dan ada pula yang bersifat konservatif. Yang bersifat konservatif
ialah memandang Pendidikan sebagai suatu proses yang bersifat melindungi diri
untuk menjaga status qou seseorang. Sedang yang bersifat ekstrim adalah untuk
membantu individu dalam mengerjakan sesuatu hal yang lebih baik, dimana dia
akan mengerjakan suatu cara.
Menurut Brown: Pendidikan adalah proses pengendalian
secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam
diri orang itu melalui didalam kelompok . dari pandangan ini pendidikan adalah
suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.
Pengertian pengendalian secara sadar ini berarti adanya tingkat-tingkat
kesadaran dari tujuan yang hendak didapat.[11]
Menurut Syamsi, pengertian hubungan dengan masayarakat
adalah untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan,
publik harus diberi penerangan-penerangan yang lengkap dan objektif mengenai
kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian
akan timbul pengertian darinya. Selain itu pendapat-pendapat dan saran-saran
dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu harus diperhatikan dan dihargai.[12]
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh
proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi
juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga
dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat
mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan
bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Biasanya pendidikan dipengaruhi juga oleh perubahan
penduduk dan perkembangan ekonomi dalam masyarakat.penduduk
mempengaruhi sistem pendidikan,tapi system pendidikan yang mempengaruhi
perubahan penduduk.makin banyak penduduk makin banyak pula gedung-gedung
sekolah yang dibutuhkan untuk melayani anak-anak.
Pada saat yang sama pendidikan telah
menghubungkan penduduk dalam kecakapan –kecakapan teknologi dimana
mereka mampu untuk menghasilkan barang-barang yang lebih baik dan karena itu
membantu kehidupan yanglebih baik pula.
Pendidikan juga telah digunakan untuk
mengajar penduduk bagaimana cara untuk mengurangi angka kematian dan menaikkan
penduduk,bagaimana mengendalikan kelahiran dan pertambahan penduduk.[13]
Hingga saat ini boleh dikatakan, hubungan antara
sekolah kita dengan masyarakat masih sangat minim oleh sebab pendidikan sekolah
dipandang terutama sebagai persiapan kesiapan untuk kelanjutan pelajaran.
Kurikulum sekolah kita bersifat akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku
pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat.[14]
Padahal seharusnya hubungan sekolah dan masyarakat
haruslah erat, sekolah disini sebagai pelaksanaan agar masyarakat menjadi baik
,dan murid-murid dapat aktif dalam bagian masyarakat ,baik anak
–anak maupun dewasa .disini masyarakat sebagai dasar dari pendidikan dan ada
kecenderungan berfikir bahwa keseluruhan masyarakat adalah sebagai suatu
edukatif agen.[15]
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan
interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah
masyarakat untuk mendapatkan aspirasi,simpati dari masayarakat. Dan mengupayakan
terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan
bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalian hubungan tersebut adalah
untuk mensukseskan program-program yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut
bisa tetap eksis.
Sekolah harus selalu siap mengantarkan peserta didik
terjun langsung ke masayarakat diantaranya dengan membekali peserta didik
dengan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan –keterampilan khusus baik
melalui kegiatan intra maupun ekstra.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah rangkaian
kegiatan organisasi atau instansi untuk menciptakan hubungan yang harmonis
dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut, agar
mendapatkan dukungan terhadap efisisnsi dan efektivatas pelaksanaan kerja
secara sadar dan sukarela.
Setelah kita merdeka Sekolah-sekolah di banjiri oleh
anak-anak dari segala lapisan,mulai SD dan kemudian meluap ke Sekolah Menengah
dan kini menggedor pintu Universitas. Walaupun murid-murid beraspirasi masuk ke
perguruan tinggi, namun dalam kenyataan hanya sebagian saja yang
berhasil mewujudkan cita-cita itu. Sebagian besar dari anak-anak
yang memasuki SD berhenti sekolah ditengah jalan dan harus memasuki lapangan
kerja. Maka kurikulum yang akademis sebagai persiapan untuk Perguruan Tinggi
tidak sesuai dengan dengan kebutuhan banyak siswa. Itu sebabnya timbul usaha
untuk menyesuaikan kurikulum dengan kehidupan dalam masyarakat. Dituntut agar
kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat. Anak-anak perlu dipersiapkan agar
hidup efektif dalam masyarakat.[16]
Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat antara
lain:
a. Memberikan informasi
dan menyampaikan idea tau gagasan kepada masyarakat atau pihak lain yang
membutuhkan.
