Makalah Pengembangan Kurikulum Pai

4:49:00 AM





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Makalah Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk hidup dikemudian hari. Dikatakan bahwa bentuk paling sederhana dari kurikulum adalah merupakan himpunan pengalaman, sistem nilai, pengetahuan, keterampilan dan pola sikap yang ingin dihantarkan kepada peserta didik dengan harapan bahwa keseluruhan yang dihantarkan tersebut merupakan bekal para peserta didik dalam mengembangkan diri di dalam masyarakat dikemudian hari.

Pengembangan kurikulum pada dasarnya berkisar pada hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal berikut :
1.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melaju terlalu cepat.
2.    Pendidikan merupakan proses transisi
3.    Manusia dalam keadaan terbatas kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi.
Atas dasar inilah, maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang merupakan suatu masalah pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara lain pendekatan atas dasar keperluan pribadi. Untuk merealisasikannya, maka diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai.








BAB II
PEMBAHASAN

Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi. Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum. Ulasan teoritis tersebut menetapkan titik berat ulasan yang berbeda-beda, ada yang menitikberatkan pada organisasi kurikulum, ada pula yang menitikberatkan pada hubungan antar pribadi dalam pengembangan kurikulum.[1]
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam pelaksanaannya. Namun ada hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan model pengembangan kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut adalah bahwa penerapan model-model tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor yang konstan, sehingga ulasan tentang model-model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten.[2] Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
A.      The Administrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan dating dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model dari atas ke bawah (top-down).
Cara kerja model ini adalah : pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti. Panitia pengarah ini bertugas merencanakan, member pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
Selesai pekerjaan tersebut, mereka menunjuk kelompok-kelompok kerja sesuai dengan keperluan anggota-anggota. Kelompok kerja umunya terdiri atas staf pengajar dan spesialis kegiatan belajar. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi lainnya yang ditunjuk oleh panitia pengarah dan anggotanya terdiri atas sebagian besar kepala-kepala sekolah. Setelah selesai, maka pekerjaan itu diserahkan kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah sekali lagi kemudian diimplementasikan.

B.       The Grass – Roots Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan dating dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model ini didasarkan pada pandangan bahwa implementasi kurikulum akan lebih berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksana sudah sejak semula diikutsertakan dalam pengembangan kurikulum.
Kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerja sama dengan orang tua, peserta didik dan masyarakat. Kerja sama diantara sesame pengajar dengan sendirinya merupakan bagian yang penting dalam model ini. Kedudukan administrator hanyalah cukup memberikan bimbingan dan dorongan saja dan staf pengajar akan melaksanakan tugas pengembangan kurikulum secara demokratis.
Biasanya pada langkah-langkah tertentu diselenggarakan lokakarya untuk membahas langkah-langkah selanjutnya. Lokakarya akan melibatkan staf pengajar, kepala sekolah, orang tua peserta didik, orang awam lainnya, para konsultan dan narasumber lainnya.



C.      The Demonstration Model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, dating dari bawah. Pembaharuan kurikulum dilakukan oleh sejumlah staf pengajar dalam satu sekolah yang terorganisasi. Jika hasil pembaharuan tersebut berhasil maka sekolah lainnya mengadopsinya. Selain secara formal ini dapat pula dilaksanakan secara tidak formal. Hal ini berarti, staf pengajar bekerja dalam bentuk organisasi terstruktur atau bekerja sendiri-sendiri. Dalam model ini pembaharuan kurikulum dicontohkan dalam skala kecil oleh para pengajar lainnya.[3]

D.      Beauchamps Model
Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah kritis dalam pengambilan keputusan mengenai pengembangan kurikulum, yaitu :
1.    Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menemukan “arena” pengembangan kurikulum. Arena ini berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional maupun nasional.
2.    Memilih dan mengikutsertakan pengembangan kurikulum, yang terdiri atas spesialis kurikulum, perwakilan kelompok yang professional, staf pengajar, penyuluh, orang awam. Penentuan orang tersebut tergantung pada penentuan arena.
3.    Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum meliputi penentuan tujuan, materi dan kegiatan belajar. Untuk keperluan itu ditempuh :
a.    Penentuan Dewan Kurikulum sebagai koordinator umum penyusunan kurikulum.
b.    Penilaian praktek kurikulum yanga sedang berjalan.
c.    Pemilihan alternatif materi pelajaran baru.
d.   Penentuan kriteria dan pemilihan alternatif bagian kurikulum.
e.    Penulisan secara menyeluruh tentang kurikulum yang dikehendaki.
4.    Mengimplementasikan kurikulum secara sistematis.
5.    Menyelenggarakan evaluasi kurikulum. Hall yang dievaluasi meliputi :
a.    Penggunaan kurikulum oleh staf pengajar
b.    Rencana kurikulum
c.    Hasil belajar peserta didik, dan
d.   Sistem kurikulum

