BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman cabai besar (Capsicum annum L.)
merupakan salah satu komoditas sayuran, buahnya sebagai bahan penyedap rasa dan
sebagai pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia. Kebutuhan
cabai semakin meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya menu
makanan. Selain itu, cabai juga penting sebagai komodite ekspor non
migas yang dapat meningkatkan devisa negara (Imdad et al., 1994) Usaha
untuk meningkatkan produksi tanaman cabai masih mengalami hambatan, antara lain
adalah adanya serangan hama lalat buah Bactrocera dorsalis Complex
(Tephritidae, Diptera).
1.1
Klasifikasi
Tanaman Cabai
Kingdom
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub
division : Angioispermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Family
: Solanaceae
Gen
:Capsicum
Spesies
:Capsicum annum L
1.2
Morfologi Tanaman Cabai
a. Batang
Tanaman
cabai merupakan tanaman yang tumbuh tegak, batangnya berkayu dan memiliki
banyak cabang. Tinggi batang bias mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman
sekitar 90 cm.
b. Daun
Daun
cabai pada umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap.Daun cabai ditopang
oleh tangkai daun dan memilki tulang daun menyirip.Daun cabai umumnya berbentuk
telur, lonjong, dan oval dengan ujung meruncing.
c. Bunga
Bentuk
bunga cabai seperti terompet, sama seperti keluarga solanaceae lainnya. Bunga
cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga,
benang sari, dan putik.Bunga cabai berkelamin dua karena benang sari dan putik
terdapat dalam satu tangkai.Bunga cabai keluar dari ketiak daun.Bentuk dan
ukuran bunga cabai berbeda-beda.Bunga cabai kriting penampilannya agak kriput,
sedangkan cabai besar penampilannya mulus.Ukuran kedua cabai ini biasa mencapai
ibi jari.Cabai rawit berukuran kecil-kecil, tetapi rasanya pedas. Cabai paprika
memiliki bentuk seperti buah apel, sedangkan cabai hias memiliki bentuk yang
beragam,
d. Akar
Tanaman
akar memiliki akar tunggang yang terdiri dari akar utama dan akar lateral yang
mengeluarkan serabut. Akar ini mampu menembus kedalaman tanah sedalam 50 cm dan
lebar 45 cm.
1.3
Syarat
Tumbuh Tanaman Cabai
Cabai umumnya dapat ditanam didataran rendah sampai
pegunungan (dataran tinggi) kurang lebih 01.200 mdpl yang mempunyai iklim tidak
terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Cabai besar akan lebih sesuai bila ditanam
didaerah kering berhawa panas 30 C. Jenis tanah yang ringan ataupun yang berat
tidak ada masalah asalkan diolah dengan baik. Namun, untuk pertumbuhan dan
produksi terbaik sebaiknya ditanam pada tanah yang keadaan tanah yang ideal
untuk tanaman cabai adalah yang subur, gembur, kaya akan bahan organik dan
tidak mudah becek (menggenang), serta bebas cacing (nematode) dan penyakit
tular tanah, sedangkan pH tanah yang dikehendaki antara 6,0-7,0.
1.4 Manfaat Tanaman Cabai
1. Menunda
penuaan tubuh dan memperpanjang usia.
2. Mencegah
serangan jantung
3. Mengatasi
kelemahan pada lambung
1.5 Budidaya Tanaman Cabai
1.
Penyiapan
Lahan
Dalam
budidaya cabai hibrida sistem MPHP, penyiapan lahan harus didahulukan, kemudian
disusul dengan penyiapan benih atau pembibitan.Maksudnya agar tanah sebagai
media tanam benar-benar telah matang dan layak ditanami. Sebaliknya, bila
pembibitan didahulukan, maka penyiapan lahan akan terburu-buru, sehingga
tanahnya belum matang benar dan bibit sudat terlanjur tua. Bibit cabai hibrida
umumnya siap dipindahtanamkan dari persemaian ke lapangan (kebun) pada umur 17
– 23 hari (berdaun 2 – 4 helai).Bila bibit terlambat dipindahtanamkan
(terlanjur tua), pertumbuhan kurang optimal dan produksinya menurun (rendah).
Persyaratan
lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP adalah : Tempatnya terbuka
agar mendapat sinar matahari secara penuh. Lahan bukan bekas pertanaman yang
sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari
risiko serangan penyakit. Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah
bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat. Lahan tegalan
(tanah kering) dapat digunakan, asal cukup tersedia air.
2.
Persiapan
Lahan
Dalam
teknik budidaya cabe, hal yang cukup penting adalah mempersiapkan lahan.Dalam
hal ini Anda harus menyediakan sebidang tanah yang sudah dibuat
bedengan.Bedengan adalah lahan yang sudah dibentuk seperti gundukan memanjang
sebagai tempat menanam cabe.
Tanah harus sudah diolah,
yaitu digemburkan, diberi air dan pupuk agar tanah bisa menjadi tempat tumbuh
yang baik.Setelah itu lapisi bedengan dengan plastik khusus yang kemudian
dilubangi sebagai tempat menanam benih cabe. Jarak antara satu cabe dengan yang
lain adalah sekitar 50-70 cm.
3.
Persiapan
Bibit
Salah
satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang bagus .Pilihlah bibit cabe
yang berkualitas yang bisa Anda dapatkan pada penjual bibit-bibit tanaman yang
sudah terpercaya. Anda juga bisa memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil
biji dari cabe itu sendiri.
Letakkan
biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang sudah diisi campuran tanah dan
pupuk kandang (satu polybag berisi satu biji cabe).Siram dengan air sedikit
saja agar tanah tetap basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe
akan muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan
sebelumnya.
4.
Penanaman
Salah
satu teknik budidaya cabe meliputi cara penanamannya. Pilihlah bibit cabe yang
sehat dengan ciri-ciri berbatang kuat dan memiliki daun sebanyak kira-kira 6
helai.
Lepas
plastik polybag dan pindahkan bibit tersebut pada bedengan saat matahari tidak
terlalu terik (lebih baik pagi atau sore). Bila bibit cabe sudah dipindahkan
dalam lahan yang lebih luas, segera beri pupuk dan air secukupnya.
5.
Perawatan
Perawatan
tanaman adalah salah satu hal yang sangat penting dalam teknik budidaya cabe.
Perawatan meliputi penyiraman, pemupukan, dan juga pengendalian hama serta
penyakit.
Penyiraman
bisa dilakukan sekali dalam sehari untuk menjaga tanah tidak kering, sedangkan
pemupukan dapat dilakukan sekali dalam seminggu. Untuk hama, Anda bisa
menggunakan obat atau pestisida yang bisa dibeli di toko-toko kimia.
6.
Panen
Jika tanaman cabe sudah berbuah dan cukup masak, segera petik buah
tersebut pada pagi hari.Buah cabe yang bagus untuk dipanen adalah buah yang
tidak terlalu muda tapi juga tidak terlalu matang. Sesudah dipetik, segera
simpan cabe-cabe tersebut di tempat yang kering dan sejuk
1.6 Penyakit
Pada Tanaman Cabai
1. Layu
Bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak
tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan
cabai.Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan
tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan
alat-alat pertanian.Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di
dataran rendah.
Gejala yang dapat diamati secara
visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk,
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman.Daun menguning dan akhirnya
mengering serta rontok.Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada
semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang
fase berbunga maupun berbuah.
Pengendaliannya ialah, membuang tanaman yang terserang,
tetap menjaga bedengan tanaman, selalu dalam kondisi kering, perbaikan drainase
tanah agar tidak becek dan tergenang air, pengelolaan (manajemen) lahan
misalnya dengan pengapuran atau pergiliran tanah.Sedangkan pengendalian secara
kimiawi menggunakan bahan kimia.
Nama
patogennya adalah
Xanthomonas campestris p.v vesicatoria (Xcv),
ini berpenetrasi secara sendiri, melalui luka diakar yang disebabkan
oleh nematoda peluka akar, atau akibat serangga dan alat-alat pertanian. Lalu
menginfeksi merusak dinding sel dengan menghasilkan polimer sakarida yang dapat
menyumbat jaringan hingga menyebabkan tanaman menjadi layu.Patogen ini
melakukan invasi bahwa bakteri masuk dalam pembuluh xylem dan menyebar ke
seluruh bagian tanaman. Dari jaringan xylem bakteri berpindah menuju
ruang antar sel (Walker 1957) dari parenkim di dalam korteks dan jaringan
gabus. Sel-sel tanaman yang rusak tersebut kemudian terisi dengan masa lunak
bakteri (ooze) dan sisa-sisa sel tanaman sehingga menyebabkan terhambatnya translokasi
hara dan mineral dari dalam tanah.Penyebaran
dilakukan melalu tanah, air, alat-alat petanian.
2. Layu Fusarium
Layu fusarium disebabkan oleh
organisme cendawan bersifat tular tanah.Biasanya penyakit ini muncul pada
tanah-tanah yang ber pH rendah (masam).Gejala serangan yang dapat diamati
adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut
seluruh tanaman layu dan mati.
Gejala kelayuan tanaman seringkali
sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk
membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal
batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening
(jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian
digoyang-goyangkan secara hati-hati.Bila dari pangkal batang keluar cairan
putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal
itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian layu fusarium dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu, perlakuan benih dengan cara merendam
terlebih dahulu, pengaturan pembuangan air (drainase) dengan cara pembuatan
bedengan yang tinggi terutama pada musim hujan, pencabutan tanaman yang sakit
agar tidan terjadi infeksi bagi tanaman yang sehat, pengapuran tanah sebelum
tanam dengan dolomit sesuai dengan angka Ph tanah, serta bias melakukan
penanggulangan dengan bahan kimia lainnya.
3. Bercak
daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek".
Penyakit ini menjadi masalah utama
di musim hujan.Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell.et.Ev dan
Colletotrichum capsici.Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan
menyebabkan mati ujung.
Gejala serangan penyakit ini
ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta
tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan
memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih
sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala serangan bercak daun ialah
bercak-bercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwarna lebih tua dari
bagian tengahnya.Pusat bercak ini sering robek atau berlubang, daun berubah
kekuningan lalu gugur.
Gejala awal serangan ditandai dengan
terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi
busuk-lunak.Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan
kumpulan dari konidium cendawan.Serangan yang berat menyebabkan buah cabai
mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah seperti
jerami.
Pengendalian
dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam sesuai sehingga kondisi tidak
terlalu lembab dan pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50-70 cm
sedangkan pada musim hujan 60-70 cm ataupun 65-70 cm baik system segi empat
maupun system segi tiga zig-zag, pembersihan lingkungan yaitu dengan cara
menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang berada disekitar tanaman cabai, jika
buah cabai terserang langsung dimusnah kan atau segera di bakar.
4. Bercak
Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah
cendawan Cercospora capsici.Gejala serangan penyakit ditandai dengan
bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan
garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih
dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat
menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa
didahului menguningnya daun.
Patogen
: Phytophthora
infestans
Gejala
: Timbul bercak daun yang
menyebar secara cepat ke bagi-an batang dan akar, dan tanaman akan segera
mati.
Penyebaran
: Pada
kelembaban tinggi patogen menyebar secara cepat,yang disebarkan oleh angin atau
aliran air tanah, sedangpada keadaan kering pertumbuhan patogen terhambat.
Pengendalian :
- Menanam varietas yang resisten.
- Membuang bagian tanaman yang
terserang.
-
Penyemprotan fungisida yang cocok sebagai tindakan pencegahan tiga hari sekali.