b. Membantu pemimpin karena tugas-tugasnya
tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak yang
memerlukannya.
c. Membantu pemimpin
mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan
disampaikan atau menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
d. Membantu pemimpin dalam
mengembangkan rencana kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelaksanaan
kepada masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan pihak
luar, yang ternyata menumbuhkan harapan untuk penyempurnaan kegiatan yang telah
dilakukan oleh organisasi.
e. Membantu kepala sekolah
bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama.
f. Menyusun rencana
bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.
g. Menunjukkan pergantian
keadaan pendapat umum
Model kerjasama antara sekolah dan masyarakat:
1. Melalui komite sekolah
2. Membina Kerjasama Dengan
Pemerintah/masyarakat secara umum
3. Kerjasama Sekolah Dengan
Masyarakat Terorganisasi
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat:
1. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan
masyarakat
2. Metode yang digunakan harus mempu
merangsang murid untuk mengenal kehidupan riil dalammasyarakat
3. Menumbuhkan sikap pada murid untuk
belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya
4. Sekolah harus selalu berintegrasi
dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan keduanya terpenuhi
5. Sekolah seharusnya dapat
mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan pembaruan tata kehidupan
masyarakat
Makin luas sebaran produk sekolah dan
makin meningkat kualitasnya, maka produk sekolah tersebut telah membawa pengruh
positif terhadap perkembangan masyarakat
Sedikitnya ada 4 macam yang bisa dilakukan oleh sekolah terhadap
perkembangan pengaruh tersebut:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
c. Melahirkan
warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan
masyarakat
d. Melahirkan sikap yang positif dan konstroktif bagi
masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah
masyarakat.
2.4 PENGARUH KEBUDAYAAN SEKOLAH TERHADAP
MASYARAKAT
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut
Community school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorentasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia
melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah
kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi, transport,
dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar
turut serta dalam kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja
kelompok. Dengan sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke
sekolah, dari tahun ke tahun dan tidak dapat ditentukan secara uniform. murid-murid mempelajari lingkungan sosialnya
untuk mengidentifikasi masalah-maslah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu
unit pelajaran. Khususnya yang memberi kesempatan kepada murid-murid
untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat sekitarnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan. Tokoh-tokoh
dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan,
pemerintah, agama, politik, dan sebagainya. Diminta bekerja sama dengan sekolah
dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat dan pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja
sama dalam suatu aksi sosial.
Banyak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan sekolah seperti
itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek pelajaran
sekolah akan banyak menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin
mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaan dan sebagainya. Kurikulum
sekolah sepenuh nya di dasarkan atas maslah-maslah masyarakat yang mendapat
kencaman yang pedas dari golongan yang menginginkan kurikulum akademis
berdasarkan disiplin ilmu. Setelah peluncuran sputnik kurikulum yang subject-centered
berupa mata pelajaran atau bidang studi kembali mendapat peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang sepenuhnya pada
prinsip-prinsip community school. Akan tetapi walaupun
kurikulum bersifat subject-centered, perlu juga berorientasi pada anak dan masyarakat. Tak mungkin kurikulum efektif tanpa
memperhitungkan anak dan tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk
masyarakat. Setiap sekolah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena
sekolah didiirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka karena itu guru perlu mempelajari dan
mengenal masyarakat sekitarnya.[17]
2.5
PENDIDIKAN SEKOLAH DAN MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas berasal dari bahasa latin
mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk
menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial jadi, Mobilitas Sosial
adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang
satu ke lapisan yang lain.
Mobilitas
sosial adalah sebuah menggerakkan masyarakat dalam kegiatan dan mengalami perubahan
yang lebih baik. Mobilitas sosial ada yang terjadi secara vertikal dan ada yang
horisontal. Mobilitas secara vertikal terjadi apabila seorang mengalamai
kemajuan dan peningkatan dalam taraf sosialnya. Contohnya: seorang buruh pabrik
yang giat bekerja, karena ia dipandang ulet dan rajin oleh atasannya lalu
diangkat menjadi kepala bagian. Sedangkan mobilitas sosial horisontal adalah
apabila perubahan yang terjadi secara linier. Contohnya: seorang petani yang
berubah pekerjaanya menjadi buruh pabrik. Dalam melakukan mobilitas sosial ada
beberapa faktor yang menjadi penghambat diantaranya: kesenjangan ekonomi,
kebodohan, perbedaan kasta, kemalasan. Faktor yang paling menghambat dalam
mobilitas sosial adalah kebodohan atau kurangnya pendidikan. Seperti faktor
penghambat, faktor yang mempengaruhi cukup banyak.
Disinilah
pendidikan memainkan peranannya untuk membentuk intelektual manusia, sehingga
kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial, ekonomis. Sebab,
dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual ini tentu saja tidak dapat
dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran,
keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat kita
selalu berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:
(1) perbenturan modern dan tradisional,
(2) masalah Barat dan Timur,
(3) ketegangan antara kaya dan miskin, dan
(4) ketegangan dan upaya memperoleh ruang publik dan otonomi.
Gambaran teori Marxis nampaknya dapat dijadikan bahan refleksi untuk melakukan perubahan.
Gambaran teori Marxis nampaknya dapat dijadikan bahan refleksi untuk melakukan perubahan.
Meskipun teori ini lahir dari dunia barat. Namun, pola
perubahan yang dilakukan cukup baik. Teori Marxisme mengajarkan kita untuk
mampu melakukan perubahan agar terbentuknya masyarakat yang tanpa kelas. Dalam
artian semuanya sama dalam kelas masyarakat. Tidak ada lagi kelas borjuis dan
kelas proletar. Kesenjangan ekonomi yang ada dijadikan sebagai alat untuk
malakukan mobilitas sosial. Masyarakat diajak untuk melakukan perubahan agar
dapat sejajar dengan golongan kelas lain. Dan kelas yang borjuis dipaksa unrtuk
mau berbagi dengan kelas proletar. Contoh mobilitas sosial yang paling sukses
di dunia ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana
Rasulullah mampu untuk mengubah tatanan masyarakat yang jahiliah menjadi masyarakat
yang sangat beradab. Dan jalan yang ditempuh untuk merubah tatanan masyarakat
pada waktu itu adalah melalui pendidikan.
Pendidikan
dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam
masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat
golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk
beralih golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa
pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas social. Pada zaman dahulu
keturunanlah yang menentukan status social seseoarang yang sukar ditembus
karena system golongan yang ketat. Tokoh-tokoh pendidikan banyak menaruh
kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk memperbaiki nasib seseorang.
Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas
antara golongan sosial. Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama membuka
jalan bagi setiap anak untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban
belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
sama bagi semua anak dari semua golongan sosisal. Dengan demikian perbedaan
golongan sosial akan dikurangi jikapun tidak dapat dihapuskan seluruhnya. Dalam
kenyataan cita-cita itu tidak demikian mudah diwujudkan.[18]
Mengenai
mobilitas terdapat dua pengertian. Yang pertama ialah bahwa suatu sektor dalam
masyarakat secara keseluruhan berubah kedudukannya terhadap sektor lain.
Misalnya buruh industry yang dahulu mendapat posisi rendah mendapat posisi yang
baik setelah mendapat gaji yang lebih tinggi,kekuasaan politik yang lebih
besar,kehidupan yang lebih baik dan terjamin sehingga secara keseluruhan
mendapat status sosial yang lebih tinggi dan terhormat. Sebaliknya ada
kemungkinan suatu sektor masyarakat merosot dalam keseluruhannya. Kedudukan
guru yang begitu terhormat pada zaman dahulu sudah tidak lagi berda dalam
posisi yang setinggi itu di zaman sekarang ini.[19]
Pengertian kedua tentang mobilitas sosial ialah
kemungkinan bagi Individu untuk pindah dari lapisan satu ke lapisan sosial yang
lain. Dapat kita lihat contoh-contoh di seiktar kita perbedaan status sosial
seorang dibandingkan dengan orang tuanya.
Pendidikan dipercaya menjadi salah satu faktor yang
akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial. Fungsi pendidikan sebagai sebuah
proses penyeleksian untuk menempatkan orang pada masyarakat sesuai dengan
kemampuan dan keahlian. Pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas
sosial karena di dalam mobilitas sosial yang terpenting adalah kemampuan dan
keahlian seseorang.
