Orang yang membaca Sirah
Nabawiyah (Pejalanan Hidup Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam), serta jilhad
beliau, maka ia akan melihat beberapa periode berikut ini:
Periode
Tauhid: Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam tinggal di Makkah selama tiga belas tahun. Selama
itu, beliau menyeru kaumnya untuk bertauhid dan mengesakan Allah dalam
beribadah, berdo'a dan mengambil hukum serta menyeru untuk memerangi
kemusyrikan. Hal itu terus beliau lakukan selama masa tersebut, sehingga aqidah
Islam menjadi kokoh dan teguh dalam jiwa setiap sahabat, dan jadilah mereka
orang-orang pemberani yang tidak takut kecuali kepada Allah.
Karena itu,
para da'i hendaknya memulai dakwahnya dengan mengajak kepada tauhid dan
memperingatkan agar mereka tidak terjerumus dalam perbuatan musyrik. Dengan
demikian, ia telah mengikuti teladan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
dalam berdakwah.
Periode Ukhuwah
(Persaudaraan): Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk mem-bangun
sebuah masyarakat muslim yang tegak berdasarkan saling cinta dan kasih
sayang.
Hal yang pertama beliau lakukan adalah membangun masjid, tempat
berkumpul nya umat Islam dalam beribadah kepada Allah. Di dalamnya, mereka
berkumpul lima kali sehari,
untuk mengatur hidup mereka.
Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
segera mempersaudarakan antara kaum Anshar, penduduk pribumi (Madinah) dengan
orang-orang Muhajirin dari Makkah, yang hijrah dengan meninggalkan semua harta
benda mereka. Orang-orang Anshar pun lalu menawarkan harta mereka kepada kaum
Muhajirin, serta membantu memenuhi apa yang mereka butuhkan.
Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam mengetahui bahwa terjadi saling bermusuhan antara
sebagian penduduk Madinah. Yaitu antara suku Aus dan Khazraj. Maka Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam mendamaikan di antara mereka, menjadikan mereka
bersaudara yang satu sama lain saling mencintai dalam ikatan iman dan tauhid.
Seperti ditegaskan dalam sabda beliau, "Seorang muslim adalah saudara muslim
lainnya ...".
Periode
Persiapan: Dalam Al-Qur'an,
Allah Ta'ala memerintahkan agar umat Islam bersiap siaga untuk menghadapi
musuh-musuh Islam. Allah berfirman, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
apa saja yang kamu sanggupi." (Al-Anfaal: 60) Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam menafsirkan ayat ini dengan sabdanya,
"Ketahuilah, sesungguhnya
kekuatan itu adalah (kepandaian) melempar." (HR. Muslim)
Melempar dan
mengajarkannya adalah wajib atas setiap muslim, sesuai dengan kemampuannya.
Meriam, tank baja, pesawat tempur dan berbagai senjata lainnya, semua
membutuhkan latihan dan belajar melempar ketika menggunakannya. Alangkah baiknya
jika para siswa di sekolah-sekolah diajari olah raga melempar atau memanah. Lalu
digalakkan lomba untuk jenis olah raga tersebut, sehingga anak-anak menjadi siap
guna mempertahankan agama dan tempat-tempat suci mereka.
Sayang sekali,
anak-anak sekarang lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain bola, dengan
penyelenggaraan pertandingan di sana-sini. Mereka membuka paha (aurat) padahal
Islam menyuruh kita untuk menutupinya, serta meninggalkan shalat padahal Allah
menyuruh kita untuk menjaganya.
Ketika kita kembali kepada aqidah
tauhid,
saling
berkasih sayang dalam ikatan persaudaraan Islam, serta telah siap menghadapi
musuh dengan berbagai senjata yang dimiliki. Maka insya Allah akan turunlah
pertolongan buat kaum muslimin, sebagaimana pertolongan itu telah diturunkan
kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, dan kepada para sahabat sesudah
beliau wafat. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedu-dukanmu." (Muhammad: 7)
Urutan
periode sebagaimana di atas, tidak
berarti masing-masing periode berdiri sendiri. Dengan kata lain, bahwa periode
ukhuwah, tidak disertai oleh periode tauhid, tetapi periode-periode tersebut
saling mengisi dan berhubungan erat.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar