MODUL 15. Penjelasan Behavioral tentang Pembelajaran : Contiguity, Classical Conditioning, dan Operant Conditioning
A. Pembelajaran: Sebuah Definisi
Dalam pengertian yang paling luas, pembelajaran terjadi ketika pengalaman menyebabkan perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku individu. Perubahan itu bisa disengaja atau tanpa sengaja, untuk menjadi lebih baik atau lebh buruk, benar atau salah, dan sadar atau tidak sadar (Hill, 2002). Untuk dapat memenuhi definisi pembelajaran, perubahan ini harus diwujudkan pleh pengalaman – oleh interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Para psikolog yang didiskusikan dalam klaster ini, di lain pihak, lebih condong ke behavioral learning theories (teori pembelajaran behavioral). Pandangan behavioral secara umum berasumsi bahwa hasil pembelajaran adalah perubahan pada perilaku, dan menekankanefek kejadian eksternal pada individu. Beberapa behavioris awal seperti J. B. Watson mengambil posisi radikal bahwa karena berpikir, intense, dan kejadian mental internal lain tidak dapat dilihat atau diteliti secara taat-asas dan ilmiah, maka apa yang mereka sebut “mentalisme” itu mestinya bahkan tidak dimasukkan dalam penjelasan tentang pembelajaran.
B. Penjelasan-penjelasan Awal tentang Pembelajaran: Contiguity dan Classical Conditioning
Prinsip contiguity (kontiguitas/hubungan) mengatakan bahwa bilamana dua sensasi atau lebih terjadi bersama-sama dengan cukup sering, mereka akan menjadi terasosiasi. Setelah itu, bila hanya salah satu sensasi (stimulus) terjadi, yang lain juga akan diingat (respons). Proses pembelajaran lain mungkin juga terlibat ketika siswa belajar frasa-frasa ini, tetapi kontiguitas adalah salah satu faktornya. Kontiguitas juga berperan penting dalam proses pembelajaran lain yang terkenal dengan sebutan operant conditioning.
Classical conditioning (pengondisian klasik) difokuskan pada pembelajaran respons emosional atau fisiologis yang tidak disengaja, seperti ketakutan, meningkatnya ketegangan otot, salvias, atau berkeringat. Hal ini kadang-kadang disebut respondent karena merupakan respons-respons otomatis terhadap stimuli. Melalui proses classical conditioning, manusia dan binatang dapat dilatih untuk bereaksi secara tidak sengaja terhadap sebuah stimulus yang sebelumnya tidak memiliki efek – atau memiliki efek yang berbeda-pada dirinya. Stimulus itu membangkitkan, atau menimbulkan, respons itu secara otomatis.
Classical conditioning memiliki implikasi bagi guru maupun para manajer pemasaran. Ingat bahwa berbagai emosi dan sikap maupun fakta dan ide-ide dipelajari di kelas. Emotional learning kadang-kadang mengganggu pembelajaran akademik. Prosedur-prosedur yang didasarkan pada classical conditioning juga dapat digunakan untuk membantu orang-orang untuk mempelajari respons-respons emosional yang lebih adaptif.
C. Operant Conditioning: Mencoba Respons-Respons Baru
Proses pembelajaran yang terlibat dalam perilaku operant disebut operants conditioning karena kita belajar berperilaku dengan cara tertentu ketika kita “mengoperasikan” lingkungan.
Orang yang pada umumnya dianggap bertanggung jawab mengembangkan konsep operant conditioning adalah B. F. Skinner (1953). Skinner mulai dengan keyakinan bahwa prinsip-prinsip classical conditioning hanya menjelaskan sebagian kecil perilaku yang dipelajari. Banyak perilaku manusia yang bersifat operant bukan respondents. Classical conditioning hanya mendeskripsikan bagaimana bila perilaku yang sudah ada dipasangkan dengan stimuli baru; ia tidak menjelaskan bagaimana perilaku-perilaku operant baru diperoleh.
Perilaku seperti respons atau tindakan, hanya sekedar kata untuk menyebutkan apa yang dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Secara konseptual, kita dapat memikirkan perilaku sebagai sesuatu yang diapit di antara dua macam pengaruh lingkungan: pengaruh-pengaruh yang mendahuluinya (anteseden) dan yang mengikutinya (konsekuensi) (Skinner, 1950). Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan sangat sederhana sebagai antecedent-behavior-consequence, atau A-B-C. Bila perilaku berlanjut, konsekuensi tertentu menjadi anteseden bagi sekuensi ABC selanjutnya. Penelitian di bidang operant conditioning menunjukkan bahwa perilaku operant dapat diubah melalui perubahan pada anteseden, konsekuensi, atau kedua-duanya. Penelitian awal tentang itu difokuskan pada konsekuensi, sering kali dengan menggunakan tikus atau merpati sebagai subjeknya.
MODUL 16. Applied Behavior Analysis (Analisis Perilaku Terapan)
Applied behavior analysis (analisis perilaku terapan) adalah aplokasi/penerapan prinsip-prinsip belajar behavioral untuk mengubah perilaku. Metodenya kadang-kadang disebut bevior modification (modifikasi perilaku, tetapi istilah ini memiliki konotasi negative bagi banyak orang yang sering dipahami secara keliru (Alberto & Troutman, 2006;Kazdin, 2001).
A. Metode-Metode untuk Mendorong Perilaku
Seperti kita diskusikan sebelumnya, mendorong perilaku adalah memperkuatnya. Ada beberapa cara spesifik untuk mendorong perilaku yang sudah ada atau untuk mengajarkan perilaku baru. Hal ini termasuk pujian, Prinsip Premack, shaping, dan positive practice.
• Shaping
Menguatkan setiap langkah kecil dalam kemajuan yang dicapai kea rah tujuan atau perilaku yang diharapkan. Atau yang juga disebut successive approximation yaitu komponen-komponen kecil yang merupakan bagian sebuah perilaku kompleks.
• Positive Practice
Mempraktikkan respons yang benar segera setelah melakukan kesalahan.
B. Mengatasi Perilaku yang Tidak Diinginkan
• Reinforcement Negatif
• Satiation
• Reprimand
• Response Cost
• Social isolation
C. Menjangkau Setiap Siswa: Funcional Behavioral Assessment dan Positive Behavior Support
Positive behavioral supports adalah intervensi-intervensi yang didesain untuk mengganti perilaku bermasalah dengan tindakan baru, yang menjalankan maksud yang sama bagi siswa. Proses memahami perilaku bermasalah disebut functional behavioral assessment (FBA) (assessment perilaku fungsional)- “sekumpulan metode atau prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang anteseden, perilaku, dan konsekuensi untuk menentukan alas an atau fungsi perilaku itu” (Barnhill, 2005,hlm.132)
D. Pendekatan-Pendekatan Behavioral untuk Pengajaran dan Manajemen
• Good behavior game (permainan perilaku baik) Penataan pada sebuah kelas dibagi menjadi tim-tim dan setiap tim menerima poin buruk untuk setiap pelanggaran aturan tentang perilaku-perilaku baik yang telah disepakati bersama.
• Group consequences (konsekuensi kelompok) Reward/hadiah atau hukuman yang diberikan kelas secara keseluruhan karena telah mematuhi atau melanggar aturan perilaku yang baik.
• Contingency Contracts. Kontrak antara guru dan siswa yang menyebutkan apa yang harus dilakukan siswa tersebut untuk mendapatkan reward atau hak istimewa.
• Token reinforcement system. Sistem yang token-tokennya yang didapatkan untuk tugas akademik atau perilaku positif di kelas dapat ditukarkan dengan reward yang diinginkan.
MODUL 17. Observational alearning dan Cognitive Behavioral Modification
A. Berpikir tantang Perilaku
Banyak yang telah memperluas pandangannya tentang belajar dan memasukkan kajian tentang proses-proses kognitif yang tidak dapat diobservasi secara langsung, seperti ekspektasi, pikiran,mental maps (peta mental), dan keyakinan. Tiga contoh pandangan yang telah diperluas tersebut adalah observational learning, self-management, dan cognitive behavior modification.
B. Observational Learning
Melalui observational learning (pembelajaran observational), kita tidak hanya belajar bagaimana melakukan sebuah perilaku, tetapi juga apa yang akan terjadi pada diri kita dalam situasi tertentu bila kita melakukan perbuatan itu.
C. Self-Management
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan orang yang mampu mendidik dirinya, lalu siswa harus belajar mengelola kehidupannya, menetapkan tujuan-tujuannya, dan memberikan reinforcement-nya. Dalam kehidupan dewasa, reward-nya kadang-kadang tidak jelas dan tujuannya sering kali membutuhkan waktu lama untuk dicapai. Pikirkan berapa banyak langkah kecil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan dan menemukan pekerjaan pertama Anda. Hidup penuh dengan tugas yang membutuhkan self-management (pengelolaan diri). Self-management merupakan penggunaan prinsip-prinsip belajar behavioral untu mengubah perilaku Anda.
D. Cognitive Behavior Modification dan Self-Instruction
Cognitive behavior modification (modifikasi perilaku kognitif). Prosedur-prosedur yang didasarkan pada prinsip behavioral dan prinsip cognitive learning (pembelajaran kognitif) untuk mengubah perilaku Anda dengan menggunakan self-talk dan self-instruction.
Self-instruction merupakan bicara dengan diri sepanjang langkah-langkah penyelesaian tugas.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar