Laporan tanaman dan obat

3:00:00 PM


I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale rose) yang termasuk famili Zingiberaceae, berasal dari bahasa sansekerta: Singaberi, dari bahasa arab:Zanzabil, dan dari bahasa yunani :Zingaberi. Jahe telah digunakan sebagai tanaman rempah dan obat sejak dulu. India dan Cina termasuk negara pemanfaat jahe sejak bertahun-tahun silam. Oleh karenanya, India diduga sebagai negara tempat jahe berasal. Sebelumnya telah disebutkan dalam De Materia Medica, bahwa jahe saat itu banyak digunakan sebagai obat pembantu pencernaan karena efek panasnya terhadap perut dan sebagai obat anti racun. Manfaat lain dari tanaman beraroma khas ini adalah sebagai persediaan makanan segar dan obat pencegah penyakit kulit para pelayar pada pelayaran antara Cina dan Asia Tenggara.

Di Indonesia, jahe telah diakrapi oleh sebagian besar masyarakatnya. Tak heran bila masing-masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman berkasiat ini. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis), lali (Irian).
Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat. Banyaknya penyakit yang ditimbulkan karena cara mengkonsumsi makanan yang salah ataupun keamanan makanan yang tidak terjaga menyebabkan masyarakat cenderung bersikap hati-hati.
Saat ini banyak makanan dan minuman yang ditawarkan sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau non zat gizi dan jika dikonsumsi dapat memberikan pengaruh posistif terhadap kesehatan tubuh (Muchtadi, 1996). Minuman kesehatan sebagai salah satu produk yang sudah dikenal masyarakat, banyak dijumpai di pasaran dengan berbagai merek dan bentuk, seperti dalam bentuk cair, serbuk instan ataupun tablet.
Kecenderungan masyarakat saat ini adalah lebih suka menggunakan produk yang kemasan dan penyajiannya lebih praktis dan cepat, karena tidak perlu membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Salah satu contoh minuman kesehatan yang dapat dijumpai adalah minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lanjut. Kebanyakan produk tersebut dijumpai dalam bentuk serbuk, di samping ada beberapa yang dibuat dalam bentuk tabled maupun cair.
Pemanfaatan dalam bidang kesehatan, zat aktif berupa zingeron dan senyawa antioksidan lain yang terkandung dalam jahe dapat digunakan bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar.
Besarnya potensi kesehatan dan kimia/gizi yang terkandung dalam jahe, menggugah peneliti untuk mencoba menuangkan ide dan inovasi menciptakan produk baru yaitu minuman kesehatan berbentuk serbuk/instan dengan memanfaatkan jahe. Ide pembuatan ini didasarkan pada sifat bahan yang memungkinkan untuk dapat dibuat minuman instan dengan mengacu pada proses pembuatan minuman instan secara umum.
Khasiat minuman instan ekstrak jahe dan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi minuman kesehatan yang lebih praktis dan efisien, sehingga diperlukan kemudahan untuk mendapatkannya.
Di samping itu, bahan pembuatannya dapat diperoleh dengan mudah dan harganyapun terjangkau oleh masyarakat, karena ketersediaanya cukup banyak di pasar atau di lingkungan masyarakat sekitar. Bahan yang dimaksud adalah jahe, dan gula yang telah dipilih dengan kualitas terbaik. Hal yang mendasari penggunaan minuman instan adalah minuman instan lebih praktis karena hanya menyeduh serbuk dengan air hangat kemudian diminum. Serbuk minuman instan dapat digunakan dalam jangka lama karena berbentuk serbuk sehingga tahan dalam penyimpanan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum pembuatan extra jahe adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses pembuatan extra jahe ?
2.      Berapa berat bersih extra jahe yang dihasilkan dari rimpang jahe 1 kg dan gula pasir 1 kg ?
3.      Apa saja manfaat dan kegunaan extra jahe ?
1.3     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui carapembuatan extra jahe yang terbuat dari tanaman jahe dan gula putih guna untuk minuman obat yang dapat menyembuhkan suatu penyakit dan dapat digunakan untuk kesehatan.
1.4     Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan minuman obat yang terbuat dari tanaman jahe dan gula yang disebut extra jahe
2.    Mahasiswa dapat mengetahui bahwa tanaman jahe terdapat suatu manfaat yang sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyembuhkan suatu penyakit dan dapat mengolahnya dengan baik.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jahe
2.1.1    Klasifikasi Tanaman Jahe
Jahe(Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Divisi                    : Spermatophyta                            Gambar 1. Tanaman Jahe
Sub-divisi             : Angiospermae
Kelas                    : Monocotyledoneae
Ordo                     : Zingiberales
Famili                   : Zingiberaceae
Genus                   : Zingiber
Species                 : Zingiber officinale
*sumber:http://baitulherbal.com/tanaman-herbal-jahe-dan khasiatnya
2.1.2 Morfologi Tanaman Jahe
Jahe (Zingiber officinale rose) merupakan tanaman terna tahunan dengan batang semu yang tumbuh tegak Tingginya berkisar 0,3 - 0,7 meter dengan akar rimpang yang bisa bertahan lama di dalam tanah. Akar rimpang itu mampu mengeluarkan tunas baru untuk mengganti daun dan batang yang sudah mati. Tanaman jahe ini terdiri atas bagian akar, batang, daun dan bunga. Berikut ini akan diuraikan satu persatu.
1.             Akar
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) bertahan kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru. Selain penting secara botani, akar juga merupakan bagian terpenting secara ekonomis. Akar rimpang jahe memiliki banyak kegunaan mulai sebagai bumbu masak, obat-obatan, sampai menjadi minyak jahe. Oleh karenanya tujuan penanaman jahe selalu untuk memperoleh rimpangnya.
Gambar 2. Akar tanaman Jahe (Zingiber officinale)






*sumber:http://umkmnews.com/inspirasi/jahe-emprit-modal-irit-hasil-selangit.html
Rimpang jahe memiliki aroma khas, bila dipotong berwarna putih, kuning, atau jingga. Sementara bagian luarnya kuning kotor, atau bila telah tua menjadi agak coklat keabuan. Akan tetapi bagian dalam rimpang jahe biasanya memiliki dua warna yaitu bagian tengah(hati) berwarna ketuaan dan bagian tepi berwarna agak muda.
2.             Batang
Batang tanaman merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu terdiri dari seludang-seludang daun tanaman dan pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Biasanya batang dihiasi titik-titik berwarna putih. Batang ini biasnya basah dan banyak mengandung air, sehingga tergolang tanaman herba.Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.
Gambar 3. Batang tanaman Jahe (Zingiber officinale)






*sumber: http://cipuedt28.blogspot.com/2013/11/cara-menanam-jahe-yang-baik-dan-benar.html
3.             Daun
Daun menyirip(berbentuk lonjong dan lancip) dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm, menyerupai daun rumput-rumputan besar. Daun itu sebelah menyebelah berselingan dengan tulang daun sejajar sebagaimana tanaman monokotil lainnya. Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung agak lancip, bartangkai pendek, berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan berbulu halus. Panjang daun sekitar 5 - 25 cm dengan lebar 0,8 - 2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul dengan panjang 5 - 25 cm dan lebar 1 - 3 cm. Ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3 - 0,6cm. Bila daun mati maka pangkal tangkai tetap hidup dalam tanah, lalu bertunas dan menjadi akar rimpang baru.
Gambar 4. Daun tanaman Jahe (Zingiber officinale)





*sumber: http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/latest-news/127-cara-efektif-menakan-serangan-bercak-daun-pada-jahe
4.             Bunga
Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan panjang 5 - 7 cm dan bergaris tengah 2 - 2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15 - 25 cm. Tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang berbentuk bulat lonjong, berujung runcing dengan tepi berwarna merah, ungu, atau hijau kekuningan. Bunga terlatak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul.
Panjangnya berkisar 2 - 2,5 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Daun bunga berbentuk tabung memiliki gigi kancil yang tumpul dengan panjang 1 - 1,2 cm. Sedang daun mahkota bagian bawah berbentuk tabung yang terdiri dari tiga bibir dengan bentuk pisau lipat panjang serta runcing yang berwarna kuning kehijauan.Daun kelopak dan daun bunga masing-masing tiga buah yang sebagian bertautan. Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi hanya sebuah sedangkan sebuah benang sari lain telah berubah bentuk menjadi daun. Staminoid-staminoidnya membentuk tajuk mahkota beruang tiga dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna hitam belang.
Gambar 5. Bunga tanaman Jahe (Zingiber officinale)






*sumber: http://macam-jenis.com/ternak-budidaya/ciri-ciri-tanaman-rempah.html
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
2.2  Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1.        Jahe Gajah atau Jahe Badak
Gambar 6. Jahe Badak




*sumber :https://opnavers.files.wordpress.com/2013/11/rimpang-jahe.jpg
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2.        Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit :


Gambar 7. Jahe Kuning





*sumber: bp.blogspot.com/-bIa-kfr/Xp7zhdopxcs/s1600/jahe+kuning.jpeg
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3.        Jahe merah
Gambar 8. Jahe Merah




*sumber: http://sehatcenter.com/ketahui-sejuta-manfaat-jahe-merah-alami-bagi-kesehatan
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
2.3  Syarat Tumbuh
2.3.1        Iklim
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C.

2.3.2        Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
2.3.3        Ketinggian Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
2.4  Teknik Budidaya
2.4.1        Pembibitan Jahe
Persyaratan bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang  dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
1. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
2.Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
3.Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2.4.2        Teknik Penyemaian Bibit
Untuk  pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
1. Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
2. Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3. Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
2.4.3 Pengolahan Media Tanam
1.         Persiapan Lahan : untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2.         Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3.         Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus utk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4.         Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
2.4.4        Teknik Penanaman Jahe
1.         Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a.         Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b.         Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c.         Meningkatkan produktivitas lahan.
d.        Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2.         Pembuatan Lubang Tanam : untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm utk menanam bibit.
3.         Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4.         Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
2.4.5        Pemeliharaan Tanaman
1.  Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2.  Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
3.  Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4.  Pemupukan :
a.    Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b.    Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
c.    Pengairan dan Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
d.   Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
2.5      Hama dan Penyakit
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah Kepik yang menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang, Ulat penggesek akar yang menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati,  dan Kumbang. Di bawah ini adalah gambar hama kepik berbintik.
Gamabar 9. Kepik berbintik




*Sumber:http://benediktif.blogspot.com/2012/05/kumbang-kepik-berbintik-indah.html
2.5.2        Penyakit Tanaman Jahe
1.              Penyakit layu bakteri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab. Pengendalian: jaminan kesehatan bibit jahe;karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)

Gambar 10. Daun bercak




*Sumber:http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/latest-news/127-cara-efektif-menakan-serangan-bercak-daun-pada-jahe
2.        Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala: Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat; penerapan pola tanam yang baik;penggunaan fungisida.
Gambar 11. Busuk rimpang




*sumber:http://gresruts.blogspot.com/2009/12/budidaya-tanaman-jahe.html
3.        Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.




Gambar 12. Bercak daun




*sumber:http://bank-jahetemanggung.blogspot.com
2.5.3    Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Gambar 13. Alang – alang dan ageratum





*sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Alangalanghttp://www.prota4u.org/protav8.asp?p=Ageratum+conyzoides
2.5.4        Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1.        Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
2.        Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
3.        Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4.        Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5.        Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6.        Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
1.    Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2.    Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3.    Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan
semprotan.
4.    Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5.    Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6.    Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.


2.6      Perbanyakan Tanaman Jahe
Tanaman jahe dapat diperbanyak dengan beberapa cara. Cara yang paling banyak dilakukan adalah cara vegetatif dengan menggunakan rimpangnya. Sedangkan cara vegetatif lain adalah menggunakan rumpunnya. Cara perbanyakan ini kurang banyak dilakukan pembudidaya jahe alasannya, dengan menggunakan rimpang lebih banyak tanaman yang diperoleh karena rimpang lebih kecil dengan beberapa tunas saja. Cara lain adalah dengan kultur jaringan (tissue culture). Cara ini adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan jaringan dari salah satu bagian tanaman. Cara kultur jaringan mampu memberikan hasil yang cepat, banyak, dan hasilnya sama persis dengan tanaman induknya. Hanya saja diperlukan pengetahuan, keterampilan, serta peralatan laboratorium yang tidak murah. Sampai saat ini baru balai-balai penelitian dan pembudidaya jahe bermodal besar yang menggunakan cara ini.
2.7      Panen dan Pasca Panen Tanaman Jahe
2.7.1 Panen
1.       Ciri dan Umur Panen Jahe
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Gambar 14. Umur panen jahe




*sumber:http://ilmujahe.blogspot.com/2014/01/budidaya-jahe-merah-dengan-karung.html
2.              Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
3.              Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
4.              Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
2.7.4        Pasca Panen
1.              Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
2.              Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
3.              Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.
4.              Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
5.              Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

6.              Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 ° C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
2.8      Kandungan dalam Jahe
Jahe mengandung komponen minyak menguap (Volatile oil), minyak tak menguap (Non volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak asiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan jahe, yaitu minyak asiri dan fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin.
Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak kegunaanya. Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional, industri parfum, industri kosmetika, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas dibawah ini diuraikan secara rinci kandungan zat dalam jahe.
a. Oleoresin
Oleoresin adalah salah satu senyawa yang dikandung jahe yang bisa diambil. Bentuk olahan jahe yang berupa oleoresin ini memiliki banyak kelebihan, misalnya mampu mengatasi beberapa perubahan mutu saat jahe segar atau jahe kering dieksport, mengurangi volume kemasan jahe, mencegah pemalsuan atau penambahan benda lain pada jahe. Oleoresin, ternyata lebih ringkas dibanding bubuk jahe. 1 kg oleorosin setara dengan 28 kg bubuk jahe dengan kandungan dan cita rasa yang sama. Dengan demikian biaya pangangkutan bisa ditekan. Selain itu penggunaan lebih praktis, oleoresin mudah larut, mudah didisfersikan, serta lebih mudah diolah, oleoresin inilah penyebab rasa pedas dan pahit. Sifat pedas ini tergantung dengan umur panen. Semakin tua umur panennya semakin pedas dan pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Dan jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jenis emprit kandungan oleoresinnya tinggi sedangkan jenis badak rasa pedasnya kurang, kandungan oleoresin sedikit. Oleoresin dibuat dengan cara ekstraksi tepung jahe dengan pelarut organik tertentu. Pelarut yang biasa digungankan adalah ethanol, aseton, etilene dikhlorida, isopropenol dan heksan. Oleoresin termasuk minyak tak menguap sehingga cara mengekstraknya pun pada keadaan hampa udara. Komponen dalam oleoresin adalah zingerol, zingerone, shogoal, resin dan minyak asiri.
b. Minyak asiri
Minyak asiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap/terbang atau essential oil. Ciri minyak asiri antara lain mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunayai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air. Minyak asiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Minyak asiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering, atau oleoresin. Minyak asiri diperoleh dengan cara mendestilasi jahe dengan sistem destilasi air, destilasi air dan uap, atau destilasi uap. Jahe kering mengandung minyak asiri sebanyak 1-3%. Sedangkan jahe segar kandungan minyak asirinya lebih banyak dari jahe kering. Apalagi kalau tidak dikuliti sama sekali.
Minyak asiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Komponen utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol. Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe memiliki titik didih 34’C pada tekanan 14mm. selama penyimpanan, senyawa zingiberen akan mengalami resinifikasi. Sementara zingiberol merupakan seskwiterpen alkohol yang menyebabkan aroma khas pada minyak jahe. Kegunaan minyak asiri adalah sebagai bahan baku minuman ringan, industri farmasi seperti parfum dan kosmetik, serta sebagai bahan penyedap. Kandungan minyak asiri pada rimpang jahe ditentukan dengan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak asiri banyak sedangkan pada panen tua kandungannya makin menyusut, walau baunya semakin menyengat. Bagian tepi dari umbi mengandung minyak lebih banyak dari bagian tengah demikian pula dengan baunya.


2.9      Manfaat Tanaman Jahe
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe.
Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
















III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 08 Mei 2015 pukul 08.00 Wita – Selesai yang bertempat di belakang gedung Agronomi STIPER Kutai Timur.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, wajan, baskom, kompor, parutan, ayatan/saringan, sutil, sendok makan, timbangan, dan kamera untuk dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah jahe 1 kg, gula putih 1 kg, air, dan plastik untuk bungkusan extra jahe yang telah dihasilkan.
3.3  Cara Kerja Praktikum
Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Jahe yang telah di beli dikeluarkan dari dalam plastik guna untuk memilih jahe yang baik dan masih layak di pakai
2.    Kemudian jahe tersebut dikupas dari kulitnya dengan bersih dan masukkan dalam air untuk dicuci dengan bersih
3.    Jahe yang sudah dicuci bersih kemudian di parut dengan parutan yang halus agar memperoleh air jahe yang banyak
4.    Setelah selesai di parut jahe tersebut diperas dan dipisahkan dengan air tersebut
5.    Air jahe yang telah dipisahkan kemudian dicampur dengan gula putih kemudian diaduk supaya merata
6.    Air jahe yang telah dilarutkan dengan gula dimasukkan dalam wajan dan kemudian direbus sampai menghasilkan bubuk
7.    Setelah jahe menghasilkan cairan yang telah masak, air jahe tersebut diaduk sampai dingin dan menjadi bubuk extra jahe
8.    Setelah dingin extra jahe tersebut diayat sampai menghasilkan bubuk yang benar – benar telah menjadi bubuk extra jahe
9.    Extra jahe yang telah jadi kemudian dimasukkan dalam plastik guna untuk penyimpanan yang baik dan ditimbang berapa gram yang dihasilkan oleh jahe tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Bahan yang digunakan
Jahe  setelah di masak/hasil extra jahe
Jahe 1 kg
Gula putih 1 kg
Air mineral 1 liter
1028 gram
4.2       Pembahasan
Pada praktikum kali inibahan utama yang digunakan yaitu jahe. Jahe merupakan jenis rempah-rempah yang paling banyak digunakan dalam berbagai resep makanan dan minuman. Secara empiris jahe biasa digunakan masyarakat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi, dan lain-lain. Dibawah ini adalah gambar tanaman jahe.
Gambar 15. Tanaman Jahe






4.2.1        Persiapan Alat dan bahan
Dalam praktikum ini praktikan menyediakan alat dan bahan yaitu jahe 1 kg, gula 1 kg, air bersih, wajan, sutil, pisau, parutan, dan baskom. Alat dan bahan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 16. Alat dan bahan





4.2.2        Pengupasan dan pencucian
Jahe tersebut dikupas dengan menggunakan pisau dan kemudian jahe yang dikupas dimasukkan dalam baskom yang berisikan air bersih lalu dicuci dengan air tersebut hingga bersih dan tidak ada kotoran  seperti tanah dan pasir. Proses pengupasan dan pencucian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 17. Jahe yang telah di bersihkan





4.2.3        Pemarutan Jahe
Jahe yang telah dibersihkan dapat diparut dengan menggunakan parutan halus yang  menghasilkan banyak air dari jahe tersebut. Proses pemarutan jahe dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 18. Pemarutan jahe




4.2.4    Perebusan jahe
Air jahe yang telah dipisah dari ampas jahe kemudian direbus dengan menggunakan api yang sedang dan dalam proses perebusan harus diaduk terus menerus dengan pengadukan searah agar menghasilkan extra jahe yang baik. Proses perebusan jahe dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 19. Perebusan air jahe





4.2.4        Air jahe yang telah menjadi bubuk
Air jahe tersebut telah masak dan menjadi bubuk. Kemudian diayat guna untuk memisahkan bubuk yang kasar dengan bubuk yang halus. Proses jahe yang telah matang dan menjadi bubuk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 20. Pengayakan bubuk jahe







4.2.5        Bubuk jahe siap di kemas
Bubuk jahe yang telah di ayat, dimasukkan dalam kemasan plastik gula yang berukuran kecil kemudian diikat. Setelah bubuk extra jahe dibungkus kemudian ditimbang berapa gram yang dihasilkan dan setelah ditimbang, hasil yang didapat adalah 1028 gram. Proses pemasukan bubuk kedalam plastik dan penimbangan hasil dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 21. Hasil extra jahe








Dalam praktikum ini, pembuatan extra jahe dikatakan berhasil karena memperoleh hasil yang baik. Dikatakan berhasil karena menggunakan jahe yang telah tua. Dalam pembuatan extra jahe ini, hasil yang didapat tidak seimbang dengan jahe sebelumnya karena telah diolah dengan cara – cara yang ada pada gambar diatas. Extra jahe tidak berwarna putih tapi agak kekuning-kuninan, ini diperkirakan pengaruh dari warna jahe yang kita gunakan. Extra jahe ini juga rasa nya masih terasa pedas, dan untuk rasa manisnya sudah bisa di katakan cukup.
4.3  Khasiat Extra Jahe
Khasiat dari extra jahe ini dapat menyembuhkan batuk, menghangatkan/menstabilkan sakit tenggorokan dan masuk angin. Selain menghasilkan ekstra jahe dapat juga diolah menjadi sa’rabah yang langsung dapat diminum untuk berbagai kesehatan.























V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat daripada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Dalam proses pembuatan extra jahe ini sangatlah mudah, hanya dengan melakukan perebusan hingga benar – benar mendidih dan mengembang sampai menghasilkan bubuk. Cara pengadukan tersebut dilakukan dengan mengaduk rata dan searah supaya hasilnya baik.
2.    Bubuk jahe yang telah di ayak, dimasukkan dalam kemasan plastik gula yang berukuran kecil kemudian diikat. Setelah bubuk extra jahe dibungkus kemudian ditimbang berapa gram yang dihasilkan dan setelah ditimbang, hasil yang didapat adalah 1028 gram.
3.    Khasiat dari extra jahe ini dapat menyembuhkan batuk, menghangatkan/menstabilkan sakit tenggorokan dan masuk angin. Selain menghasilkan ekstra jahe dapat juga diolah menjadi sa’rabah yang langsung dapat diminum untuk berbagai kesehatan.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini sebaiknya menggunakan jahe yang sudah tua agar menghasilkan pengolahan extra jahe yang baik dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat untuk kesehatan.








DAFTAR PUSTAKA
bp.blogspot.com/-bIa-kfr/Xp7zhdopxcs/s1600/jahe+kuning.jpeg
http://baitulherbal.com/tanaman-herbal-jahe-dan khasiatnya
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/latest-news/127-cara-efektif-menakan-serangan-bercak-daun-pada-jahe
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/latest-news/127-cara-efektif-menakan-serangan-bercak-daun-pada-jahe
http://ilmujahe.blogspot.com/2014/01/budidaya-jahe-merah-dengan-karung.html
Lingga, Pinus, 1987 Resep-resep Obat Tradisional, Jakarta: Penebar Swadaya.
Paimin, Murhananto, 2000 Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe, Jakarta: Penebar Swadaya.
Suharjono, 1989 Budidaya Jahe, Rempah Yang Makin Diminati, Sura Karya.
Suratman, dkk., 1987 Pedoman Bercocok Tanam Jahe, Balittro: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Zakaria, F.R., Y. Wiguna, dan A. Hartoyo. 1999.Konsumsi sari jahe (Zingiber officinaleRoscoe) meningkatkan aktivitas sel naturalkiller pada mahasiswa pesantren Ulil Albaabdi Bogor. Buletin Teknologi Industri PanganX(2): 40−46.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