E.       Taba’s Inverted Model
Menurut cara yang bersifat tradisional dan lazim dilakukan, pengembangan kurikulum ditempuh atau dilakukan secara deduktif. Dalam model Hilada Taba ini hal iatu ditempuh secara induktif, sehingga model Hilda Taba ini dikenal dengan nama model terbalik Hilda Taba/ Taba’s Inverted Model. Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi baru. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat deduktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari model tradisional.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model ini meliputi lima langkah, yaitu :
1. Sejumlah staf pengajar terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum yang akan dieksperimenkan dengan jalan :
a.    Mendiagnose kebutuhan
b.    Memformulasikan isi
c.    Memilih isi
d.   Mengorganisasikan isi
e.    Memilih pengalaman belajar
f.     Menilai
g.    Mengecek perimbangan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
2.    Mengujicoba unit-unit dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan belajar-mengajarnya.
3.    Merevisi hasil yang diujicobakan serta mengkonsultasikannya.
4.    Mengembangkan kerangka teoritis.
5.    Langkah yang paling akhir adalah mengasembling dan mendiseminasikan hasil yang telah diperoleh. Pada tahap ini perlu dipersiapkan staf pengajar dalam penataran, program lokakarya dan lain sebagainya.

F.       Model Hubungan Interpersonal dari Rogers (Roger’s Interpersonal Relations Model)
Rogers adalah seorang psikolog yang juga berminat dalam bidang pendidikan. Ia mendasarkan pendangannya pada kurikulum yang diperlukan dalam rangka pengembangan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap situasi perubahan. Menurut Roger’s manusia berada dalam proses perubahan, sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta peserta didik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pelancar perkembangan anak.
Atas dasar itulah, maka kurikulum yang seduai akan terwujud jika disusun dan diterapkan oleh pendidik yang luwes, terbuka dan berorientasi pada proses. Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok dalam latihan sensitif. Kelompok latihan sensitif ini seharusnya terdiri atas 10-15 orang dengan seorang pengajar sebagai fasilitator. Kelompok ini tidak berstruktur dan diharapkan dapat merupakan lingkungan yang memungkinkan orang secara individual berekspresi secara bebas dan dapat berkomunikasi secara interpersonal secara bebas.
Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum model ini adalah:
1.    Pemilihan target dari sistem pendidikan
2.    Partisipasi peran guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
3.    Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4.    Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok
Selain pertemuan-pertemuan tersebut Rogers juga menyarankan diadakan pertemuan vertikal yang menghilangkan hierarki birokrasi dan status sosial. Jadi model pengembangan kurikulum Rogers ini mendukung adanya perubahan tingkah laku dalam hal bagaimana merasakan dan bagaimana memandang sesuatu. Dengan demikian diharapkan agar keputusan-keputusan dalam pengembangan kurikulum akan lebih realistis karena diselenggarakan dalam suasana bebas tanpa tekanan.

G.      Model Systematic Action-Recearch Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu ada 3 faktor yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini, yaitu :
1.    Adanya hubungan antara manusia
2.    Organisasi sekolah dan masyarakat
3.    Otoritas ilmu
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukan pendangan dan harapan-harapan masyarakat dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.[4]
Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian tersebut, dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah tersebut serta tindakan pertama yang harus diambil.
Kedua, menyelenggarakan atau mengimplementasikan rencana yang telah disusun. Usaha ini diikuti dengan usaha pencarian fakta secara meluas sehubungan dengan persoalan tersebut agar dapat diadakan penilaian tentang kelebihan dan kekurangannya.

H.      Model Teknologis (Emerging Technical Models)
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya :
1.    The Behavioral Analysis Model, memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan peserta didik dari yang sederhana sampai yang kompleks secara bertahap.
2.    The System Analysis Model, memulai kegiatannya dengan menjabarkan tujuan khusus kemudian menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannya dan dalam pada itu mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyelenggaraannya.
3.    The Computer-Based Model, memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan intruksional khusus. Kemudian pengajar dan siswa diwawancarai tentang pencapaian tujuan-tujuan tersebut dan data itu disimpan dalam komputer. Data komputer tersebut dimanfaatkan dalam menyusun isi materi pelajaran untuk peserta didik.





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi. Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum.
Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah:
1.    The Administrative Model
2.    The Grass-Roots Model
3.    The Demonstration Model
4.    Beauchamp’s Model
5.    Taba’s Inverted Model
6.    Roger’s Interpersonal Relations Model
7.    The Systematic Action-Research Model
8.    Emerging Technical Models
a.    The Behavioral Analysis Model
b.    The System Analysis Model
c.    The Computer-Based Model

B.       Saran
Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta dengan Jurusan Tarbiyah-Prodi PAI, kita sebaiknya mengenal berbagai macam model-model dalam pengembangan kurikulum guna menambah wawasan kita sebagai mahasiswa.





DAFTAR PUSTAKA

http://imeyshare.blogspot.com/makalah-pengembangan-kurikulum-pai.html
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Subandijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.



[1] Abdullah Idi. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Hal 236.
[2] Subandijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal 46.
[3] http://imeyshare.blogspot.com/pengembangan-kurikulum-pai.html
[4] Nana Syaodih Sukmadinata. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hal 165.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