Pendidikan hanya akan menempatkan seseorang sesuai
dengan potensi dan keahlian yang ia miliki dan karenanya seorang anak buruh
misalnya mungkin saja memegang jabatan penting di sebuah perusahaan sekiranya
ia memiliki latar belakang pendidikan yang memang sesuai.
Akan tetapi, pendidikan dapat mempercepat proses
mobilitas sosial dalam sebuah masyarakat, tentulah harus ada beberapa prasyarat
yang memadai. Prasyarat yang pertama adalah adanya kesempatan yang sama bagi
setiap orang untuk memperoleh pendidikan itu sendiri. Kesempatan yang sama itu
tidaklah semata tercantum dalam aspek legal atau hukum belaka, melainkan
diwujudkan menjadi sebuah tindakan afirmatif (affirmative action). Yang
dimaksud dengan affirmative action yaitu segala tindakan yang bertujuan
membantu kelompok-kelompok yang minoritas secara ekonomi, ras, agama, gender,
atau kelompok penyandang cacat agar mendapat kesempatan yang sama dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, hukum, kesehatan, dan pendidikan. Prasyarat kedua
agar pendidikan dapat mempercepat mobilitas sosial adalah meratanya mutu
pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan, antara sekolah swasta
dan sekolah negeri.
Menjamurnya sekolah-sekolah swasta plus
barangkali merupakan sebuah fenomena yang cukup menarik. Ibarat pisau bermata
dua, di satu sisi hadirnya sekolah swasta tersebut menawarkan pendidikan
alternatif bagi sebagian masyarakat kita. Di sisi lain, biaya pendidikan yang
harus dibayar masyarakat untuk menikmati pendidikan di sekolah swasta tersebut
tidaklah sedikit, jika tidak dikatakan sangat tinggi. Akibatnya, hanya
masyarakat dari kelompok menengah ke atas yang dapat menikmati pendidikan
alternatif tersebut sehingga alih-alih mempercepat mobilitas sosial, dengan
situasi seperti ini pendidikan justru berpeluang untuk memperlebar jurang
perbedaan antara kelompok-kelompok masyarakat.
Ketika kedua persyaratan di atas tersebut dipenuhi, barulah pendidikan
memiliki peluang untuk mempercepat proses mobilitas sosial di sebuah negara.
Meskipun demikian, beberapa penelitian di bidang sosiologi pendidikan
menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dan mobilitas sosial tidaklah
terlalu signifikan.
Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial
berkat pendidikan seseorang dapat meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan
secara merata member kesamaan dasar Pendidikan dan mengurangi perbedaan antara
golongan tinggi dan rendah. Melalui pendidikan tiap warga Negara dapat membaca
surat kabar dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah politik, sosisal,
ekonomi yang sama.
Walaupun
terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan rendah yang
tetap dianggap rendah . namun kedudukan golongan rendah tidak statis akan
tetapi dapat terus bergerak maju bila di beri pendidikan yang lebih banyak.[20]
Pendidikan Sekolah,
secara tidak langsung akan membuat mobilitas sosial baik secara vertikal naik
maupun turun dalam generasi/antar generasi. Namun tidak mungkin kita mengharap
mobilitas sosial turun baik dalam generasi/antar generasi. Namun jika kita
melihat dalam proses mobilitas sosial terdapat kecurangan. Dengan begitu
bagaimana keadilan dapat ditegakkan. Ini menjadi momok dalam kelangsungan
kehidupan bangsa Indonesia ini ke depannya. Maka untuk mencegah agar proses
pencapaian mobilitas sosial dapat terlaksana dengan baik/sehat, hendaknya kita
secara bersama-sama mencegah hal-hal yang kurang baik misalnya tidak melakukan
KKN dalam pendidikan. Dan anak-anak yang kurang mampu untuk sekolah atau
melanjutkan sekolah, kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya janganlah
mengandalkan bantuan dari pemerintah, tetapi bantu mereka semampunya.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan menunjang mobilitas social. Sebab pendidikan
merupakan sarana untuk melakukan mobilitas sosial. Sebagai contoh anak seorang
pelayan restoran, dia di sekolahkan oleh orang tuanya sampai dia lulus kuliah
di jurusan TEP dan akhirnya dia dapat menjadi seorang pengembang kurikulum di
Indonesia. Contoh lain anak seorang guru, karena dia pintar maka pemerintah mau
membiayai sekolahnya hingga dia lulus dengan gelar dokter. Hal ini sangat
membuktikan bahwa sekolah memang benar-benar dapat menunjang mobilitas sosial.