5. Bercak
Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria
adalah cendawan.Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran
konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu.
Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan
kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak
Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot
fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
6. Virus Kuning (Gemini virus)
Vector virus kuning adalah whitefly
atau kutu kebul (bemisia tabaci).Telur diletakkan di bawah daun, fase telur
hanya 7 hari.Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup 2-6
hari.Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan sampai
kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6
hari.Serangan dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena
dibawah permukaan daun yang bertepung. Lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang
terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran
lebih kecil. Bila diperhatikan tanaman yang terserang virus ini, maka di bawah
permukaan daun akan terlihat kutu berwarna putih/kutu kebul (Besimia Tabaci). Penyebaran virus ini di
duga oleh kutu berwarna putih/kutu kebul (Besimia
Tabaci) sebagai vector pembawa virus.
Pengendalian dilakukan dengan
menanam varietas yang tahan, menggunakan bibit yang sehat, melakukan rotasi/
pergiliran tanaman, pemanfaatan tanaman border seperti jagung, pemasangan
perangkap kuning sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman
yang menunjukkan gejala dicabut dan
dibakar.
BAB II
Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum
E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak
tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan
cabai.Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan
tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan
alat-alat pertanian.Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di
dataran rendah.
Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan
akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian.Bakteri layu
menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air
bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan
berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir
(slime bakteri).
Gejala yang dapat diamati secara
visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk,
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman.Daun menguning dan akhirnya mengering
serta rontok.Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua
tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase
berbunga maupun berbuah.
Pengendaliannya ialah, membuang tanaman yang
terserang, tetap menjaga bedengan tanaman, selalu dalam kondisi kering,
perbaikan drainase tanah agar tidak becek dan tergenang air, pengelolaan
(manajemen) lahan misalnya dengan pengapuran atau pergiliran tanah.Sedangkan
pengendalian secara kimiawi menggunakan bahan kimia.
Nama
patogennya adalah Xanthomonas
campestris p.v vesicatoria (Xcv), ini berpenetrasi secara sendiri, melalui luka
diakar yang disebabkan oleh nematoda peluka akar, atau akibat serangga dan
alat-alat pertanian. Lalu menginfeksi merusak dinding sel dengan menghasilkan
polimer sakarida yang dapat menyumbat jaringan hingga menyebabkan tanaman
menjadi layu.Patogen ini melakukan invasi bahwa bakteri masuk dalam pembuluh
xylem dan menyebar ke seluruh bagian tanaman. Dari jaringan xylem bakteri
berpindah menuju ruang antar sel (Walker 1957) dari parenkim di dalam
korteks dan jaringan gabus. Sel-sel tanaman yang rusak tersebut kemudian terisi
dengan masa lunak bakteri (ooze) dan sisa-sisa sel tanaman sehingga menyebabkan
terhambatnya translokasi hara dan mineral dari dalam tanah.Penyebaran dilakukan melalu tanah, air, alat-alat petanian.
Faktor
pendukung
yang Menyebabkan Layu Pada Tanaman Cabaiadalah :
1. Selnya berbentuk batang dan
bergerak dengan satu flagel
2.Bakteri
ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan
tanah yang lembab,
3. Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar
tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka
karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini
juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
4. Tanaman yang diserang antara lain: kentang,
tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang
termasuk dalam keluarga Solanaceae.
5.
Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya
kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam
beberapa hari tanaman akan mati.
6. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri
ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna
pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang)
atau dibelah. Gejala penyakit layu
bakteri pada tomat dan tembakau ditandai dengan perubahan warna pada bagian
berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna coklat dan perubahan warna ini
dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur.dan akar tanaman
yang sakit berwarna coklat.
7. Umumnya pertama kali gejala terlihat pada
tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu.
Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari
daun-daun muda (ujung).Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba,
bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu daging daun diantara
tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering dan akhirnya
seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8. Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan
potongan tersebut dimasukkan ke dalam
gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar
eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar