Makalah Pengembangan Kurikulum PAI

1:39:00 PM
Makalah Pengembangan Kurikulum PAI
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan hal yang pokok dalam dunia pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan dipandang sebagai kurikulum. Pengertian kurikulum yang semakin meluas, sehingga membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau para ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha, serta unsure-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pendidikan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Pembangunan kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip, landasan-landasan pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau pencapaian tujuan nasional. Dan pengembangan kurikulum dewasa ini diarahkan dan dilakukan dengan mengacu pada standar pendidikan nasional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri.

Oleh karena itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan melaksanakan prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum. Namun hal ini sering diabaikan oleh para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak optimal atau bahkan melenceng dari tujuan sebenarnya. Hal ini yang mendasari penulis untuk menyusun makalah yang berjudul prinsip prinsip  dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya yaitu agar para pelaksana kurikulum dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan melaksanakan prinsip pengembangan kurikulum tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat di ambil suatu rumusan masalah yaitu diantaranya :
1.      Apa pengertian dari pengembangan kurikulum ?
2.      Apa saja prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum ?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang pengertian dari pengembangan kurikulum.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.
3.      Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengembangan Kurikulum
Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah pengembangan tersebut.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian. Bila kurikulum itu dianggap sudah cukup mantap, setelah mengalami penilaian dan penyempurnaan, maka berakhirlah tugas pengembangan kurikulum tersebut untuk kemudian dilanjutkan dengan tugas pembinaan. Selain itu pengembangan kurikulum berarti perubahan dan peralihan total dari satu kurikulum ke kurikulum lain, dan perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang.[1] 
B.     Prinsip-prinsip yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Prinsip yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga dengan lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut pada dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum yang baik. Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, prinsip tersebut dikelompokkan  menjadi 2 yaitu prinsip umum dan khusus.[2]
Prinsip umum meliputi:
1.      Prinsip Relevansi: mengandung makna bahwa kompetensi yang dimiliki siswa harus relevan dan sesuai kebutuhan di masyarakat. Sehingga dapat juga diartikan bahwa prinsip ini harus memili keterkaitan/hubungan timbal baik antara komponen-komponen di dalam dan luar sekolah.
2.      Prinsip Fleksibel: mengandung makna bahwa setiap kurikulum hendaknya bersifa fleksibel atau lentur, terutama yang berkaitan dengan implementasinya. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan jati diri program studi yang ada.
3.      Prinsip Kontinuitas: Mengandung makna bahwa adanya proses pengembangan komponen-komponen kurikulum secara berkesinambungan. Harus ada ketuntasan dalam penguasaan suatu kompetensi. Jika putus-putus maka dikhawatirkan makna ketuntasan tersebut susah diperoleh.
4.      Prinsip Kepraktisan: mengandung makna bahwa serangkaian kegiatan pengembangan kurikulum mudah diikuti dan dilaksanakan. Seberapa baiknya kurikulum jika tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksanan lapangan maka sudah dapat ditebak pula apa hasil yang akan dicapai.
5.      Prinsip Efektifitas: mengandung makna bahwa prinsip yang dilaksanakan harus mampu menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan pengguna lulusan prodi yang diutamakan.[3]
Sedangkan prinsip khusus yang tentu tidak dapat disampingkan adalah:
1.      Prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan: bahwa pembentukan kurikulum harus berdasarkan pada tujuan pendidikan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Dan tujuan tersebut harus bersumber pada kebijakan pemerintah, tuntutan dari masyarakat, pandangan para ahli pendidikan, hasil riset maupun pengalaman dari Negara lain.
2.      Prinsip yang berkaitan dengan isi pendidikan: memilih isi pendidikan harus mempertimbangkan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam kemampuan hasil belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun secara logis.
3.      Prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar-mengajar: metode belajar mengajar setidaknya harus menyesuaikan materi yang diajarkan. Metode ini berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang efektif untuk dilakukan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar materi mampu diserap oleh siswa.
4.      Prinsip yang berkaitan dengan media atau alat pembelajaran: pemilihan alat peraga dalam proses pembelajaran tentu memiliki fungsi lebih dalam proses penyerapan materi oleh siswa. Media yang dipilihpun juga harus sesuai dengan karakteristik materi, metode dan kondisi kelas.
5.      Prinsip yang berkaitan dengan kegiatan penilaian: dalam setiap kurikulum pasti memiliki metode dalam pemberian nilai. Karena nilai tersebut merupakan tujuan akhir dari setiap proses pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dan dinantikan oleh siswa. Pemberian nilai tersebut harus objektif dan adil.[4]

C.    Faktor-faktor pengembang kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu : administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembang kurikulum adalah : administrator, guru, dan orang tua.

1.      Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator ditingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.
Administrator tingkat pusat bekerjasama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di perguruan tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah.  Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah dan administrator lokal mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pendidikan pada masing-masing sekolah.
2.      Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntunan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau lokal, maka partisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal, bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digariskan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh pengembang dan pelaksana kurikulum didaerah.


3.      Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik didalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dialah yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.
4.      Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum yaitu melalui pengamatan dalam kegiatan belajar dirumah, laporan sekolah, partsisipasi dalam kegiatan sekolah. Orang tua dapat turut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan disekolah. Kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.[5] 
D.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
1.      Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan seta penyiapan guru-guru diperguruan tinggi keguruan. Jenis pengetahuan yang dikembangkan diperguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat dan media pendidikan.
Kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum disekolah.
2.      Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada disekitar sekolah merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada dimasyarakat.
Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha . Perkembangan dunia usaha yang ada dimasyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapannya disekolah.
3.      Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah yang utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu masyarakat, umumnya heterogen dan multifase.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai pengembang kurikulum dalam mengajarkan nilai .
a.       Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
b.      Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral.
c.       Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
d.      Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain.
e.       Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri-sendiri.
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.[6] Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya :
v  Filosofis
v  Psikologis
v  Sosial budaya
v  Politik
v  Pembangunan negara dan perkembangan dunia
v  Ilmu dan teknologi (IPTEK)
1.      Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati di bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.       Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan  keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.      Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.       Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
d.      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.       Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara selektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum (dari teacher center menjadi student center).
2.      Psikologis
Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
a.       Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b.      Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c.       Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d.      Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
e.       Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik. Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.[7]

3.      Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4.      Politik
Wiles Bondi dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah.
5.      Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia
Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statis. Oleh karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.
Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia. Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini.
Namun terkadang kurikulum yang ada di suatu Negara tidak sesuai dengan kenyataan perkembangan teknologi dan sosial politik di masyarakatnya. Sehingga ketika seseorang yang baru masuk dalam dunia pendidikan akan berfikair bahwa untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang baik haruslah merubah kurikulum yang ada. Padahal hal itu sangat sulit. Sehingga yang biasa dilakukan hanyalah melanjutkan kurikulum yang ada sebelumnya namun dengan cover yang baru.[8]
6.      Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merangsang reaksi manusia yang terlibat dalam kepentingannya serta prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu meliputi:
1.      Pergururan Tinggi
2.      Masyarakat
3.      Sistem Nilai
4.      Filosofis
5.      Psikologis
6.      Sosial-Budaya
7.      Politik
8.      Pembangunan Negara Dan Perkembangan Dunia
9.      Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Sedangkan prinsip yang dijadikan dasarnya adalah sebagai berikut:
1.      Relevansi
2.      Fleksibel
3.      Kontinuitas
4.      Kepraktisan
5.      Efektifitas

B.     Kritik dan Saran
Kurikulum merupakan hal yang urgen dalam pendidikan. Sebagai calon pendidik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengetahui bagaimana kurikulum yang baik dan sesuai dengan keadaan di lingkungan belajar.
Penulis masih menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini, untuk itu di mohonkan untuk kritik dan saran dari para dosen khususnya dosen pengampu dalam tugas ini. Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa sekalian.



DAFTAR PUSTAKA

Soetopo, Hedyat, dkk, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum : Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta:Bina Aksara, 1982.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Asrohah, Hanun dkk, Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV Press, 2014.
Beeby, C.E. (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta), Pendidikan Indonesia, New Zeland: Oxford University Press, 1979.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ikhwan, Afiful, Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung: Insan Cita Press dan STAIM Tulungagung, 2013.
Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Nasution, S, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Sukmadinata, Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosyada Karya, 2005.


[1] Hedyat Soetopo, dkk, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum : Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Bina Aksara, 1982), hlm. 45.

[2] Hanun Asrohah dkk, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2014), hlm. 64.
[3] Ibid, hlm. 65.
[4] Ibid, hlm. 67.
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 158.

[6] Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung : PT Remaja Rosyada Karya, 2005), hlm. 60.
[7] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 250.
[8] C.E. Beeby (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta), Pendidikan Indonesia, (New Zeland: Oxford University Press, 1979), hlm. 144.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