2.6 PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
Kebanyakan
literatur tentang perubahan sosial dimulai tanpa mendefinisikan dengan jelas
apa yang dimaksud dengan konsep perubahan itu. Perubahan sosial diperlukan
seakan-akan mempunyai makna berupa fakta. Kebanyakan definisi membicarakan
perubahan dalam arti sangat luas.
Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan perubahan
sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial dan yang dimaksud dengan
struktur sosial adalah pola-pola prilaku dan interaksi sosial.
Moore memasukan kedalam definisi perubahan sosial
sebagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena
cultural.[21]
Inti perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
system sosialnya termasuk didalam nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan –perubahan. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seorang yang sempat
meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang
lampau.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa
ini merupakan gejala yang normal .pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia
lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi disuatu
tempat , dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang
berada jauh dari tempat tersebut.[22]
Perubahan pada masyarakat memang telah ada sejak zaman
dahulu.perubahan-perubahan mana sering berjalan secara konstan. Ia tersebut
memang terikat waktu dan tempat.akan tetapi karena sifatnya yang berantai ,maka
perubahan terus berlangsung terus ,walau diselingi keadaan dimana masyarakat
mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.[23]
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat
berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan
tetapi bila terbukanya komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan dengan
dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan
atau mentransmisi kebudayaan, diantaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada
generasi muda. Dalam fungsi ini sekolah itu konserfativ dan berusaha
mempertahankan status quo demi kestabilan politik, kesatuan dan persatuan
bangsa. Disamping itu sekolah juga turut mendidik generasi muda agar hidup
menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini sekolah merupakan “agent of change”,
lembaga pengubah. Sekolah mempunyai fungsi transformatif. Setidak-tidaknyasekolah
harus dapat mengikuti laju perkembangan agar bangsa jangan ketinggalan dalam
kemampuan dan pengethuan disbanding bangsa-bangsa lain. Untuk itu kurikulum
harus senantiasa mengalami perubahan dan pembaharuan.
Bentuk-bentuk perubahan sosial dapat berupa:
1.
Perubahan
evolusi dan revolusi
2.
Perubahan kecil
atau terbatas dan menyeluruh atau besar-besaran
3.
Perubahan
terancana atau dikehendaki dan yang tidak dikehendaki atau direncanakan.
Faktor-faktor penyebab perubahan sosial:
1.
Penemuan
baru(Discovery)
2.
Bertambah atau berkurangnya
penduduk.
3.
Terjadinya
pemberontakan.
4.
Bertentangan
dengan masyarakat.
Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang
disampaikan turun temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak juga adat
kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern. Disamping
itu terdapat perbedaan kecepatan perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Perubahan mengenai benda-benda materiil
seperti alat-alat, pakaian, hasil industri misalnya mobil, radio, arloji, dan sebagainya, sangat cepat, orang senantiasa mencari barang yang
paling baru. Sebaliknya terdapat hambatan dan tantangan yang keras terhadap
perubahan dalam agama,adat istiadat, nilai-nilai, norma-norma, bentuk
pemerintahan, filsafat hidup, dan sebagainya.
Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalu mudah
karena sering ada hubungan antara perubahan materiil dengan perubahan kultural.
Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya desa bagi surat kabar,
radio, TV, dan film membawa perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan. Pola
hubungan antara manusia seperti pergaulan antara anak dengan orang tua,
hubungan antar seks, dan sebagainya, sering mengalami perubahan yang sukar
dielakkan. Demikian pula Pendidikan dan sekolah tak luput dari
perubahan, karena Pendidikan senantiasa berfungsi di dalam dan terhadap sistem
sosial tempat sekolah itu berada.[24]
Bangsa dan masyarakat Indonesia telah bertekad untuk
membangun suatu masyarakat Indonesia baru sebagai hasil dari gerakan reformasi
untuk meninggalkan kehidupan yang telah dibangun selama orde baru yang telah
menafikan nilai-nilai demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan. Di dalam TAP
MPR-RI No.IV/MPR/1999 tentang GBHN dikemukakan bahwa untuk mencapai cita-cita
bangsa Indonesia antara lain pada peran aktif masyarakat. Hal ini berarti
bahwa semua organisasi kemasyarakatan, lembaga masyarakat lainnya harus
menyusun program sesuai dengan fungsi dan kemampuannya masing-masing. Hal ini
berarti lembaga pendidikan perlu menyusun programnya untuk ikut serta membangun
masyarakat Indonesia baru yang dicita-citakan bersama.[25]
Pendidikan dipandang menjadi alat yang paling ampuh
untuk menyiapkan tenaga produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan
alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia
merupakan sumber utama bagi negara.
Dunia pendidikan memiliki andil besar dalam
membantu proyek negara untuk bangkit melakukan pembangunan disegala bidang.
Persekolahan dikala itu, menjadi pusat perhatian dan dambaan para perencana
yang mengupayakan perubahan-perubahan besar, baik dalam bidang ekonomi dan
sosial, menjadi pusat perhatian para politisi yang berusaha membangun semangat
kebangsaan, serta menjadi kepentingan warga masyarakat yang berharap menemui
peningkatan kesejahteraan hidupnya.
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan,
meneruskan atau mentransmisi perubahan sosial disamping itu sekolah turut
mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang cepat akibat ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah kita mempelajari materi secara luas pada
bagian pembahasan maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
Ø
kebudayaan adalah
hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan itu ada tiga
wujudnya,yaitu:
1.
Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturandan sebagainya
2.
Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3.
Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk
perikehidupan yang berbudaya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan. Tokoh-tokoh
dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan,
pemerintah, agama, politik, dan sebagainya.diminta bekerja sama dengan sekolah
dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat dan pendidikan anak.Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja
sama dalam suatu aksi sosial.
Ø
Hubungan sekolah
dengan masyarakat adalah rangkaian kegiatan organisasi atau instansi untuk
menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu
di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kerja secara sadar dan
sukarela. sekolah disini sebagai pelaksanaan agar masyarakat menjadi baik,
sekolah dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain.
Ø
Pendidikan
membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial berkat pendidikan seseorang dapat
meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan secara merata memberi kesamaan
dasar Pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah.
Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan rendah
yang tetap dianggap rendah . namun kedudukan golongan rendah tidak statis akan
tetapi dapat terus bergerak maju bila di beri pendidikan yang lebih banyak.
Ø
Dunia pendidikan
mempunyai andil besar dalam perubahan sosial,Pendidikan berfungsi untuk
menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi perubahan sosial, Sekolah turut
mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang cepat akibat ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.2
Saran-saran
Dilihat dari
kualitas dan isi pembahasan makalah ini memang jauh dari kata sempurna,masih
banyak kesalahan disana-sini, yang semata-mata karena kurangnya pengetahuan
dari kami tentang bagaimana penulisan makalah yang baik dan benar, walaupun
kami sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, hanya inilah kemampuan yang ada pada
kami, carilah hal yang baik dan buanglah jauh-jauh hal yang tidak sepantasnya
ada mudah-mudahan makalah kami ini ada manfaatntya bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Rineka Cipta:Jakarta
Nasution.2004.Sosiologi Pendidikan.Bumi Aksara:Bandung
Ahmadi,
Abu.1991.Sosiologi Pendidikan.Rineka
Cipta:jakarta
Abd.Kadir, Mahfudh Salahuddin.1991.Ilmu Sosial Dasar.Bina Ilmu:Surabaya
Marhiyanto, Bambang.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Media
Centre:Surabaya
Suryosubroto.2004.Manajemen Pendidikan di Sekolah.Rineka Cipta:Jakarta
Lauer, Robert.1993.Perspektif tentang peubahan social.Renika Cipta:Jakarta Soekanto, Soerjono.Sosiologi Suatu pengantar.
E.Moore, Wibert.1965.”Sosiale Verandering”,dalam Sosial change,diterjemahkan
oleh A.Basoki.Prisma Boeken.utrecht:Antwepen
[23] Wibert E.Moore,”Sosiale Verandering”,dalam Sosial
change,diterjemahkan oleh A.Basoki,Prisma Boeken.utrecht,Antwepen,1965 hal. 10
0 Komentar
Penulisan markup di komentar